DOWNLOAD LOGO KABUPATEN REJANG LEBONG (REJANG LEBONG REGENCY)

 
DESKRIPSI
Kabupaten Rejang Lebong adalah sebuah kabupaten yang masuk ke dalam wilayah provinsi Bengkulu. Secara posisi Kabupaten Rejang Lebong terletak di titik kordinat 102° 19' 00” -  102° 57' 00” Bujur Timur dan 2° 22’ 07" - 3° 31’ 00" Lintang Selatan, dimana pada sisi sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lebong dan Kabupaten Musi Rawas, sedang pada sisi sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau, lalu pada sisi sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Empat Lawang, dan disebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Tengah dan Kabupaten Bengkulu Utara. Kondisi wilayah Kabupaten Rejang Lebong merupakan daerah yang berbukit-bukit, terletak pada dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian 100 hingga 1000 meter diatas permukaan laut.

Kabupaten Rejang Lebong sendiri wilayahnya terdiri dari 15 Kecamatan dan 157 Desa/Kelurahan. Berdasarkan data statistik pada tahun 2016, jumlah penduduk Kabupaten Rejang Lebong mencapai 257.498 jiwa. Luas wilayah Kabupaten Rejang Lebong yaitu 1.515,76 km², sehingga tingkat sebaran penduduknya mencapai 170 jiwa/km². Mayoritas penduduk kabupaten Rejang Lebong merupakan suku Rejang yang jumlahnya mencapai 43%, disusul suku Jawa yang merupakan pendatang dengan jumlah sekitar 35,2%. Mata pencarian penduduk didominasi oleh pertanian, dimana Kabupaten ini terkenal sebagai lumbung padi dan umbi-umbian. Sementara itu, perkebunan rakyat yang ada di kabupaten ini adalah perkebunan kopi dan karet. Produktivitas kebun kopi di Rejang Lebong tergolong tinggi dan merupakan produsen kopi ke-6 terbesar di Sumatra.

Destinasi wisata yang ada di Kabupaten Rejang Lebong ada beragam, diantaranya yaitu wisata Danau Bermanei yang berlokasi di desa tUnas Harapan kecamatan Curup Utara, kemudian ada tempat wisata Danau Telapak yang terletak di desa Talang Rendah kecamatan Nasal, lalu ada wisata Gua Bukit Makmur yang berlokasi di desa Suban Ayam kecamatan Selupu Rejang, ada juga wisata Suban Air Panas berupa tempat pemandian/berendam air panas namun juga ada kolam renang dan wahana permainan air berlokasi di desa Cawang Baru kecamatan Selupu Rejang, kemudian ada wisata alam berupa air terjun Sempiang yang cukup eksotis tempatnya ada di desa Sempiang kecamatan Tebat Karai, dan ada wisata Air Terjun Batu Betiang yang ada di Babakan Baru kecamatan Bermani Ulu Raya.

Selain destinasi wisata diatas, kita juga bisa berkunjung ke beberapa tempat wisata lain yaitu wisata Air terjun Panas Pacoa Seribu yang terletak di desa Sumber Urip kecamatan Selupu Rejang, kemudian ada wisata Air Panas Desa Tempel Rejo yang ada di kecamatan Curup Selatan, kemudian ada wisata Telaga Tiga Warna yang ada di desa Rimbo Pengadang kecamatan Rimbo Pangadang, lalu ada juga tempat wisata berupa Bendungan Musi Kejalo yang berlokasi di kecamatan Curup, kemudian ada wisata Kebun Teh Bukit Daun yang berlokasi di desa Sentral Baru, wisata Batu Panco yang merupapakan batu yang dikeramatkan oleh penduduk lokal, ada di desa Batu Panco kecamatan Curup Utara, wisata Batu Dewa yang juga dikeramatkan karena tempat aktivitas para dewa, ada di kecamatan Curup Utara, dan ada air terjun Tangga Seribu di kecamatan Binduriang. 

Website Resmi Kabupaten Rejang Lebong : www.rejanglebongkab.go.id

SEJARAH KABUPATEN REJANG LEBONG
Sejarah berdirinya kabupaten Rejang Lebong berawal dari keberadaan Suku Rejang, dimana Suku Rejang adalah salah satu suku bangsa tertua di Sumatera. Suku Rejang mendominasi wilayah Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Bengkulu Utara, dan Kabupaten Lebong. Berdasarkan perbendaharaan kata dan dialek yang dimiliki bahasa Rejang, suku bangsa ini dikategorikan Melayu Proto. Setelah Inggris secara resmi menyerahkan pemerintahan di Bengkulu kepada Belanda pada 6 April 1825, nasib masyarakat Bengkulu dan daerah pesisir tetap menderita di bawah belenggu kolonial. 

Kondisi itu berbeda dengan masyarakat Rejang di daerah pedalaman atau pegunungan yang tidak pernah mengalami penjajahan hingga tahun 1860. Keberuntungan itu dikarenakan letak daerah Rejang yang jauh di pedalaman dan dikelilingi bukit barisan serta hutan rimba yang masih sangat belantara. Sebelum Belanda menyambangi Tanah Pat Petulai, peradaban masyarakat Rejang sudah lebih maju dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Hal ini dibuktikan dalam masyarakat Rejang telah memiliki pemerintahan masyarakatnya sendiri yang terdiri dari 5 orang tuwi kutei. Kutei merupakan suatu masyarakat hukum adat asli yang berdiri dan geneologis terdiri dari sekurang-kurangnya 10 hingga 15 keluarga atau rumah, sedangkan tuwi kutei merupakan kepala kutei yang dipilih berdasarkan garis keturunan pendiri petulai (kesatuan kekeluargaan masyarakat Rejang yang asli).

Dengan adanya sistem petulai tersebut, menandakan masyarakat Rejang sudah memiliki hukum adat yang dipatuhi oleh pendukungnya. Peradaban yang maju pada masyarakat Rejang juga ditandai bahwa suku Rejang telah memiliki aksara sendiri sebagai alat penyampai informasi, yakni aksara kaganga. Hingga saat ini, masyarakat Rejang yang asli masih memiliki peradaban yang menjunjung harga diri. Sering terjadinya kerusakan peradaban dalam masyarakat Rejang karena banyak penduduk di daerah Rejang yang mampu berbahasa Rejang, namun secara silsilah keturunan mereka bukanlah masyarakat Rejang yang asli (garis keturunan bukan patrilineal).

Sejarah Rejang Lebong pada masa kolonialisme bermula ketika Inggris dan Belanda mulai menjajah Kota Bengkulu. Kabupeten Rejang Lebong dulunya adalah gabungan dari Provinsi Sumatera Selatan. Pusat perkotaan Rejang Lebong dahulunya terletak di Kepahiang, sedangkan Curup sendiri masih berbentuk pasar atau pekan Curup dan belum bisa di katakan kota. Setelah Kesultanan Palembang jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1 Juli 1821 tidak membuat wilayah Depati Tiang Empat tunduk terhadap Belanda. Hal tersebut karena adanya perlawanan dari rakyat, salah satunya ketika rakyat menghadang Kapten De Leau berkunjung ke pos Belanda di Keban.

Pada tahun 1838, pasukan militer Belanda dikirim ke wilayah Rejang untuk menuntut kematian Asisten Residen Bogearl. Hal ini menyebabkan perlawanan dari rakyat, sehingga pada tahun 1856 diadakan perundingan dengan Depat Tiang Empat di Kepahiang. Hasil perundingan menyatakan Depati Tiang Empat akan tunduk kepada Belanda dengan syarat adat dan pustaka tidak boleh dirusak dan diganggu oleh Belanda. Rejang Lebong dimasukan kedalam Karesidenan Palembang. Dengan adanya perundingan ini, wilayah Rejang Lebong menjadi berada di bawah pemerintahan Belanda tahun 1859-1942.

Setelah perjanjian itu telah disepakati bersama, dengan sahnya wilayah Rejang Lebong dibawah pemerintahan Belanda. Belanda menguras kekayaan alam yang ada, salah satunya hasil bumi seperti rempah-rempah dan bahkan Belanda membuka tambang emas yang ada di Lebong, hasil ini di bawah ke negara Belanda bahkan di jual ke negara-negara Eropa. Sehingga tahun 1942 setelah pecah perang pasifik dan Hindia Belanda terlibat didalamnya, membuat Belanda harus berhenti menjajah di Rejang Lebong dan diambil alih oleh Jepang. Berbagai upaya yang dilakukan pemimpin dan tentara untuk melespaskan kesengsaraan rakyat Curup dari penjajahan Jepang. 

Berbagai upaya yang dilakukan pemimpin dan tentara untuk melespaskan kesengsaraan rakyat Curup dari penjajahan Jepang. Namun, masyarakat Rejang Lebong kalah persenjataan, akhirnya Jepang dapat memasuki Tabarenah. Dengan keadaan yang sulit para pemuda tetap saja melakukan persiapan untuk melakukan perlawanan, Bertepatan pada tanggal 2 Januari 1946 dinyatakan maklumat perdamaian yang ditandatangani oleh Residen Ir. Indra Caya, Butaityo Inomia, dan kepala pemerintahan Negeri Kepahiang, M. Amin. Setelah Jepang meninggalkan Indonesia, peristiwa-peristiwa lain juga terjadi seperti terlihat ketika pasukan Belanda mencoba merebut kembali wilayah jajahanya pada tahun 1948-1949 salah satunya Rejang Lebong. 

Dari perristiwa sejarah tersebut, dibuatlah sebuah monumen perjuangan Tabarena yang terletak di Kecamatan Bermani Uluu, Kabupaten Rejang Lebong. monumen ini merupakan tonggak sejarah perjuangan masyarakat Rejang Lebong melawan penjajah. Selain monumen ini juga terdapat taman makam pahlawan dan jembatan Tabarenah. Jembatan Tabarenah sempat dibom dinamit oleh pejuang, dengan tujuan menghalau tentara Jepang agar tidak bisa masuk ke Tabarenah. 

ARTI LOGO KABUPATEN REJANG LEBONG
Berikut adalah makna/arti dari logo Kabupaten Rejang Lebong :
  1. Segi lima sama sisi, diartikan sebagai falsafah negara Pancasila
  2. Padi & kopi, melambangkan bahwa kabupaten Rejang Lebong merupakan daerah pertanian dalam arti luas
  3. 17 helai daun kopi, 8 ruas tangkai kopi, & 45 buah kopi, melambangkan 17 Agustus 1945 yang merupakan hari kemerdekaan negara kesatuan RI
  4. Sekuntum bunga raflesia, melambangkan kebesaran & kemegahan kabupaten Rejang Lebong
  5. Kuncup lingkaran bunga warna hitam, melambangkan persatuan abadi
  6. Lingkaran putih, melambangkan aturan hukum adat Rejang Empat Petulai
  7. Sari bunga raflesia berbentuk segi tiga, yang melambangkan bahwa di kabupaten Rejang Lebong terdapat batuan emas
  8. Banyak putik bunga raflesia, mengisyaratkan banyaknya desa di kabupaten Rejang Lebong
  9. Tulisan Rejang Lebong, memiliki arti nama daerah pemilik lambang
  10. Tulisan “pat sepakat lemo seperno“ , bermakna persatuan dan kesatuan dalam masyarakat kabupaten Rejang Lebong

DOWNLOAD LOGO KABUPATEN REJANG LEBONG
Untuk mendownload logo KABUPATEN REJANG LEBONG (REJANG LEBONG REGENCY) dengan format JPG/JPEG (Joint Photographic Experts Group), PNG (Portable Network Graphics) tanpa background atau CDR (CorelDraw) untuk yang bisa diedit, langsung saja klik link dibawah ini:
 

LINK DOWNLOAD

>>  LOGO KABUPATEN REJANG LEBONG (REJANG LEBONG REGENCY) <<
Format JPG   |   Format PNG   |   Format CorelDraw

0 Response to "DOWNLOAD LOGO KABUPATEN REJANG LEBONG (REJANG LEBONG REGENCY)"

Posting Komentar