DOWNLOAD LOGO KABUPATEN PIDIE (PIDIE REGENCY)

 
DESKRIPSI
Kabupaten Pidie adalah sebuah kabupaten yang masuk ke dalam wilayah provinsi Aceh. Secara posisi Kabupaten ini terletak di kordinat 95° 75' 00” -  96° 20' 00” Bujur Timur dan 4° 30’ 00" - 4° 60’ 00" Lintang Selatan, dimana pada sisi sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Selat Malaka, sedang pada sisi sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bieruen, dan Kabupaten Aceh Tengah, lalu pada sisi sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat, sementara di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Aceh Jaya. Wilayah Kabupaten Pidie secara umum merupakan wilayah dataran tinggi (pegunungan),  dan sebagaian lainnya berupa dataran rendah, lembah dan garis pantai.

Kabupaten Pidie  sendiri wilayahnya terdiri dari 23 Kecamatan dan 730 Gampong. Berdasarkan data statistik pada tahun 2017, jumlah penduduk Kabupaten Pidie mencapai 437.740 jiwa. Luas wilayah Kabupaten Pdie yaitu 3.086,95 km², sehingga tingkat sebaran penduduknya mencapai 142 jiwa/km². Kabupaten Pidie merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar ke 2 di provinsi aceh setelah kabupaten aceh utara. Dua pertiga masyarakat kabupaten ini ada di perantauan, buat masyarakat wilayah ini merantau adalah sebuah kebiasaan yang turun temurun untuk melatih kemandirian dan keterampilan. Masyarakat wilayah ini mendominasi pasar-pasar di berbagai wilayah di provinsi Aceh dan sebagian ke provinsi sumatera utara dan negara tetangga malaysia.         
   
Destinasi wisata yang ada di Kabupaten Pidie ada beragam, diantaranya yaitu Air Panas Beungga yang berada di kecamatan Kemukiman Beungga, Monumen Tsunami Kota Sligi yang terletak di desa kuala pidie kecamatan Kota Sigli, lalu ada wisata air terjun tangse yang berlokasi di kecamatan Tangse, kemudian ada wisata pesona Puncak Kule yang berlokasi di kecamatan Batee, ada juga wisata pantai Mantak Tari yang berlokasi di kecamatan simpang tiga, ada juga wisata di Dermaga Ujong Pi yang terletak di kecamatan Muara Tiga, ada juga wisata ke Menara air belanda di blok Bengkel Kecamatan Kota Sigli, kemudian ada wisata religi ke Makam tengku Abdullah Di Tiro yang terletak di kecamatan Indra Jaya, dan wisata Lingkok Kuwieng berupa ngarai dengan tebing batuan yang berlokasi di kecamatan Padang Tiji.

Selain destinasi wisata diatas, kita juga bisa berkunjung ke beberapa tempat wisata lain yaitu Masjid Po Teumeureuhom (Mutiara Barat) di kota Sigli, Guha Tujuh (Laweung) berupa gua dengan pesona menarik terletak di kecamatan Muara Tiga, Arung Jeram Tangse di sepanjang aliran sungai Geumpang yang terletak di kecamatan Tangse, lalu ada Krueng Geunie yang berlokasi di Kecamatan Tangse, Waduk Rajui Padang Taji di kaki lembah Sulawah kecamatan Padang Tiji, Pantai Pelangi di kecamatan Kota Sigli, Masjid Abu Beureueh di kecamatan Mutiara, ada juga wisata Lancang Garam sebuah tempat pembuatan garam dari air laut yang berlokasi di kecamatan Simpang Tiga, ada juga Bendungan Pinto Sa di kecamatan Tiro/Treuseb, gunung Peut Sagoe di wilayah Meureudu, dan Gunung Taleuk serta Teuraceu Angen Beungga di kecamatan Tangse.

Website Resmi Kabupaten Pidie : www.pidiekab.go.id

SEJARAH KABUPATEN PIDIE
Pidie sebelumnya adalah kerajaan Pedir yang berbeda dengan Aceh, sehingga sampai sekarang Pidie tidak disebut sebagai Aceh Pidie, melainkan kabupaten Pidie saja. Ketika terjadi konfrontasi dengan Portugal, maka kerajaan Pedir menggabungkan diri dengan Kerajaan Aceh untuk melawan Penjajah Portugis. Daerah ini merupakan tempat cikal bakal lahirnya Gerakan Aceh Merdeka atau Hasan Tiro yang kini bermukim di Swedia. Namun anehnya, pergolakan justru paling banyak terjadi di kawasan tetangganya dibanding Pidie sendiri. Ketika Meureudu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Kerajaan Poli (Pedir) sebagai cikal bakal daerah Pidie. Keberadaan dan sejarah kerajaan-kerajaan tersebut masih perlu ditelusuri lagi. Catatan-catatan sejarah yang ada sekarang, hanya sedikit yang menjelaskan tentang hal itu. Meski demikian, kedatangan Sultan Iskandar Muda ke Negeri Meureudu sebelum menyerang Pahang di Semenanjung Malaya bisa membuka sedikit tabir informasi tersebut. 

Informasi tentang kerajaan-kerajaan di Pidie dan Pidie Jaya sekarang lebih banyak didominasi oleh sejarah daerah tersebut setelah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam. Negeri Meureudu dalam Kerajaan Aceh Darussalam memiliki peranan penting sebagai lumbung pangan. Sebelum Islam masuk ke Aceh, di Aceh telah berkembang kota-kota kerajan hindu seperti Kerajaan Poli di Pidie yang berkembang sekitar tahun 413 M. Kerajan Sahe sering juga di sebut Sanghela di kawasan Ulei Gle dan Meureudu, kerajan ini terbentuk dan dibawa oleh pendatang dari pulau Ceylon. Kerajaan Indrapuri di Indrapuri. Kerajaan Indrapatra di Ladong. Kerajaan Indrapurwa di Lampageu, Kuala pancu (Ujong Pancu). Semua kota-kota Hindu tersebut setelah islam kuat di Aceh dihancurkan.

Sejarah Negeri Pidie/Sjahir Poli, digambarkan sebagai daerah dataran rendah yang luas dengan tanah yang subur, sehingga kehidupan penduduknya makmur. Batas-batas kerajaan ini meliputi, sebelah timur dengan Kerajaan Samudra/Pasai, sebelah barat dengan Kerajaan Aceh Darussalam, sebelah selatan dengan pegunungan, serta dengan selat Malaka di sebelah utara. Kerajaan Sahe/Sanghela sendiri termasuk dalam wilayah kerjaan Sama Indra di bagian timur. Suku yang mendiami kerajaan ini berasal dari Mon Khmer yang datang dari Asia Tenggara yakni dari Negeri Campa. Suku Mon Khmer itu datang ke Poli beberapa abad sebelum masehi. Rombongan ini dipimpin oleh Sjahir Pauling yang kemudian dikenal sebagai Sjahir Poli. Mereka kemudian berbaur dengan masyarakat sekitar yang telah lebih dahulu mendiami kawasan tersebut. 

Setelah berlabuh dan menetap di kawasan itu, Sjahir Poli mendirikan sebuah kerajaan yang dinamai Kerajaan Sama Indra. Waktu itu mereka masih menganut agama Budha Mahayana atau Himayana. Oleh M Junus Djamil diyakini dari agama ini kemudian masuk pengaruh Hindu. Lama kelamaan Kerajaan Sama Indra pecah mejadi beberapa kerajaan kecil. Seperti pecahnya Kerajaan Indra Purwa (Lamuri) menjadi Kerajaan Indrapuri, Indrapatra, Indrapurwa dan Indrajaya yang dikenal sebagai kerajaan Panton Rie atau Kantoli di Lhokseudu. Bisa jadi juga, Kerjaan Sahe/Sanghela berdiri setelah Kerajaan Sama Indra ini pecah menjadi beberapa kerajaan kecil, hingga kemudian membentuk sebuah kerajaan tersendiri. 

Kala itu Kerajaan Sama Indra menjadi saingan Kerajaan Indrapurba (Lamuri) di sebelah barat dan kerajaan Plak Plieng (Kerajaan Panca Warna) di sebelah timur. Kerajaan Sama Indra mengalami goncangan dan perubahan yang berat kala itu. Pada pertengahan abad ke-14 masehi penduduk di Kerajaan Sama Indra beralih dari agama lama menjadi pemeluk agama Islam, setelah kerajaan itu diserang oleh Kerajaan Aceh Darussalam yang dipimpin Sultan Mansyur Syah (1354 – 1408 M). Selanjutnya, pengaruh Islam yang dibawa oleh orang-orang dari Kerajaan Aceh Darussalam terus mengikis ajaran hindu dan budha di daerah tersebut. Setelah kerajaan Sama Indra takluk pada Kerajaan Aceh Darussalam, makan sultan Aceh selanjutnya, Sultan Mahmud II Alaiddin Johan Sjah mengangkat Raja Husein Sjah menjadi sultan muda di negeri Sama Indra yang otonom di bawah Kerajaan Aceh Darussalam. Kerajaan Sama Indra kemudian berganti nama menjadi Kerajaan Pedir, yang lama kelamaan berubah menjadi Pidie seperti yang dikenal sekarang. 

Meski sebagai kerajaan otonom di bawah Kerajaan Aceh Darussalam, peranan raja negeri Pidie tetap dipererhitungkan. Malah, setiap keputusan Majelis Mahkamah Rakyat Kerajaan Aceh Darussalam, sultan tidak memberi cap geulanteu (stempel halilintar) sebelum mendapat persetujuan dari Laksamana Raja Maharaja Pidie. Maha Raja Pidie beserta uleebalang syik dalam Kerajaan Aceh Darussalam berhak mengatur daerah kekuasaannya menurut putusan balai rakyat negeri masing-masing. Setelah Sultan Mahmud II Alaiddin Jauhan Syah raja Kerajaan Aceh Darussalam Mangkat, maka Sultan Husain Syah selaku Maharaja Pidie diangkat sebagai penggantinya. Ia memerintah Kerajaan Aceh dari tahun 1465 sampai 1480 Masehi. Kemudian untuk Maharaja Pidie yang baru diangkat anaknya yang bernama Malik Sulaiman Noer. Sementara putranya yang satu lagi, Malik Munawar Syah diangkat menjadi raja muda dan laksamana di daerah timur, yang mencakup wilayah Samudra/Pase, Peureulak, Teuminga dan Aru dengan pusat pemerintahan di Pangkalan Nala (Pulau Kampey). 

ARTI LOGO KABUPATEN PIDIE
Berikut adalah makna/arti dari logo Kabupaten Pidie :
  1. Segi lima berbentuk khas Rumoh Aceh juga mengandung arti bahwa Kabupaten DaerahTingkat II Pidie adalah salah satu KabupatenDalam Wilayah Negara Keasatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila Dan Undang-Undang Dasar 1945
  2. Bentuk perisai yang bersegi lima di tengah mengandung arti bahwa rakyat Kabupaten Pidie, tetap mempertahankan Pancasila serta bercita-cita untuk mencapai kesejahteraan lahir batin, berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.
  3. Empat unsur yang ada dalam perisai, yaitu "Dancing" memiliki mskns keadilan, "Masjid" memiliki makna kerukunan, "Rencong Terhunus" memiliki arti Kepahlawanan dan "Rantai" memiliki makna persatuan.
  4. Padi pada sisi kanan dan kiri perisai melambangkan kemakmuran .
  5. Bentuk pita dengan tulisan “ PIDIE ” dan buhul ikatan dua tangkai padi dengan pita kuning, mengandung arti bahwa Rakyat Kabupaten Pidie, tetap bersatu dan beruasaha dengan semangat gotong royong untuk meningkatkantaraf hidup dan melenyabkan kemiskinan, melalui usaha dalam bidang pertanian.
  6. Slogan "Pangulee Buet Ibadat - Pangulee Hareukat Meugoe" bermakna "semulia-muliapekerjaan ialah ibadat – semulia-mulia mata pencaharian ialah bertani". Slogan ini mengandung arti bahwa Rakyat Kabupaten Pidie Bercita-cita dan bertekat bulat untuk mengamalkan dan mewujudkan pelaksanaan semua unsur agama( Islam) dalam masyarakat serta berusah sekuat tenaga untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat , melalui bidang pertaniandalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia Yang Berdasar Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 ( Perda Kab. Dati II Pidie No. 8 Tahun 1984).
 
Arti Warna:
  • Hijau lumut, mengandung makna bahwa Kabupaten Daerah Tingkat II Pidie adalah Daerah subur
  • Warna putih pada segi lima, tepi perisai dan tulisan pidie mengandung makna kesucian
  • Warna kuning pada dua tangkai padi, rantai dan pita berarti kemegahan
  • Warna merah putih pada perisai mengandung arti “ BERANI KARENA SUCI( BENAR )
  • Warna hitam pada mesjid,dancing dan gagang Rencong adalah tanda ketahanan dan kesabaran

DOWNLOAD LOGO KABUPATEN PIDIE
Untuk mendownload logo KABUPATEN PIDIE (PIDIE REGENCY) dengan format JPG/JPEG (Joint Photographic Experts Group), PNG (Portable Network Graphics) tanpa background atau CDR (CorelDraw) untuk yang bisa diedit, langsung saja klik link dibawah ini:


LINK DOWNLOAD

>>  LOGO KABUPATEN PIDIE (PIDIE REGENCY) <<
Format JPG   |   Format PNG   |   Format CorelDraw

0 Response to "DOWNLOAD LOGO KABUPATEN PIDIE (PIDIE REGENCY)"

Posting Komentar