DOWNLOAD LOGO KABUPATEN PIDIE JAYA (PIDIE JAYA REGENCY)

 
DESKRIPSI
Kabupaten Pidie Jaya adalah sebuah kabupaten yang masuk ke dalam wilayah provinsi Aceh. Secara posisi Kabupaten ini terletak di kordinat 96° 01' 13,65” -  96° 22' 01” Bujur Timur dan 4° 54’ 15,70" - 5° 18’ 02,24" Lintang Selatan, dimana pada sisi sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, sedang pada sisi sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bieruen, lalu pada sisi sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pidie, sementara di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pidie. Wilayah Kabupaten Pidie Jaya secara umum didominasi wilayahdataran rendah berupa garis pantai dan dataran tinggi berupa pegunungan, dengan ketinggian mulai dari 0 hingga 2300 meter diatas permukaan laut.
 
Kabupaten Pidie Jaya sendiri wilayahnya terdiri dari 8 Kecamatan, 34 Mukim dan 222 Gampong. Berdasarkan data statistik pada tahun 2017, jumlah penduduk Kabupaten Pidie Jaya mencapai 157.588 jiwa. Luas wilayah Kabupaten Pidie Jaya yaitu 1.073,60 km², sehingga tingkat sebaran penduduknya mencapai 147 jiwa/km². Kabupaten Pidie Jaya dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 pada tanggal 2 Januari 2007, merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Pidie. Kabupaten Pidie Jaya adalah 1 dari 16 usulan pemekaran kabupaten/kota yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 8 Desember 2006.          
   
Destinasi wisata yang ada di Kabupaten Pidie ada beragam, diantaranya yaitu pantai Kuthang yang berlokasi di Kecamatan Trienggadeng, kemudian ada pantai Manohara yang berada di desa Meusanah Balek Meureredu, lalu ada pantai Pasi Aron yang terletak di kecamatan Jangka Buya, ada juga Krueng Lhok Gop (Sungai Lhok Gop) di Gampong Kumba Kecamatan Bandar Dua, ada juga air terjun Gunung Palang yang ada di kecamatan Bandar Baru, kemudian ada wisata religi ke Masjid Kuta Batee Meureudu yang berlokasi di Gampong Beuracan kecamatan Meureudu, kemudin ada peninggalan bersejarah berupa Benteng Kuta Batee yang ada di gampong Mayang Lancok, dan ada kuburan Malem Dagang di kecamatan Meusanah Kumbang Ulim.

Selain destinasi wisata diatas, kita juga bisa berkunjung ke beberapa tempat wisata lain yaitu wisata kuliner Nasi Briyani dan Martabak Kari yang menjadi makanan khas Pidie Jaya, lalu ada kerajinan Pandan yang bisa ditemukan di kecamatan Meurah dua, lalu ada sunga/krueng Cubo di kecamatan Bandar Baru, lalu ada wisata air di Batu Iliek yang berlokasi di Gampong Meurah kecamatan Samalanga, kemudian bisa juga menengok Masjid Tengku Di Pucok Krueng (Masjid Kembar) yang berada di gampong Pucok Krueng kecamatan Meureudu, lalu ada Taman Kota Pidie Jaya di Gampong Cot Trieng kecamata Meureudu, Pantai Balemon di kecamatan Trienggadeng, Sabana Blag Raweu, Air terjun Ulim Pidie Jaya di Gunung Sala dan Krueng Lampoh Lada di kemukiman Beuracan Kecamatan Meureudu. 

Website Resmi Kabupaten Pidie Jaya : www.pidiejayakab.go.id

SEJARAH KABUPATEN PIDIE JAYA
Sejarah awal Kabupaten Pidie Jaya tentunya tak bisa dipisahkan dari sejarah Negeri Meureudu. Negeri Meureudu sendiri sudah terbentuk dan diakui sejak zaman Kerajaan Aceh. Ketika Sultan Iskandar Muda berkuasa (1607-1636) Meureudu semakin diistimewakan. Menjadi daerah bebas dari aturan kerajaan. Hanya satu kewajiban Meureudu saat itu, menyediakan persediaan logistik (beras) untuk kebutuhan kerajaan Aceh. Sampai Kerajaan Aceh runtuh, Meureudu masih sebuah negeri bebas. 

Dalam perjalanan tugas Iskandar Muda ke daerah Semenanjung Melayu (kini Malaysia) tahun 1613, dia singgah di Meureudu, menjumpai Teungku Muhammad Jalaluddin, yang terkenal dengan sebutan Tgk. Ja Madainah. Dalam percaturan politik Kerajaan Aceh negeri Meureudu juga memegang peranan penting. Hal itu sebegaimana tersebut dalam Qanun al-Asyi atau Adat Meukuta Alam, yang merupakan Undang-undang Kerajaan Aceh. Saat Aceh dikuasai Belanda dan Masjid Indra Puri direbut, dokumen undang-undang kerajaan itu jatuh ke tangan Belanda. Oleh K.F van Hangen dokumen itu kemudian diterbitkan dalam salah satu majalah yang terbit di negeri Belanda. 

Dalam pasal 12 Qanun Al-Asyi disebutkan, Apabila uleebalang dalam negeri tidak menuruti hukum, maka sultan memanggil Teungku Chik Muda Pahlawan Negeri Meureudu, menyuruh pukul uleebalang negeri itu atau diserang dan uleebalang diberhentikan atau diusir, segala pohon tanamannya dan harta serta rumahnya dirampas. Kutipan undang-undang Kerajaan Aceh itu, mensahihkan tentang keberadaan Negeri Meureudu sebagai daerah kepercayaan sultan untuk melaksanakan segala perintah dan titahnya dalam segala aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan Kerajaan Aceh Darussalam. 

Malah karena kemampuan tersebut, Meureudu pernah dicalonkan sebagai ibu kota kerajaan. Caranya, dengan menimbang air Krueng Meureudu dengan air Krueng Aceh. Hasilnya air Krueng Meureudu lebih bagus. Namun konspirasi elit politik di Kerajaan Aceh mengganti air tersebut. Hasilnya ibu kota Kejaan Aceh tetap berada di daerah Banda Aceh sekarang (seputar aliran Krueng Aceh). Untuk mempersiapkan pemindahan ibu kota kerajaan tersebut, sebuah benteng pernah didirikan Sultan Iskandar Muda di Meureudu. Benteng itu sekarang ada di tepi sungai Krueng Meureudu. 

Peranan Negeri Meureudu yang sangat strategis dalam percaturan politik pemerintahan Kerajaan Aceh. Ketika Sultan Iskandar Muda hendak melakukan penyerangan (ekspansi) ke Semenanjung Melayu (Malaysia-red). Ia mengangkat Malem Dagang dari Negeri Meureudu sebagai panglima perang, serta Teungku Ja Pakeh-juga putra Meureudu-sebagai penasehat perang, mendampingi Panglima Malem Dagang. Setelah Semenanjung Melayu, yakni Johor berhasil ditaklukkan oleh Pasukan Pimpinan Malem Dagang, Sultan Iskandar Muda semakin memberikan perhatian khusus terhadap Negeri Meureudu. Kala itu sultan paling tersohor dari Kerajaan Aceh itu mengangkat Teungku Chik di Negeri Meureudu, putra bungsu dari Meurah Ali Taher yang bernama Meurah Ali Husein, sebagai perpanjangan tangan sultan di Meureudu. 

Negeri Meureudu negeri yang langsung berada di bawah Kesultanan Aceh dengan status nanggroe bibeueh (negeri bebas-red). Di mana penduduk negeri Meureudu dibebaskan dari segala beban dan kewajiban terhadap kerajaan. Negeri Meureudu hanya punya satu kewajiban istimewa terhadap Kerajaan Aceh, yakni menyediakan bahan makanan pokok (beras-red), karena Negeri Meureudu merupakan lumbung beras utama kerajaan. 

Keistimewaan Negeri Meureudu terus berlangsung sampai Sultan Iskandar Muda diganti oleh Sultan Iskandar Tsani. Pada tahun 1640, Iskandar Tsani mengangkat Teuku Chik Meureudu sebagai penguasa definitif yang ditunjuk oleh kerajaan. Ia merupakan putra sulung dari Meurah Ali Husein, yang bermana Meurah Johan Mahmud, yang digelar Teuku Pahlawan Raja Negeri Meureudu. Sejak Meurah Johan Mahmud hingga kedatangan kolonial Belanda, negeri Meureudu telah diperintah oleh sembilan Teuku Chik, dan selama penjajahan Belanda, Landschap Meureudu telah diperintah oleh tiga orang Teuku Chik (Zelfbeestuurders). 

Kemudian pada zaman penjajahan Belanda, Negeri Meureudu diubah satus menjadi Kewedanan (Orderafdeeling) yang diperintah oleh seorang Controlleur. Selama zaman penjajahan Belanda, Kewedanan Meureudu telah diperintah oleh empat belas orang Controlleur, yang wilayah kekuasaannya meliputi dari Ulee Glee sampai ke Panteraja. Setelah tentara pendudukan Jepang masuk ke daerah Aceh dan mengalahkan tentara Belanda, maka Jepang kemudian mengambil alih kekuasaan yang ditinggalakan Belanda itu dan menjadi penguasa baru di Aceh. Pada masa penjajahan Jepang, masyarakat Meureudu dipimpin oleh seorang Suntyo Meureudu Sun dan Seorang Guntyo Meureudu Gun. 

Sesudah melewati zaman penjajahan, sejak tahun 1967, Meureudu berubah menjadi Pusat Kawedanan sekaligus pusat kecamatan. Selama Meureudu berstatus sebagai kawedanan, telah diperintah oleh tujuh orang Wedana. Pada tahun 1967, Kewedanan Meureudu dipecah menjadi empat kecamatan yaitu Ulee Glee, Ulim, Meureudu dan Trienggadeng Penteraja, yang masing-masing langsung berada di bawah kontrol Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie. Kini daerah Kawedanan Meureudu menjelma menjadi Kabupaten Pidie Jaya, dengan Meureudu sebagai ibu kotanya. 

ARTI LOGO KABUPATEN PIDIE JAYA
Berikut adalah makna/arti dari logo Kabupaten Pidie Jaya :
  1. Wadah Perisai, bermakna Perlindungan kepada segenap masyarakat Pidie Jaya dalam menghadapi berbagai tantangan guna menuju masyarakat yang adil dan makmur.
  2. Untaian Padi dan Rangkaian Tandan Kapas, bermakna Kemakmuran rakyat Pidie Jaya yang adil dan merata.
  3. Buku/Kitab dan Pena, bermakna Peningkatan SDM atau cita-cita agar Kabupaten Pidie Jaya senantiasa mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi.
  4. Rencong, bermakna Kepahlawanan dan keperkasaaan serta menjunjung tinggi nilai budaya leluhur.
  5. Timbangan dan Neraca, bermakna pemerintah yang adil di Kabupaten Pidie Jaya.
  6. Kubah Masjid dengan Bintang Bulan, bermakna Syariat Islam yang merupakan falsafah hidup bagi masyarakat Pidie Jaya.
  7. Delapan (8) Pintu di Bawah Kubah, bermakna kabupaten Pidie Jaya memiliki delapan (8) kecamatan dalam wilayahnya.
  8. Pita Merah bertuliskan "Pidie Jaya", bermakna masyarakat Pidie Jaya berani manghadapi tantangan kemajuan daerah.
  9. Warna Dasar Biru Tua, bermakna potensi laut di seluruh wilayah Pidie Jaya.
  10. Warna Dasar Biru Muda, bagian atas bermakna warna angkasa yang bersih sebagai cita-cita warga Pidie Jaya.

DOWNLOAD LOGO KABUPATEN PIDIE JAYA

Untuk mendownload logo KABUPATEN PIDIE JAYA (PIDIE JAYA REGENCY) dengan format JPG/JPEG (Joint Photographic Experts Group), PNG (Portable Network Graphics) tanpa background atau CDR (CorelDraw) untuk yang bisa diedit, langsung saja klik link dibawah ini:


LINK DOWNLOAD

>>  LOGO KABUPATEN PIDIE JAYA (PIDIE JAYA REGENCY) <<
Format JPG   |   Format PNG   |   Format CorelDraw

0 Response to "DOWNLOAD LOGO KABUPATEN PIDIE JAYA (PIDIE JAYA REGENCY)"

Posting Komentar