DESKRIPSI
Sebagaimana dikurip dari wikipedia.org, ompas Gramedia, disingkat KG, adalah perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang media massa yang didirikan pada tanggal 17 Agustus 1963, berawal dari terbitnya Majalah Intisari, Oleh P.K. Ojong dan Jakob Oetama. Kehadiran Kompas Gramedia tidak terlepas dari sejarah panjang demi mencapai cita-cita mulia dalam rangka mencerdaskan bangsa. Pada tahun 80-an perusahaan ini mulai berkembang pesat, terutama dalam bidang komunikasi. Saat ini, Kompas Gramedia memiliki beberapa anak perusahaan/bisnis unit yang bervariatif dari media massa cetak maupun daring, toko buku, percetakan, penerbitan, radio, hotel, lembaga pendidikan, bentara budaya, penyelenggara acara, stasiun televisi, hingga universitas. Pada tahun 2005, perusahaan ini mempekerjakan sekitar 22.000 karyawan yang tersebar di seluruh Indonesia.
Sebagaimana dikurip dari wikipedia.org, ompas Gramedia, disingkat KG, adalah perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang media massa yang didirikan pada tanggal 17 Agustus 1963, berawal dari terbitnya Majalah Intisari, Oleh P.K. Ojong dan Jakob Oetama. Kehadiran Kompas Gramedia tidak terlepas dari sejarah panjang demi mencapai cita-cita mulia dalam rangka mencerdaskan bangsa. Pada tahun 80-an perusahaan ini mulai berkembang pesat, terutama dalam bidang komunikasi. Saat ini, Kompas Gramedia memiliki beberapa anak perusahaan/bisnis unit yang bervariatif dari media massa cetak maupun daring, toko buku, percetakan, penerbitan, radio, hotel, lembaga pendidikan, bentara budaya, penyelenggara acara, stasiun televisi, hingga universitas. Pada tahun 2005, perusahaan ini mempekerjakan sekitar 22.000 karyawan yang tersebar di seluruh Indonesia.
Dikutip dari bangka.sonora.id, Pada 17 Agustus 1963 lahirlah Majalah Intisari yang menjadi cikal bakal berdirinya Kompas Gramedia seperti yang dikenal sekarang. Semua berawal dari terbitnya Majalah Intisari yang didirikan oleh P.K. Ojong dan Jakob Oetama, sebagai media yang bertemakan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi untuk membuka pikiran masyarakat Indonesia. Kehadiran Kompas Gramedia tidak terlepas dari sejarah panjang demi mencapai cita-cita mulia dalam rangka mencerdaskan bangsa. Berikut visi dan misi Kompas Gramedia : "Menjadikan perusahaan yang terbesar, terbaik, terpadu dan tersebar di Asia Tenggara, melalui usaha berbasis pengetahuan, untuk menciptakan masyarakat terdidik, tercerahkan, menghargai kebhinekaan dan adil sejahtera." Eratnya persahabatan Jakob Oetama dengan P.K. Ojong bisa jadi berawal dari kesamaan pandangan politik dan nilai kemanusiaan yang dianut.
Dikutip dari kompas.com, Eratnya persahabatan Jakob Oetama dengan Petrus Kanisius Ojong bisa jadi berawal dari kesamaan pandangan politik dan nilai kemanusiaan yang dianut. Hal itu juga yang menjadikan Jakob dan Ojong melahirkan majalah Intisari, yang edisi perdananya terbit pada 17 Agustus 1963. Duet Jakob dan Ojong sepakat untuk melahirkan majalah berlandaskan kemanusiaan, yang berisi saripati ilmu pengetahuan dan teknologi dunia. Selain itu, Intisari dibuat sebagai pandangan politik keduanya yang menolak belenggu terhadap masuknya informasi dari luar. Intisari dimaksudkan untuk menjadi pendobrak politik isolasi yang dilakukan pemerintahan Soekarno saat itu. Namun, bukan dengan tulisan yang menyerang, melainkan "tedeng aling-aling".
Ojong dan Jakob merasa perlu hadirnya media yang memuat artikel yang membuka mata dan telinga masyarakat. Sebuah media yang kaya dengan gaya human story, penuh nilai kemanusiaan. Namun, kehadiran Intisari tampaknya belum cukup. Sebab, beberapa tahun kemudian duet Jakob-Ojong melahirkan koran yang dimaksudkan dapat menjadi alternatif, pilihan lain dari banyaknya media partisan yang terbentuk akibat kondisi politik pasca-Pemilu 1955 itu. Kelak, koran itu dikenal dengan nama Kompas. Kehadiran Kompas berawal dari situasi politik yang terbilang tegang dan begitu terpolarisasi ketika itu. Setelah keluarnya Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959, setidaknya ada tiga kekuatan politik besar, yaitu Presiden Soekarno sebagai Pemimpin Besar Revolusi, Partai Komunis Indonesia dan Kekuatan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).
Menurut penuturan mantan Menteri Perkebunan Frans Seda, ide mengenai perlunya kehadiran koran non-partai muncul atas permintaan Menteri/Panglima TNI Angkatan Darat Letjen Ahmad Yani. Frans Seda yang sewaktu itu mewakili Partai Katolik pun diminta Ahmad Yani dengan tujuan itu. Selanjutnya, Frans Seda menemui Ketua Umum Partai Katolik Ignatius Joseph Kasimo untuk merealisasikan ide tersebut. Duet Jakob Oetama dan PK Ojong yang saat itu sudah mendirikan Intisari kemudian dilibatkan dalam ide yang digulirkan Ahmad Yani. Awalnya, Jakob dan Ojong menolak permintaan itu. Jakob menulis alasannya dalam Tajuk Rencana di Kompas, yang juga sebagai obituari dalam mengenang PK Ojong. "Kami berdua sebenarnya enggan menerima permintaan menerbitkan surat kabar Kompas. Lingkungan politik, ekonomi, dan infratruktur pada masa itu tidak menunjangnya," tulis Jakob pada koran yang terbit 2 Juni 1980 itu.
Jakob dan Ojong akhirnya sepakat, dengan catatan koran baru itu bukan corong partai, berdiri di atas semua golongan, bersifat umum, dan berdasarkan kemajemukan Indonesia. Ketika kesepakatan itu dicapai, maka dibentuklah Yayasan Bentara Rakyat. Nama itu terinspirasi dari majalah Bentara yang populer di Flores. Sedangkan menurut Jakob, nama "Bentara" terinspirasi dari seorang penulis bernama Kanis Pari, yang sering menulis di majalah itu. Setelah ide disepakati dan rancangan dijalankan, tahap berikutnya adalah proses mendapatkan izin. Salah satu persyaratan yang dilakukan dengan kerja keras adalah bukti adanya pelanggan, setidaknya berdasarkan 3.000 tanda tangan. Berkat bantuan Frans Seda, persyaratan itu dipenuhi. Izin pun didapat. Meski begitu, masih ada semacam fatsoen politik yang harus dijalani.
Frans Seda merupakan anggota kabinet. Saat Presiden Soekarno mendengar bahwa Frans Seda akan membuat koran, Frans pun melaporkan rencana itu. Saat ditanya tentang nama koran yang akan dibuat, Frans Seda menjawab, "Bentara Rakyat, Bung!". Rupanya, Bung Karno tidak keberatan dengan lahirnya koran itu. Malah, Bung Karno menjadi sosok yang melahirkan nama koran yang kini menjadi koran terbesar di Indonesia. "Aku akan memberi nama yang lebih bagus. 'Kompas'. Tahu toh apa itu kompas? Pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan hutan rimba." ujar Soekarno. Di saat terakhir, ketika dummy dengan logo Bentara Rakyat siap dicetak, usulan itu disampaikan. Kemudian, ide nama dari Bung Karno itu diterima.
DOWNLOAD LOGO KOMPAS GRAMEDIA
Untuk mendownload logo Kompas Gramedia dengan format JPG/JPEG (Joint Photographic Experts Group), PNG (Portable Network Graphics) tanpa background atau CDR (CorelDraw) untuk yang bisa diedit, langsung saja klik link dibawah ini:
LINK DOWNLOAD
0 Response to "KOMPAS GRAMEDIA"
Posting Komentar