Di era globalisasi yang berkembang pesat pada saat ini dan ketika arus ilmu pengetahuan, teknologi serta informasi begitu kuat, tantangan yang dihadapi oleh umat Islam dalam dunia pendidikan juga semakin kompleks. Dunia pendidikan Islam khususnya saat ini mengalami tantangan yang serius akibat dari perkembangan zaman tersebut. Seperti kita lihat dunia pendidikan Indonesia umumnya lebih terfokus kepada pengembangan aspek intelektual daripada pengembangan aspek spiritual. Padahal pengembangan aspek spiritual merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam pembentukan kepribadian seorang anak.
Sekolah yang merupakan tempat pembentukan aspek intelektual anak dirasakan belum cukup untuk mengembangkan aspek spiritual pada anak khususnya nilai-nilai agama Islam. Pada tataran inilah masjid atau surau, Pesantren serta Lembaga-lembaga Pendidikan Islam lainnya memainkan perannya dalam pendidikan Islam khususnya bagi anak-anak. Khususnya di Jawa dikenal suatu lembaga pendidikan Islam yang bernama langgar (surau di Sumatera, tajug di daerah Sunda atau mushalla di Jakarta). Langgar merupakan sebuah tempat pendidikan Islam pada tingkat permulaan. Di langgar atau mushalla inilah biasanya anak-anak mendapat pendidikan agama Islam dalam bentuk pengajian-pengajian membaca Al-Qur’an.
Dalam pendidikan Islam hal yang paling mendasar adalah kemampuan anak dalam membaca dan menulis Al-Qur’an atau yang sering disebut juga mengaji Al-Qur’an. Pada dasarnya pendidikan ini berupa pelajaran membaca beberapa bagian dari Al-Qur’an. Untuk permulaan, diajarkan surat Al-Fatihah dan kemudian surat-surat pendek dalam juz Amma (terdiri dari surat ke-78 sampai dengan 114), yang penting untuk melaksanakan ibadah. Dalam pengajian ini para murid mempelajari huruf-huruf Arab dan menghafalkan teks-teks yang terdapat dalam Al-Qur’an.
Untuk anak-anak, pengajaran Al-Qur’an pertama-tama ditekankan pada ketepatan mengucapkan huruf-huruf yang biasa disebut dengan Makharijul huruf. Di samping itu, diajarkan pula peraturan dan tata tertib sholat, wudlu dan beberapa doa. Materi yang diajarkan semuanya tergantung pada kepandaian guru mengaji, yang juga mengajarkan beberapa unsur ilmu tajwid yang bermanfaat untuk melafalkan, ayat-ayat suci dengan baik. Pengajian ini diberikan secara individual di rumah guru, langgar, atau surau.
Tetapi seiring perkembangan zaman pengajian-pengajian Al-Qur’an yang bersifat individual tersebut mulai berkembang dengan adanya pengajian-pengajian yang dilakukan secara institusional. Pada tahun 1990-an di masjid-masjid Indonesia banyak bermunculan TKA-TPA (Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an - Taman Pendidikan Al-Qur’an) yang berada di bawah naungan organisasi LPPTKA-BKPRMI (Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an-Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia).
LPPTKA-BKPRMI merupakan lembaga pendidikan Islam yang khusus untuk mengajarkan kepada anak-anak usia dini pengenalan huruf-huruf Al-Qur’an serta pendidikan yang bersifat Islami lainnya. Berbeda dengan pengajian-pengajian Al-Qur’an yang selama ini dikenal mengunakan sistem soragan yang mempunyai ciri : bersifat individual atau sangat tergantung kepada kemampuan individu atau ustadz dan ustdzah dalam mengelola pengajian. Dan sistem soragan juga tidak mengenal kurikulum. Sedangkan TKA-TPA menerapkan sistem kurikulum seperti halnya sekolah-sekolah umum formal lainnya sehingga penyampaian isi dan materi pengajaran Al-Qur’an bersifat sistematis dan menarik.
Fenomena pertumbuhan TKA-TPA ini tidak bisa dilepaskan dari peran dan andil seorang tokoh pendidikan Islam yakni K.H. As’ad Humam. Beliaulah yang pertama kali menggagas Metode Iqro, yakni metode membaca Al-Qur’an yang banyak digunakan oleh TKA-TPA di Indonesia, bahkan Metode Iqro ini juga diterapkan pula oleh Negara-negara jiran seperti Malaysia dan Brunei Darussalam. Dan tahun 1984 K.H. As’ad Humam memulai langkah baru, yaitu mendidik para pemuda yang aktif di mesjid dan mushalla untuk belajar membaca dan menulis huruf Al-Qur’an seminggu sekali.
Maka dibentuklah Tim Tadarus AMM (Angkatan Muda Mesjid dan Mushalla) untuk mengefektifkan sistem pengajaran. Dalam waktu kurang dari satu tahun, tadarusan yang dikembangkan itu AMM merambah ke sekitar 600 masjid yang ada di Yogyakarta5 . Melihat keampuhan metode yang dikembangkan As’ad untuk memberantas buta aksara Al-Qur’an, para aktivis Tim Tadarus AMM meminta agar metode itu dikembangkan dan diperkenalkan kepada khalayak. Ustadz yang sejak lama menggeluti pengajian untuk anak-anak inipun mulai menyusun metodenya dengan lebih sistematis dan tertulis. Lahirlah “Metode Iqro” pada tahun 1988, metode cepat belajar membaca Al-Qur’an.
Kemudian ia mendirikan TK Al-Qur’an pada 16 Maret 1988 di Kotagede, Yogyakarta. 7 Setahun kemudian, idenya direspon oleh anak-anak muda Islam yang tergabung di dalam Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) yang pada Munasnya ke-5 di Surabaya 27 -30 Juni 1989 menjadikan TK Al-Qur’an ini sebagai program nasional. 8 Pertumbuhan TK Al-Qur’an (TKA) dilanjutkan dengan munculnya Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Seiring perkembangan zaman mulai banyak organisasi pendidikan yang mulai berkecimpung dalam pengajaran Al-Qur’an ini.
Organisasi pendidikan tersebut ada yang merupakan bagian dari organisasi massa Islam seperti Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama, adapula yang merupakan organisasi yang memang khusus mengembangkan Taman Kanak Al-Qur’an (TKA) dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) seperti LPPTKA-BKPRMI maupun Lembaga atau Yayasan lainnya. Pada tahun 2001 telah berkumpul 46 orang aktifis TKA/TPA Bogor Barat di Kantor Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor yang difasilitasi bapak Camat Ciampea, Bp.Drs. Deni Ardiana, Penyuluh Agama Islam Bapak M.Yusuf Setiawan ,S.Ag membicarakan berbagai hal terkait masa depan TKA/TPA yang berkembang sa’at itu.
Hasil dari pertemuan tersebut disepakati membentuk organisasi Baru Lembaga Pembina TKA/TPA di wilayah Bogor Barat yang nantinya merupakan cikal bakal terbentuknya organisasi Pembina tingkat Kabupaten Bogor. Organisasi tersebut bernama IGTA (IKATAN GURU TAMAN KANAK-KANAK AL-QUR’AN). Lahirnya organisasi ini disambut baik dan diharapkan Guru-guru TKA/TPA dapat diperjuangkan melalui organisasi ini. Untuk selanjutnya melalui arahan Camat Ciampea, 46 lembaga TKA/TPA yang menggagas IGTKA didaftarkan resmi ke Departemen Agama Kabupaten Bogor, dan dalam perkembangan selanjutnya pada tahun 2003 maka IGTA Kabupaten Bogor resmi berdiri.
IGTKA berjalan dan berkembang diberbagai kecamatan dengan pesat dan beberapa lembaga lain berfusi dengan IGTKA seperti BADKO. IGTKA merupakan organisasi guru TKA/TPA yang ingin mengabdikan dan mengembangkan dirinya melalui peningkatan Kualitas SDM, Peningkatan Kualitas Program Pendidikan dan Peningkatan Kualitas Kesejahteraan. IGTKA mengorientasikan kegiatannya pada upaya mencerdaskan bangsa melalui pendidikan karakter akhlakul karimah dan pemberantasan buta huruf Al-Qur’an khususnya pada usia dini.
Visi IGTKA, “Menjadi organisasi perjuangan bagi guru TKQ/TPQ sehingga memiliki integritas dan kemampuan professional dalam mewujudkan generasi bebas buta huruf Al-Qur’an”. Misi IGTKA, “Berupaya membina, meningkatkan dan mempertahankan harkat dan martabat guru TKQ/TPQ melalui peningkatan kemampuan secara professional, peningkatan kualitas dan kuantitas lembaga pendidik”. Tujuan umum IGTKA adalah berpartisipasi dalam pembangunan di bidang pendidikan dan sumber daya manusia serta kesejahterannya. Tujuan Khususnya adalah meningkatkan kulaitas program pendidikan guru TKQ/TPQ, mempertinggi kesadaran dan sikap guru TKQ/TPQ dan meningkatkan kualitas dan kemampuan profesi guru.
DOWNLOAD LOGO IGTKA
Untuk mendownload logo IGTKA (Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Al-Quran) dengan format JPG/JPEG (Joint Photographic Experts Group), PNG (Portable Network Graphics) tanpa background atau CDR (CorelDraw) untuk yang bisa diedit, langsung saja klik link dibawah ini:
LINK DOWNLOAD
0 Response to "IGTKA (IKATAN GURU TAMAN KANAK-KANAK AL-QURAN)"
Posting Komentar