DESKRIPSI
Kota Pasuruan adalah sebuah kota yang masuk ke dalam wilayah provinsi Jawa Timur. Secara posisi Kota Pasuruan terletak di kordinat 112° 45’ 00” sampai 112° 55’ 00” Bujur Timur dan 7° 35’ 00" sampai 7° 45’ 00” Lintang Selatan, dimana posisinya pada sebelah utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Pasuruan dan Selat Madura, sedang pada sebelah timurnya berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan, sementara di sebelah Selatan Kota ini berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan, sementara itu di sebelah Barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Pasuruan. Secara umum kondisi daratan di Kota Pasuruan merupakan kawasan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 4 m di atas permukaan laut.
Kota Pasuruan adalah sebuah kota yang masuk ke dalam wilayah provinsi Jawa Timur. Secara posisi Kota Pasuruan terletak di kordinat 112° 45’ 00” sampai 112° 55’ 00” Bujur Timur dan 7° 35’ 00" sampai 7° 45’ 00” Lintang Selatan, dimana posisinya pada sebelah utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Pasuruan dan Selat Madura, sedang pada sebelah timurnya berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan, sementara di sebelah Selatan Kota ini berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan, sementara itu di sebelah Barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Pasuruan. Secara umum kondisi daratan di Kota Pasuruan merupakan kawasan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 4 m di atas permukaan laut.
Kota Pasuruan sendiri wilayahnya terdiri dari 4 kecamatan dan 34 kelurahan. Berdasarkan data statistik pada tahun 2017, jumlah penduduk Kota Pasuruan mencapai 209.104 jiwa. Luas wilayah Kota Pasuruan yaitu 35,29 km², sehingga tingkat sebaran penduduknya mencapai 5.925 jiwa/km². Kota Pasuruan merupakan penghubung Pulau Jawa dengan Pulau Bali melalui jalur utama pantai utara, hal ini pula yang menyebabkan Kota Pasuruan memiliki prospek ekonomi yang besar khususnya di kawasan Indonesia bagian timur.
Destinasi wisata yang ada di Kota Pasuruan diantaranya yaitu Pelabuhan Pasuruan yang menjadi pusat perdagangan hasil laut, lalu ada Taman Kota yang terletak di dekat Stadion Untung Suropati dan terdapat banyak fasilitas bermain anak-anak, ada juga Astoria Waterpark yang berada di kawasan CBD, Bioskop Star Cineplexdi kompleks pertokoan BCA, Kolam Renang Pondok Surya Kencana di Perumahan Pondok Surya Kencana, Kolam Renang Inna Joyo Tirto di Bugul Kidul, dan Kolam Renang Milenium di kawasan Perumahan Millenium di Jl. Erlangga.
Selain destinasi wisata, jangan lupa untuk mencoba kuliner khas Kota Pasuruan seperti bipang Jangkar, roti Matahari, dan keripik singkong. Makanan khas kota Pasuruan rasanya sangat identik dengan makanan tradisional seperti Nasi Rawon, sate Komo ( berbahan dasar daging sapi ), dan juga kupang Kraton khas kota Pasuruan.
Situs Resmi Kota Pasuruan : www.pasuruankota.go.id
SEJARAH KOTA PASURUAN (PASURUAN CITY)
Sejarah Kota Pasuruan berkaitan erat dengan Kerajaan Airlangga, yang mana di wilayah pasuruan dulunya merupakan sebuah kota pelabuhan penting dengan nama pelabuhannya "Tanjung Tembikar". Wilayah Kota Pasuruan sendiri dulunya lebih dikenal dengan nama "Paravan" dan menjadi tempat transit serta menjadi lokasi pasar perdagangan antar pulau serta antar negara. Kondisi tersebut akhirnya menarik banyak bangsawan dan saudagar kaya untuk menetap di Pasuruan guna melakukan perdagangan. Hal ini menyebabkan masyarakat di Kota Pasuruan memiliki kemajemukan bangsa dan suku bangsa.
Menurut kronik Jawa tentang penaklukan oleh Sultan Trenggono dari Demak, Pasuruan berhasil ditaklukan pada tahun 1545. Sejak saat itu Pasuruan menjadi kekuatan Islam yang penting di ujung timur Jawa. Pada tahun-tahun berikutnya terjadi perang dengan kerajaan Blambangan yang masih beragama Hindu-Budha. Pada tahun 1601 ibu kota Blambangan dapat direbut oleh Pasuruan. Pada tahun 1617-1645 yang berkuasa di Pasuruan adalah seorang Tumenggung dari Kapulungan yakni Kiai Gede Kapoeloengan yang bergelar Kiai Gedee Dermoyudho I.
Pada masa setelah itu Pasuruan mendapat serangan dari Kertosuro sehingga Pasuruan jatuh dan Kiai Gedee Kapoeloengan melarikan diri ke Surabaya hingga meninggal dunia dan dimakamkan di Pemakaman Bibis (Surabaya). Selanjutnya yang menjadi raja adalah putra Kiai Gedee Dermoyudho I yang bergelar Kiai Gedee Dermoyudho II (1645-1657). Pada tahun 1657 Kiai Gedee Dermoyudho II mendapat serangan dari Mas Pekik (Surabaya), sehingga Kiai Gedee Dermoyudho II meninggal dan dimakamkan di Kampung Dermoyudho, Kelurahan Purworejo, Kota Pasuruan. Mas Pekik memerintah dengan gelar Kiai Dermoyudho (III) hingga meninggal dunia pada tahun 1671 dan diganti oleh putranya, Kiai Onggojoyo dari Surabaya (1671-1686).
Kiai Onggojoyo kemudian harus menyerahkan kekuasaanya kepada Untung Suropati yang merupakan seorang budak belian yang ikut berjuang menentang Belanda. Setelah berhasil membunuh Kapten Tack, Untung Suropati tinggal di Mataram, untuk menghindari kecurigaan Belanda, pada tanggal 8 Februari 1686, Pangeran Nerangkusuma yang telah mendapat restu dari Amangkurat I (Mataram) memerintahkan Untung Suropati berangkat ke Pasuruan untuk menjadi adipati (raja) dengan menguasai daerah Pasuruan dan sekitarnya. Untung Suropati menjadi raja di Pasuruan dengan gelar Raden Adipati Wironegoro.
Pemerintah Belanda terus berusaha menumpas perjuangan Untung Suropati, namun terus mengalami kegagalan, akhirnya Belanda bekerja sama dengan putra Kiai Onggojoyo yang juga bernama Onggojoyo untuk menyerang Untung Suropati. Mendapat serangan dari Onggojoyo yang dibantu oleh tentara Belanda, Untung Suropati terdesak dan mengalami luka berat hingga meninggal dunia pada tahun 1706. Sepeninggal Untung Suropati kendali kerajaan dilanjutkan oleh putranya yang bernama Rakhmad yang meneruskan perjuangan sampai ke timur dan akhirnya gugur di medan pertempuran pada tahun 1707.
Pada tahun 1707, Onggojoyo kemudian diangkat menjadi Adipati Pasuruan dengan gelar Demoyudho IV. etelah beberapa kali berganti pimpinan pada tahun 1743 Pasuruan dikuasai oleh Raden Ario Wironegoro. Pada saat Raden Ario Wironegoro menjadi Adipati di Pasuruan, yang menjadi patihnya adalah Kiai Ngabai Wongsonegoro. Pada masa ini pula Belanda terus membujuk Patih Kiai Ngabai Wongsonegoro untuk menggulingkan pemerintahan Raden Ario Wironegoro. Terus mendapati tekanan, akhirnya Raden Ario melarikan diri ke Malang dan sejak saat itu seluruh kekuasaan di Pasuruan dipegang oleh Belanda. Karena jasanya terhadap Belanda, Kiai Ngabai Wongsonegoro diangkat menjadi Bupati Pasuruan dengan gelar Tumenggung Nitinegoro.
Setelah Kiai Ngabai Wongsonegoro meninggal dunia, putranya yang bernama Raden Groedo yang masih berusia 11 tahun diangkat menggantikan kedudukan ayahnya menjadi Bupati Pasuruan dengan gelar Kiai Adipati Nitiadiningrat. Adipati Nitiadiningrat dikenal sebagai Bupati yang cakap, teguh pendirian, setia kepada rakyatnya, namun pandai mengambil hati Pemerintah Belanda. Pada tahun 1800, Raden Beji Notokoesoemo menjadi bupati menggantikan ayahnya dengan gelar Toemenggoeng Nitiadiningrat II. Pada tahun 1809, Toemenggoeng Nitiadiningrat II digantikan oleh putranya yakni Raden Pandjie Brongtokoesoemo dengan gelar Raden Adipati Nitiadiningrat III. Pada tahun 1809, Toemenggoeng Nitiadiningrat II digantikan oleh putranya yakni Raden Pandjie Brongtokoesoemo dengan gelar Raden Adipati Nitiadiningrat III.
Pemerintahan Pasuruan sudah ada sejak Kiai Dermoyudho I hingga dibentuknya Residensi Pasuruan pada tanggal 1 Januari 1901. Sedangkan Kotapraja (Gementee) Pasuruan terbentuk berdasarkan Staatblat 1918 No.320 dengan nama Stads Gemeente Van Pasoeroean pada tanggal 20 Juni 1918. Sejak tanggal 14 Agustus 1950 dinyatakan Kotamadya Pasuruan sebagai daerah otonom yang terdiri dari desa dalam 1 kecamatan. Pada tanggal 21 Desember 1982 Kotamadya Pasuruan diperluas menjadi 3 kecamatan dengan 19 kelurahan dan 15 desa. Pada tanggal 12 Januari 2002 terjadi perubahan status desa menjadi kelurahan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2002, dengan demikian wilayah Kota Pasuruan terbagi menjadi 34 kelurahan. Berdasarkan UU no.22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah terjadi perubahan nama dari kotamadya menjadi kota maka Kotamadya Pasuruan berubah menjadi Kota Pasuruan.
ARTI LOGO KOTA PASURUAN (PASURUAN CITY)
Berikut ini adalah arti atau makna dari Logo Kota Pasuruan berdasarkan PERDA No. II/1988 Pasal.3, yaitu:
- Perisai Bulat Telur, Mempunyai makna melukiskan sifat – sifat ketahanan dari segenap potensi yang terdapat dalam Kota Pasuruan
- Padi 17 butir dan Kapas 8 buah, Melukiskan kemakmuran dan kesejahteraan kota pasuruan, baik meliputi sandang pangan, unsure unur perkonomian yang lain maupun yang meliputi kemajuan dari pada pembangunan di segala bidang.
- Latar Belakang Gunung, Melambangkan seolah olah kota Pasuruan diapit oleh Pegunungan Tengger dan selat Madura.
- Pita Merah Putih, Menjiwai semangat ketahanan
- Pita Putih bertuliskan "Sura Dira Satyapati", Mempunyai arti Berani Teguh Hati dan Setya kepada pimpinan Negara dan Agama, perkataan Sura Pati juga melambangkan bahwa masyarakat Kota Pasuruan akan mengingat pahlawan Untung Soeropati
DOWNLOAD LOGO KOTA PASURUAN (PASURUAN CITY)
Untuk mendownload logo KOTA PASURUAN (PASURUAN CITY) dengan format JPG/JPEG (Joint Photographic Experts Group), PNG (Portable Network Graphics) tanpa background atau CDR (CorelDraw) untuk yang bisa diedit, langsung saja klik link dibawah ini:
LINK DOWNLOAD
0 Response to "DOWNLOAD LOGO KOTA PASURUAN (PASURUAN CITY)"
Posting Komentar