DOWNLOAD LOGO KOTA SUBULUSSALAM (SUBULUSSALAM CITY)

 
DESKRIPSI
Kota Subulussalam adalah sebuah kota yang masuk ke dalam wilayah provinsi Aceh. Secara posisi Kota ini terletak di kordinat 97° 45' 00” -  98° 10' 00” Bujur Timur dan 2° 27’ 30" - 3° 00’ 00" Lintang Selatan, dimana pada sisi sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Dairi, sedang pada sisi sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat, lalu pada sisi sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Singkil, sementara di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan. Wilayah Kota Subulussalam secara umum merupakan wilayah perbukitan yang banyak dimanfaatkan oleh penduduknya sebagai lahan pertanian dan perkebunan.

Kota Subulussalam sendiri wilayahnya terdiri dari 5 Kecamatan dan 82 Gampong/Kelurahan. Berdasarkan data statistik pada tahun 2017, jumlah penduduk Kota Subulussalam mencapai 81.187 jiwa. Luas wilayah Kota Subulussalam yaitu 1.391,00 km², sehingga tingkat sebaran penduduknya mencapai 58 jiwa/km². Sektor utama yang menjadi mata pencaharian masyarakat Kota Subulussalam adalah sektor Pertanian. Sawit merupakan hasil perkebunan yang paling menonjol dari Kota Subulussalam dan merupakan salah satu ikon atau ciri khas dari kota tersebut. Di akhir tahun, para wisatawan dari luar daerah bisa menikmati musim buah Durian di Kota Subulussalam yang banyak didapati kebun durian.

Destinasi wisata yang ada di Kota Subulussalam ada beragam, diantaranya yaitu wisata Irigasi sungai Namo Buaya yang terletak di Kecamatan Sultan Daulat, menyajikan keindahan aliran sungai dengan pepohonan yang rimbun, lalu ada juga wisata air terjun Kedabuhan yang berada di Lae Ikan kecamatan Penanggalan, kemudian ada wisata Arung Jeram Lae Kombih yang berlokasi di gampong Sikelang kecamatan Penanggalan, ada juga wisata Alam Penuntungan yang berada di kecamatan Penanggalan, ada juga Air Terjun SKPC (Satuan Kelompok Blog C Kota Subulussalam) yang berlokasi di gampong Lae Bersih kecamatan Penanggalan, lalu ada wisata Jembatan Rundeng yang berada di Sungai Lae Kombih di kecamatan Penanggalan.

Selain destinasi wisata diatas, kita juga bisa berkunjung ke beberapa tempat wisata lain yaitu wisata Silangit Singgersing yang terletak di gampong Singgersih kecamatan Sultan Daulat, ada juga wisata Taman Hutan Rakyat Lae Kombih yang berlokasi di gampong Jontor kecamatan Penaggalan, kemudian ada juga wisata ke Pemandian Nantampuk Mas yang berlokasi di gampong Lae Bersih kecamatan Penanggalan, kemudian ada juga wisata di Air Terjun Batu Napal yang berlokasi di gampong Lae Roso kecamatan Sultan Daulat, atau wisata ziarah ke makam Syekh Hamzah Al Fansuri, beliau merupakan sastrawan melayu pertama yang mempopulerkan syair dan sajak di Indonesia yang berlokasi di gampong Oboh kecamatan Rundeng, lapangan beringin, kolam kasman dan wisata kuliner di Garuda Duo.

Website Resmi Kota Subulussalam : www.subulussalamkota.go.id

SEJARAH KOTA SUBULUSSALAM
Menurut catatan sejarah, konon pusat dari Kota Subulussalam dulunya berada di Kampung Rundeng, dimana Rundeng sendiri merupakan tempat yang stratgis karena dilintasi oleh sungai Soraya. Pada saat itu jalur transportasi yang paling popular adalah melalui jalur air. Sungai Soraya ramai di kunjungi karena selain melintasi Rundeng, juga melintasi gelombang, kota Cane atau bahkan melewati Aceh Tenggara. Seiring dengan perkembangan jaman ibukota mengalami beberapa kali pergantian wilayah, dimulai dari Rundeng kemudian pindah ke Bustaniyah dan Simpang Empat yang kemudian diganti nama menjadi Bandar Baru. Hingga pada tanggal 14 September oleh Gubernur aceh yang pada saat itu di jabat oleh Prof.Ali Hasyimi mengganti nama Simpang Empat menjadi Subulussalam atau “jalan menuju kedamaian”.

Secara geografis Kota Subulussalam pada zaman dulu banyak kita jumpai sungai-sungai besar seperti sungai Lae Soraya yang merupakan sungai besar yang melintasi Kota Subulussalam di batas barat kota, sungai Lae Kombih yang membentang dari timur ke barat kota,sungai Lae Batu-Batu mengalir melintasi Kecamatan Sultan Daulat dan Kecamatan Rundeng, sungai Lae Belegen yang mengalir dari Kecamatan Simpang Kiri menuju Kecamatan Rundeng dan bermuara di sungai Lae Soraya dan masih banyak sungai yang lainnya. Hal ini memberikan corak bahwa dahulunya Kota Subulussalam menggunakan jalur transportasi air yaitu melalui jalur sungai dengan mengunakan sampan atau yang di sebut dalam bahasa Boang yaitu Bongki. 

Kampung Rundeng yang dibahas diawal, berdasarkan letak geografinya yang tepat berada di pinggiran sungai Soraya yang rentan akan bencana banjir, maka Rundeng pada saat itu di pindahkan oleh gubernur Ali Hasyim ke tempat yang lebih aman dari banjir ke Bustamiyah. Mata pencaharian masyarakat pada saat itu juga belum terfokus pada satu bidang. Masyarakat yang menggantungkan hidupnya dengan bertani harus mencari lahan pertanian yang jauh dari sekitar sungai soraya, hal ini di karenakan banjir yang terjadi akibat luapan sungai Soraya yang kerap terjadi tiap tahun. Hama yang menyerang tanaman masyarakat juga banyak, sehingga satu-satunya mata pencaharian masyarakat adalah sebagai nelayan tradisional.

Sebelum ke Simpang Empat, pemerintahan pernah dipindahkan ke Bustamiyah, masyarakat Rundeng bermusyawarah memindahkan Ibukota Kecamatan Simpang kiri dengan jarak tempuh 6 Km dari Pasar Rundeng, nama tempat tersebut adalah Bustaniyah yang lebih dikenal dengan nama Rundeng baru ( sekarang menjadi kampung harapan baru). Atas kesepakatan masyarakat tersebut, maka dibangunlah sebuah bangunan untuk di jadikan kantor Asisten Wedana Kecamatan Simpang Kiri, Masyarakat telah mengambil kapling lahan masing-masing untuk perumahan. Pada saat itu kondisi bangunan asisten wedana sangat sederhana sekali, dimana dinding rumah terbuat dari kayu dan atapnya terbuat dari tarum rumbia. Masyarakat yang mendiami daerah itu sangat sedikit, hingga bisa di hitung dengan jari. 

Pada saat melakukan kunjungan Camat ( bapak Raja Ulasi ) ke Aceh Selatan, ia menghadap Bupati Aceh selatan untuk mengusulkan pemindahan Ibukota Kecamatan Simpang Kiri ke Bustaniyah beserta staf. Berhubung pada saat itu Bupati Aceh Selatan yang bernama Teuku Tjut Mamat sadang bertugas di luar daerah yakni ke banda aceh, maka yang menerima kedatangan camat pada waktu itu adalah Patih TM Yunan. Hasil dari pembicaraan antara camat dan Patih TM. Yunan tidak menemukan titik terang, karna Patih TM Yunan tidak menyetjui pemindahan ibukota kecamatan simpang kiri ke bustaniyah dengan alasan dan pertimbangan bahwa bustaniyah belum ada penduduk yang mendiami desa tersebut.

Tahun 1960-an di bawah pimpinan Gubernur Ali Hasyim disosialisasikan sebuah program pemerintah daerah yang dikenal dengan sebutan resettlement desa ( program pemerintah daerah Nangro Aceh Darusalam untuk memberikan tempat menetap yang baru bagi masyarakat desa yang tertinggal ). Gubernur Aceh tersebut menunjuk Kabupaten Singkil menjadi lokasi daerah kerja BKPMD ( Badan Koordinasi Pembangunan Masyarakat Desa) kabupaten singkil yang bernama Aripin Thaib menunjuk kecamatan simpang kiri menjadi daerah BKPMD, yang belokasi disimpang empat kemukiman kombih karna simpang empat bertetangga dengan kemukiman penanggalan dan kemukiman belegen, pada waktu simpang empat belum memuliki ststus, yang ada hanya kampong pegayo (sekarang bernama mekem), karna letak desa tersebut berada diempat persimpangan yaitu, rundeng, penanngalan, mekem, dan belegen oleh penduduk disebut desa simpang empat.

Pada awal perpindahan ke simpang empat, suasan juga sangat sulit, terbatasnya jumlah penduduk, kehidupan penduduk awal ( suku Pak-Pak ) yang kolot atau terbelakang membuat semuanya harus dibenahi dan ditata dari awal lagi. Masyarakat yang mendiami Simpang Empat awalnya kurang dari 30 kepala rumah tangga. Kemudian pada awal tahun 1962, bupati simpang kiri T.Tjut Mamat bersama Dandim 0107 Aceh selatan melakukan kunjungan dinas ke kecamtan simpang kiri mengadakan musyawarah untuk rencana pemindahan ibukota kecamatan simpang kiri ketempat lain, musyawarah tersebut dihadiri bupati singkil dan kepala jawatan. Hasil dari musyawarah tersebut memutuskan bahwa ibukota kecamatan simpang kiri dipindahkan ke simpang empat lokasi BKPMD waktu status kampung masih dipegayo. 

Tangal 13 September 1963, gubernur Aceh Prof.Ali Hasymi berkunjung ke kecamatan simpang kiri. Dalam sambutannya, beliau dengan tegas menganti nama bandar baru menjadi Subulusalam yang memiliki arti jalan menuju keselamatan, kesejahteraan yang mana nama tersebut di ambil dari penggalan kata dari kitab suci Al-Quran. Penggantian nama ini kemudian disahkan dengan surat keputusan gubernur Nomor Istimewa /XI/1962 pada tangal 14 September 1962 sekaligus dilanjutkan dengan peletakan batu pertama pembangunan Masjid Jamik di ibu kota kecamatan simpang kiri. Awalnya Subulussalam merupakan daerah dari Kabupaten Aceh Singkil yang merupakan salah satu kabupaten yang baru mekar dari Kabupaten Aceh Selatan pada tahun 1999. Kabupaten Aceh Singkil lahir lewat UU No 14 tahun 1999, sebagai pemekaran dari Kabupaten Aceh Selatan. Hanya berselang 8 tahun baru mekarlah kota Subulussalam.

Kota Subulussalam dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2007, pada tanggal 2 Januari 2007. Sebelum menjadi kota Subulussalam yang sekarang, subulussalam juga memiliki syarat minimal jumlah penduduk agar dapat menjadi sebuah kota. Sampai pada tahun 1970-an jumlah penduduk di Subulussalam masih sedikit. Pada tahun 1980-an barulah terjadi transmigrasi, dengan demikian syarat jumlah penduduk yang diberikan telah terpenuhi dengan penduduk suku Jawa sebanyak 30% sehingga mencukupi jumlah penduduk sebanyak 2.500 orang. 

ARTI LOGO KOTA SUBULUSSALAM
Berikut adalah makna/arti dari logo Kota Subulussalam :
  1. Perisai, memiliki makna Kekuatan dan Kekokohan
  2. Rantai, memiliki makna Kebulatan Tekad
  3. Bintang, memiliki makna Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
  4. Kitab Terbuka, bermakna Kesungguhan untuk tetap menjaga Syari’at Islam
  5. Padi dan Kapas, bermakna Kesejahteraan yang ingin dicapai masyarakat Kota Subulussalam
  6. Bukit dan Air, menggambarkan Karakteristik dan topografi wilayah Kota Subulussalam
  7. Pohon Kelapa Sawit, sebagai simbol Potensi andalan Kota Subulussalam yaitu kelapa sawit
  8. Pepinangan, bermakna sebagai Penghargaan dan Penghormatan
  9. Pedang, merupakan simbol dari semangat kepahlawanan untuk mengisi pembangunan
  10. Semboyan “SADA KATA”, memiliki arti Kebulatan tekad, juga berarti Satu kata dalam mufakat

DOWNLOAD LOGO KOTA SUBULUSSALAM
Untuk mendownload logo KOTA SUBULUSSALAM (SUBULUSSALAM CITY) dengan format JPG/JPEG (Joint Photographic Experts Group), PNG (Portable Network Graphics) tanpa background atau CDR (CorelDraw) untuk yang bisa diedit, langsung saja klik link dibawah ini:


LINK DOWNLOAD

>>  LOGO KOTA SUBULUSSALAM (SUBULUSSALAM CITY) <<
Format JPG   |   Format PNG   |   Format CorelDraw

0 Response to "DOWNLOAD LOGO KOTA SUBULUSSALAM (SUBULUSSALAM CITY)"

Posting Komentar