DOWNLOAD LOGO KOTA YOGYAKARTA (YOGYAKARTA CITY)

 
DESKRIPSI
Kota Yogyakarta adalah sebuah kota yang masuk ke dalam wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara posisi Kota Yogyakarta terletak di kordinat 110° 24’ 19” sampai 110° 28’ 53” Bujur Timur dan 7° 15’ 24" sampai 7° 49’ 26” Lintang Selatan, dimana posisinya pada sebelah utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Sleman, sedang pada sebelah timurnya berbatasan dengan Kabupaten Sleman, sementara di sebelah Selatan Kota ini berbatasan dengan Kabupaten Bantul, sementara itu di sebelah Barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Sleman. Secara umum kondisi daratan di Kota Yogyakarta merupakan kawasan dataran rendah, dimana kotaini terletak di lembah tiga sungai, yaitu Sungai Winongo, Sungai Code (yang membelah kota dan kebudayaan menjadi dua), dan Sungai Gajahwong.

Kota Yogyakarta sendiri wilayahnya terdiri dari 14 kemantren dan 45 kelurahan. Berdasarkan data statistik pada tahun 2017, jumlah penduduk Kota Yogyakarta mencapai 410.262 jiwa. Luas wilayah Kota Yogyakarta yaitu 32,50 km², sehingga tingkat sebaran penduduknya mencapai 12.623 jiwa/km². Kota Yogyakarta adalah ibu kota dan pusat pemerintahan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dan kota terbesar keempat di wilayah Pulau Jawa bagian selatan menurut jumlah penduduknya. Bahkan salah satu kecamatan di Yogyakarta, yaitu Kotagede pernah menjadi pusat Kesultanan Mataram antara kurun tahun 1575–1640. 

Destinasi wisata yang ada di Kota Yogyakarta diantaranya yaitu Tugu Jogja yang terletak di jalan alun-alun kidul, Titik nol kolometeryang berada di Gondomanan, Keraton Yogyakarta yang berada di jalan Rotowijayan blok 1, Taman Sari yang ada di komplek kraton Yogyakarta, Jalan Malioboro yang banyak terdapat spot foto, kuliner dan pusat oleh-oleh khas jogja, Museum Batik Yogyakarta, Taman Pintar, Kampung Cyber, Pasar Beringharjo di Gondomanan, Benteng Vredeburg di Ngupasan, Museum anak kolong tangga di Mantrijeron, De Mata Trick Eye Museum di XT Square Umbulharjo, De Arca Statue Art Museum di XT Square Umbulharjo dan Gembiro Loka Zoo di Kotagede.

Keraton (Istana) yang masih berfungsi dalam arti yang sesungguhnya adalah Keraton Ngayogyakarta dan Puro Paku Alaman, yang merupakan pecahan dari Kesultanan Mataram. Beberapa pusaka yang menjadi identitas Kota Yogyakarta yaitu Tombak Kyai Wijoyo Mukti yang merupakan Pusaka Pemberian Raja Kraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X. Tombak ini dibuat pada tahun 1921 semasa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Senjata yang sering dipergunakan para prajurit ini mempunyai panjang 3 meter. Tombak dengan pamor wos wutah wengkon dengan dhapur kudhuping gambir ini, landeannya sepanjang 2,5 meter terbuat dari kayu walikun, yakni jenis kayu yang sudah lazim digunakan untuk gagang tombak dan sudah teruji kekerasan dan keliatannya. 

Situs Resmi Kota Yogyakarta : www.jogjakota.go.id

SEJARAH KOTA YOGYAKARTA
Nama Yogyakarta terambil dari dua kata, yaitu Ayogya atau Ayodhya yang berarti "kedamaian" (atau tanpa perang, a "tidak", yogya merujuk pada yodya atau yudha, yang berarti "perang"), dan Karta yang berarti "baik". Ayodhya merupakan kota yang bersejarah di India di mana wiracarita Ramayana terjadi. Tapak keraton Yogyakarta sendiri menurut babad (misalnya Babad Giyanti) dan leluri (riwayat oral) telah berupa sebuah dalem yang bernama Dalem Gerjiwati; lalu dinamakan ulang oleh Sunan Pakubuwana II sebagai Dalem Ayogya.
 
Berdirinya Kota Yogyakarta berawal dari adanya Perjanjian Gianti pada Tanggal 13 Februari 1755 yang ditandatangani Kompeni Belanda di bawah tanda tangan Gubernur Nicholas Hartingh atas nama Gubernur Jendral Jacob Mossel. Isi Perjanjian Gianti : Negara Mataram dibagi dua : Setengah masih menjadi Hak Kerajaan Surakarta, setengah lagi menjadi Hak Pangeran Mangkubumi. Dalam perjanjian itu pula Pengeran Mangkubumi diakui menjadi Raja atas setengah daerah Pedalaman Kerajaan Jawa dengan Gelar Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alega Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah.

Adapun daerah-daerah yang menjadi kekuasaannya adalah Mataram (Yogyakarta), Pojong, Sukowati, Bagelen, Kedu, Bumigede dan ditambah daerah mancanegara yaitu; Madiun, Magetan, Cirebon, Separuh Pacitan, Kartosuro, Kalangbret, Tulungagung, Mojokerto, Bojonegoro, Ngawen, Sela, Kuwu, Wonosari, Grobogan. Setelah selesai Perjanjian Pembagian Daerah itu, Pengeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I segera menetapkan bahwa Daerah Mataram yang ada di dalam kekuasaannya itu diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dan beribukota di Ngayogyakarta (Yogyakarta). Ketetapan ini diumumkan pada tanggal 13 Maret 1755.

Tempat yang dipilih menjadi ibukota dan pusat pemerintahan ini ialah Hutan yang disebut Beringin, dimana telah ada sebuah desa kecil bernama Pachetokan, sedang disana terdapat suatu pesanggrahan dinamai Garjitowati, yang dibuat oleh Susuhunan Paku Buwono II dulu dan namanya kemudian diubah menjadi Ayodya. Setelah penetapan tersebut diatas diumumkan, Sultan Hamengku Buwono segera memerintahkan kepada rakyat membabad hutan tadi untuk didirikan Kraton. Sebelum Kraton itu jadi, Sultan Hamengku Buwono I berkenan menempati pasanggrahan Ambarketawang daerah Gamping, yang tengah dikerjakan juga. Menempatinya pesanggrahan tersebut resminya pada tanggal 9 Oktober 1755. Dari tempat inilah beliau selalu mengawasi dan mengatur pembangunan kraton yang sedang dikerjakan.

Setahun kemudian Sultan Hamengku Buwono I berkenan memasuki Istana Baru sebagai peresmiannya. Dengan demikian berdirilah Kota Yogyakarta atau dengan nama utuhnya ialah Negari Ngayogyakarta Hadiningrat. Pesanggrahan Ambarketawang ditinggalkan oleh Sultan Hamengku Buwono untuk berpindah menetap di Kraton yang baru. Peresmian mana terjadi Tanggal 7 Oktober 1756. Kota Yogyakarta dibangun pada tahun 1755, bersamaan dengan dibangunnya Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I di Hutan Beringin, suatu kawasan diantara sungai Winongo dan sungai Code dimana lokasi tersebut nampak strategi menurut segi pertahanan keamanan pada waktu itu.

Sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII menerima piagam pengangkatan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi DIY dari Presiden RI, selanjutnya pada tanggal 5 September 1945 beliau mengeluarkan amanat yang menyatakan bahwa daerah Kesultanan dan daerah Pakualaman merupakan Daerah Istimewa yang menjadi bagian dari Republik Indonesia menurut pasal 18 UUD 1945.  Dan pada tanggal 30 Oktober 1945, beliau mengeluarkan amanat kedua yang menyatakan bahwa pelaksanaan Pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta akan dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII bersama-sama Badan Pekerja Komite Nasional.

Meskipun Kota Yogyakarta baik yang menjadi bagian dari Kesultanan maupun yang menjadi bagian dari Pakualaman telah dapat membentuk suatu DPR Kota dan Dewan Pemerintahan Kota yang dipimpin oleh kedua Bupati Kota Kasultanan dan Pakualaman, tetapi Kota Yogyakarta belum menjadi Kota Praja atau Kota Otonom, sebab kekuasaan otonomi yang meliputi berbagai bidang pemerintahan masih tetap berada di tangan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Yogyakarta yang meliputi daerah Kasultanan dan Pakualaman baru menjadi Kota Praja atau Kota Otonomi dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1947, dalam pasal I menyatakan bahwa Kabupaten Kota Yogyakarta yang meliputi wilayah Kasultanan dan Pakualaman serta beberapa daerah dari Kabupaten Bantul yang sekarang menjadi Kecamatan Kotagede dan Umbulharjo ditetapkan sebagai daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

ARTI LOGO  KOTA YOGYAKARTA
Berikut ini adalah arti atau makna dari Logo Kota Yogyakarta :
  1. Mangayu Hayuning Bawono, yang artinya Cita-cita untuk menyempurnakan masyarakat
  2. Bintang Emas, sebagai simbol Cita-cita kesejahteraan yang dapat dicapai dengan usaha dibidang kemakmuran
  3. Padi dan kapas:, melambangkan Jalan yang ditempuh dalam usaha kemakmuran pangan dan sandang
  4. Perisai, melambangkan Pertahanan
  5. Tugu, yang merupakan ciri khas Kota Yogyakarta
  6. Dua sayap, melambangkan kekuatan yang harus seimbang
  7. Gunungan, melambangkan kebudayaan, dimana dalam gunungan tersebut termuat Beringin Kurung yang melambangkan Kerakyatan, Banteng yang melambangkan semangat keberanian, dan Keris yang melambangkan Perjuangan
  8. Terdapat dua sengkala, yaitu : "Gunaning Keris Anggatra Kota Praja", Tahun 1953 merupakan tahun permulaan pemakaian Lambang Kota Yogyakarta. "Warna Hasta Samadyaning Kotapraja", Tahun 1884
 
Arti Warna:
  • Warna Hitam : Simbol Keabadian
  • Warna Kuning dan Keemasan : Simbol Keluhuran
  • Warna Putih : Simbol Kesucian
  • Warna Merah : Simbol Keberanian
  • Warna Hijau : Simbol Kemakmuran

DOWNLOAD LOGO  KOTA YOGYAKARTA
Untuk mendownload logo KOTA YOGYAKARTA (YOGYAKARTA CITY) dengan format JPG/JPEG (Joint Photographic Experts Group), PNG (Portable Network Graphics) tanpa background atau CDR (CorelDraw) untuk yang bisa diedit, langsung saja klik link dibawah ini:


LINK DOWNLOAD

>>  LOGO KOTA YOGYAKARTA (YOGYAKARTA CITY)  <<
Format JPG   |   Format PNG   |   Format CorelDraw

0 Response to "DOWNLOAD LOGO KOTA YOGYAKARTA (YOGYAKARTA CITY)"

Posting Komentar