DOWNLOAD LOGO KABUPATEN PESISIR SELATAN (PESISIR SELATAN REGENCY)

 
DESKRIPSI
Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah Kabupaten yang masuk ke dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat. Secara posisi Kabupaten Pesisir Selatan terletak di titik kordinat 109° 19' 00” - 101° 18' 00” Bujur Timur dan 0° 59’ 00" - 2° 28,6’ 00" Lintang Selatan, dimana pada sisi sebelah utara berbatasan dengan Kota Padang, sedang pada sisi sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh, lalu pada sisi sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Mukomuko, sedangkan disebelah baratnya berbatasan dengan Samudera Hindia. Secara umum wilayah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan kawasan dataran rendah hingga kawasan berbukit-bukit, dengan ketinggian daratan antara 0 hingga 1000 meter diatas permukaan laut. Kabupaten Pesisir Selatan juga memiliki 57 pulau serta dialiri 18 sungai dengan 11 sungai besar dan 7 sungai kecil.

Kabupaten Pesisir Selatan sendiri wilayahnya terdiri dari 15 Kecamatan, 153 Kelurahan dan 100 Desa. Berdasarkan data statistik pada tahun 2021, jumlah penduduk Kabupaten Pesisir Selatan mencapai 1.508.154 jiwa. Luas wilayah Kabupaten Pesisir Selatan yaitu 175,77 km², sehingga tingkat sebaran penduduknya mencapai 8.580 jiwa/km². Struktur perekonomian Kabupaten Pesisir Selatan dibentuk berdasarkan 9 (sembilan) sektor utama kegiatan, meliputi sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air minum, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa. Sektor perkebunan terutama perkebunan sawit mulai berkembang pesat sejak sepuluh tahun terakhir. Sebuah industri pengola minyak sawit CPO kini sudah berdiri di Kec. Pancung Soal, dengan kapasitas produksi sebesar 4.000 ton per hari.

Destinasi wisata yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan ada beragam, diantaranya yaitu wisata Air Terjun Bayang Sani, terdiri dari tujuh tingkatan sehingga membuat para wisatawan yang datang semakin terpesona dengan keunikannya, berlokasi di Koto Berapak, Kecamatan Bayang. Kemudian ada wisata Taluak Sikulo, belum begitu di kenal namun keindahan alamnya tak perlu diragukan lagi, berlokasi di Ampang Pulai, Kecamatan Koto XI Tarusan. Lalu ada wisata Pantai Carocok, sempat tak terkelola dengan baik namun pasca pengembangannya kini menjadi destinasi yang tak boleh terlewatkan, berlokasi di Painan, Kecamatan IV Jurai. Dan ada wisata Pulau Setan, memiliki keindahan alam yang tak kalah mempesona dengan wisata lainnya berlokasi di Ampang Pulai, Kecamatan Koto XI Tarusan. Serta ada wisata Bukit Langkisau, terdapat berbagai tanaman bunga yang sangat mempesona dan indah, berlokasi di Jl. Langkisau, Salido, Kecamatan IV Jurai.

Selain destinasi wisata diatas, kita juga bisa berkunjung ke sejumlah destinasi lainnya seperti Bukit Bendera Bayang, pengunjung dapat menyaksikan keindahan alam dengan nelayan yang berderet di atas perahu – perahu unik, berlokasi di Jl. Lubuk Pasing, Gurun Panjang, Kecamatan Bayang. Kemudian ada wisata Pantai Salido, menghadirkan rasa tenang dan damai karena suasana di sekitar pantai yang begitu sejuk, berlokasi di Salido, Kecamatan IV Jurai. Lalu ada wisata Mandeh, berdiri sejak tahun 2015 menghadirkan pemandangan berupa keindahan dari lautan yang sangat menakjubkan, berlokasi di Mandeh, Kecamatan Koto XI Tarusan. Dan ada wisata Pantai Batu Kalang, menyuguhkan pemandangan pantai yang begitu indah mempesona terlebih saat matahari tenggelam, berlokasi di Ampang Pulai, Kecamatan Koto XI Tarusan. Serta ada wisata Jembatan Akar Bayang, menyuguhkan pemandangan alam yang begitu indah seperti di dalam sebuah film, berlokasi di Puluik Puluik, Kecamatan IV Utara Nagari Bayang.

Website resmi Kabupaten Pesisir Selatan (Pesisir Selatan Regency) :
www.pesisirselatankab.go.id

SEJARAH KABUPATEN PESISIR SELATAN

Nama Pesisir Selatan berasal dari nama daerah ini pada masa penjajahan Belanda, afdeling zuid beneden landen (dataran rendah bagian selatan). Ketika itu, pada tahun 1903, wilayah Bandar Sepuluh Inderapura dan Kerinci menjadi afdeeling yang dipimpin asisten residen yang berkedudukan di Inderapura sebagai pusat pemerintahan. Melalui UU no 12 Tahun 1956 daerah ini menjadi kabupaten Pesisir Selatan Kerinci. Tahun 1957 dengan lepasnya Kerinci menjadi kabupaten sendiri di bawah Provinsi Jambi, namanya berubah menjadi Pesisir Selatan saja.

Sebelum Abad ke-16, wilayah Pesisir Selatan merupakan daerah sepanjang pesisir pantai Sumatra Barat yang terdiri dari rawa-rawa dataran rendah dan bebukitan yang sudah berpenghuni. Penghuninya waktu itu masih sangat sedikit. Mereka berasal dari berbagai negeri asal. Mereka tinggal di sepanjang pesisir pantai sebagai nelayan. Sebagian mereka datang dari pedalaman Sumatra atau hulu sungai Batang Hari. Sebagian lagi penyebaran dari daerah Indojati atau Air Pura. Dan sebagian dari mereka adalah orang-orang yang dikenal sebagai Orang Rupit pelarian dari daerah Sungai Pagu Muara Labuh dan sekitarnya yang kemudian menyeberang ke Pulau Pagai. 

Dipercaya sebelum abad 16 di mana pada era ini banyak terjadi ekspansi dan migrasi dari masyarakat Darek (Luhak Nan Tigo) ke berbagai daerah yang disebut rantau, diduga kuat wilayah Pesisir Selatan Tarusan Bayang dan Bandar Sepuluh sudah didiami oleh masyarakat dari Inderapura karena kerajaan Teluk Air Pura sudah eksis semenjak abad 9 Masehi, sementara kerajaan Sungai Pagu baru berdiri pada abad 17 Masehi, begitupula kerajaan Pagaruyung yang juga baru berdiri pada abad 17. Tiga wilayah utamanya yaitu :

  • Tarusan -Bayang-Salido Painan
  • Bandar Sapuluah (Batangkapas-Surantih-Kambang-Palangai-Air Haji)
  • Renah Indojati (Inderapura-Tapan-Lunang-Silaut)

Pada tahun 1523, di Painan sudah berdiri sebuah surau, lembaga pendidikan agama di Minangkabau. Pada abad 16 ini pula, Pulau Cingkuk di Painan menjadi pelabuhan kapal international yang berjaya sebagai pelabuhan emas Salido. Pada tahun 1660, Belanda pernah berkeinginan untuk memindahkan kantor perwakilan mereka dari Aceh ke Kota Padang dengan alasan lokasi dan udara yang lebih baik namun keinginan ini ditolak oleh penguasa kota Padang hingga akhirnya mereka berkantor di Salido. 

Perjanjian Painan pada tahun 1663, yang diprakarsai oleh Groenewegen yang membuka pintu bagi Belanda untuk mendirikan loji di kota Padang, selain kantor perwakilan mereka di Tiku dan Pariaman. Dengan alasan keamaman kantor perwakilan di kota Padang dipindahkan ke pulau Cingkuk hingga pada tahun 1667 dipindahkan lagi ke kota Padang. Bangunan itu terbakar pada tahun 1669 dan dibangun kembali setahun kemudian. Masyarakat Bayang pernah terlibat dalam perang melawan Pemerintah Hindia Belanda selama lebih kurang satu abad yaitu dimulai pada tahun 1663 sampai 1771.
 
Pada tahun 1915, pemuka adat nagari Bayang Nan Tujuh dan Koto Nan Salapan (sebelum menjadi kecamatan Bayang) mengadakan rapat di Koto Berapak dan Pulut-pulut merumuskan tambo (sejarah dan adat) Nagari Bayang yang menyatakan bahwa nenek moyang masyarakat Bayang dan cabang-cabangnya (Lumpo dan Salido) berasal dari tiga nagari di Kubuang Tigo Baleh (Solok sekarang) yaitu Muaro Paneh, Kinari dan Koto Anau. Mereka migrasi sesudah kedatangan nenek moyang masyarakat XI Koto Tarusan di sebelah utara, di balik bukit Bayang. Pasca Perang Paderi, semua wilayah Minangkabau dikuasai oleh pemerintahan kolonialis Hindia Belanda langsung dibawah kendali kerajaan Belanda, bukan lagi melalui VOC. 

Otomatis sistem pemerintahan di Pesisir Selatan juga mengikuti sistem yang dibangun oleh Belanda. Adat di Pesisir Selatan juga dirombak oleh pemerintah Hindia Belanda seperti diciptakannya beberapa gelar penghulu yang baru dan menyingkirkan gelar-gelar yang dipegang oleh penghulu adat yang menentang Belanda. Bukit Sigarapai diantara Lumpo dan Bayang menjadi saksi perjuangan rakyat Pesisir Selatan yang bergerilya menentang penjajahan Belanda. Pada masa penjajahan ini, rakyat Pesisir Selatan banyak melakukan "ijok" atau bersembunyi di hutan-hutan. 

Pada tanggal 19 Agustus 1621 dengan peristiwa penolakan tegas pembesar Pesisir Selatan terhadap kekuatan asing yang berpraktik imperialisme dan mengarah kolonialisme dan pengakuan Pagaruyung terhadap Pesisir. Lalu pada 7 Juni 1663, Perang Bayang (1663-1711), perlawanan rakyat sarat dengan rasa nasionalis menolak Belanda membuat loji VOC pertama di kawasan Sumatra Barat, yakni di Pulau Cingkuk tahun 1662.  Pada tanggal 6 Juli 1663, Perjanjian Painan lanjutan dari Sandiwara Batangkapas. Sandiwara menolak kebijakan politik Sultan Iskandar Muda (Aceh) menjaga ketat bahkan hendak menutup kota pantai pelabuhan Samudrapura, Indrapura dalam berdagang lada dan emas. 

Kemudian pada 28 Januari 1667, pertemuan tingkat tinggi antara Raja Minangkabau dan Belanda yang salah satu solusinya adalah pengakuan terhadap eksistensi Pesisir Selatan sebagai bagian integral wilayah sub kultur Minangkabau. Lalu pada tanggal 6 Juni 1701, kemarahan rakyat Pesisir Selatan terhadap tipuan Belanda menawarkan jasa memadamkan huru-hara sebagai mantel praktik imperialism mengarah colonialism, dengan membakar loji VOC di Indrapura.

ARTI LOGO KABUPATEN PESISIR SELATAN

Berikut adalah makna/arti dari logo Kabupaten Pesisir Selatan (Pesisir Selatan Regency) :
  1. Bentuk perisai segi empat, melambangkan bahwa Kabupaten Pesisir Selatan adalah Daerah Otonorni dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
  2. Rangkiang (lumbung padi) melukiskan kehidupan ekonomi utama rakyat Pesisir Selatan yaitu bertani (dari padi)
  3. Atap rangkiang (lumbung padi) yang melengkung bagai tanduk kerbau dan meruncing/menjulang ke atas, merupakan gaya sendi bangunan khas Pesisir Selatan yang melambangkan sosial masyarakatnya yang dinamis, bekerja/berbuat. bercita-cita luhur untuk kebahagiaan bersama dan hidup beragama.
  4. Tali rabab yang menunjukan sesuatu kebudayaan yang khas yang hidup dalam rakyat daerah Pesisir Selatan.
  5. Dinding rangkiang (lumbung padi) yang melukiskan rakyat daerah pesisir selatan memiliki kebutuhan hidup beradat ist'adat.
  6. Sebahagian bundaran bujur telur yang melukiskan rakyat daerah Pesisir Selatan mempunyai daerah lautan dan daerah yang membujur dari utara ke selatan.
  7. Motto daerah Kabupaten Pesisir Selatan "Bersatu Membangun Pessel Maju". Adalah simbol bagian dari upaya mendorong semangat bagi semua komponen untuk membangun daerah kearah yang lebih baik..
 
Arti Warna:
  • Warna Putih berarti suci
  • Warna Merah berarti berani
  • Warna Oranye berarti persatuan yang abadi
  • Warna Biru berarti kedamaian jiwa
  • Warna Hijau berarti masa depan yang baik
  • Warna Hitam berarti tahan uji / abadi
  • Warna Kuning emas berarti agung

DOWNLOAD LOGO KABUPATEN PESISIR SELATAN
Untuk mendownload logo Kabupaten Pesisir Selatan (Pesisir Selatan Regency) dengan format JPG/JPEG (Joint Photographic Experts Group), PNG (Portable Network Graphics) tanpa background atau CDR (CorelDraw) untuk yang bisa diedit, langsung saja klik link dibawah ini:
 
download-logo-kabupaten-pesisir-selatan-provinsi-sumatera-barat-vector-coreldraw-logoawal

LINK DOWNLOAD

>>  LOGO KABUPATEN PESISIR SELATAN  <<
Format JPG   |   Format PNG   |   Format CorelDraw

0 Response to "DOWNLOAD LOGO KABUPATEN PESISIR SELATAN (PESISIR SELATAN REGENCY)"

Posting Komentar