DOWNLOAD LOGO KABUPATEN TANAH BUMBU

 
DESKRIPSI
Kabupaten Tanah Bumbu adalah sebuah Kabupaten yang masuk ke dalam wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Secara posisi Kabupaten Tanah Bumbu terletak di titik kordinat 115° 15' 00” -  116° 04' 00” Bujur Timur dan 2° 52’ 00" - 3° 47’ 00" Lintang Selatan, dimana pada sisi sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kota Baru dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, sedang pada sisi sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kota Baru, lalu pada sisi sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa, sedangkan disebelah baratnya berbatasan dengan Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Banjar. Kabupaten Tanah Bumbu adalah salah satu kabupaten dari 13 (tiga belas) kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yang terletak persis di ujung tenggara Pulau Kalimantan. 

Kabupaten Tanah Bumbu sendiri wilayahnya terdiri dari 12 Kecamatan, 5 kelurahan dan 144 Desa. Berdasarkan data statistik pada tahun 2020, jumlah penduduk Kabupaten Tanah Bumbu mencapai 325.346 jiwa. Luas wilayah Kabupaten Tanah Bumbu yaitu 5.066,96 km², sehingga tingkat sebaran penduduknya mencapai 64 jiwa/km².  Sektor perekonomian utama Kabupaten Tanah Bumbu adalah Sektor Industri, dimana ada beberapa industri dan perusahaan tambang yang cukup besar, antara lain PT. Arutmin Indonesia Tambang Batulicin dan PT. Arutmin Indonesia Tambang Satui yang berada di bawah manajemen PT. Arutmin Indonesia yang sahamnya sebagian dimiliki Bakrie melalui Bumi Resources. Kemudian perusahaan tambang biji besi antara lain; PT. Yiwan Mining, PT. Meratus Jaya Iron Steel, dan yg baru diresmikan pada awal Juli 2012 yakni PT. Batulicin Steel. 

Destinasi wisata yang ada di Kabupaten Tanah Bumbu ada beragam, diantaranya yaitu wisata Pantai Rindu Alam, banyak pepohonan rindang di sekitar pantai menambah sejuk dan indah pemandangannya, berlokasi di Betung, kecamatan Kusan Hilir. Kemudian ada wisata Danau Biru Batulicin, airnya jernih dan tampak berwarna biru serta dipadu ppohonan rindang disekitar danau, berlokasi di Butun, kecamatan Batu Licin. Lalu ada Goa Liang Bangkai, tak sperti namanya, goa ini cukup indah dengan pemandangan stalaktit dan stalakmit yang bergantungan ddalamnya, berada di Dukuh Rejo, Kecamatan Mentewe. Dan ada wisata Air Terjun Mandin Damar, mash adri dan alami karena belum banyak terjamah wisatawan,berlokasi di Emil Baru, Kecamatan Mantewe.

Selain destinasi wisata diatas, kita juga bisa berkunjung ke sejumlah destinasi lainnya seperti wisata Pantai Angsana, memilki panjang garis pentai sejauh 6 kilometer, berlokasi di Desa Angsana Kecamatan Angsana, atau berjarak sekitar 65 Kilometer dari pusat kota. Lalu ada wisata Pantai Pagatan, pada pertengahan bulan April selalu dijadikan lokasi ritual budaya setempat, berlokasi di Sei Lembu, kecamatan Kusan Hilir. Kemudian ada Monumen Batulicin City yang berlokasi di Jl. Raya Batulicin kecamatan Batulicin. Serta ada wisata Gunung Mayang Tanah Bumbu, berlokasi di Sari Gadung, Kecamatan Simpang Empat. Dan ada wisata Bukit Watu Tukul yang berada di desa Sukamadi Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Temuan.

Website resmi Kabupaten Tanah Bumbu : www.portal.tanahbumbukab.go.id

SEJARAH KABUPATEN TANAH BUMBU
Daerah Kabupaten Tanah Bumbu termasuk dalam kawasan Tanah Bumbu yang lebih luas atau wilayah Kalimantan Tenggara. Sejak dahulu kala wilayah tenggara pulau Kalimantan bukanlah daerah tidak bertuan karena daerah ini juga sudah dihuni oleh penduduk asli Kalimantan, menurut Hikayat Banjar penduduknya terdiri orang Satui, orang Laut Pulau, orang Pamukan (Dayak Samihim) dan orang Paser maupun orang-orang Dayak Bukit yang tinggal di pegunungan Meratus. Orang Pamukan dan orang Paser masing-masing memiliki pemerintahan kerajaan sendiri-sendiri. Di daerah Cantung terdapat sebuah lesung batu (yoni) yang menunjukkan adanya pengaruh agama Hindu memasuki wilayah ini pada zaman dahulu kala. Sebelum terjadinya migrasi suku Bugis ke wilayah ini, seluruh wilayah tenggara Kalimantan di bawah koordinator Adji Tenggal, penguasa Paser yang menjadi bawahan Sultan Banjar IV Mustain-Bilah/Marhum Panembahan.

Pada abad ke-17 Sultan Banjar menguasai Kalimantan Tenggara untuk diperintah keturunannya yaitu Pangeran Dipati Tuha dengan nama Kerajaan Tanah Bumbu dengan wilayah awal mulanya meliputi daerah dari Tanjung Aru (batas wilayah Banjar dengan Paser) sampai Tanjung Silat. Menurut Hikayat Banjar, ada beberapa daerah dari wilayah tenggara pulau Kalimantan yang takluk dan mengirimkan upeti kepada Raja Banjar Islam ke-1 Sultan Suriansyah (1520-1546) yang berkedudukan di Banjarmasin, daerah-daerah tersebut yaitu Satui, Laut Pulau, Pamukan dan Paser. Kesultanan Banjar menamakan kawasan pesisir dengan "Laut" yang terdiri atas Laut Pulau dan Laut Darat. Nama daerah-daerah yang turut mengirimkan upeti ditemukan dalam naskah Cerita Turunan Raja-raja Banjar dan Kotawaringin.

Pada masa itu daerah Kabupaten Tanah Bumbu termasuk ke dalam wilayah negeri Satui, salah satu negeri yang turut serta mengirim prajurit membantu Pangeran Samudera berperang melawan pamannya Pangeran Tumenggung (Raja Negara Daha terakhir). Pada masa pemerintahan Raja Banjar Islam ke-4 Sultan Mustain Billah (Raja Maruhum Panambahan) mengutus menteri/duta besar Kiai Martasura ke negeri Makassar (Tallo-Gowa) untuk menjalin hubungan bilateral kedua negara pada masa I Mangadacinna Daeng Sitaba Karaeng Pattingalloang Sultan Mahmud, Raja Tallo yang menjabat mangkubumi bagi Sultan Malikussaid Raja Gowa 1638-1654, ia meminjam ("menyewa") negeri Paser dan beberapa daerah lainnya termasuk daerah hunian suku Banjar - negeri Satui kepada Raja Banjar Marhum Panembahan (1595-1642) sebagai tempat berdagang.

Pada tahun 1660 hingga 1700, Orang Pamukan atau Suku Dayak Samihim dahulu telah memiliki kerajaan sendiri yaitu Kerajaan Pamukan yang telah dihancurkan oleh suatu serangan musuh dari luar dengan bukti sisa-sisa pemukiman mereka terdapat di Tanjung Kersik Itam. Setelah kejadian tersebut, orang Pamukan/Dayak Samihim meminta kepada Sultan Banjar untuk mengamankan wilayah itu dengan mendirikan pemerintahan (kerajaan) dan untuk mengantisipasi banyaknya pendatang dari luar memasuki daerah tersebut maka Pangeran Dipati Tuha putera Sultan Saidullah ditunjuk sebagai raja membawahi wilayah antara Tanjung Silat sampai Tanjung Aru yang dinamakan Kerajaan Tanah Bumbu dengan pusat pemerintahan di sungai Bumbu termasuk dalam Daerah Aliran Sungai Sampanahan. 

Pada tahun 1733, Puana Dekke meminjam tanah dekat muara sungai Kusan kepada Sultan Tahlilullah yang dinamakan daerah Pagatan. Dan pada tahun 1750 suku Bugis meminjam tanah kepada Sultan Banjar untuk mendirikan koloni di Tanjung Aru.[10] Tahun 1775, La Pangewa (Kapitan Laut Pulo), selaku kapitan orang Bugis-Pagatan menggantikan Puana Dekke dan kemudian ia juga direstui oleh Sultan Tahmidullah II sebagai raja pertama Kerajaan Pagatan, karena jasa-jasanya menggempur Pangeran Amir - Raja Kusan I. Pangeran Amir atau Sultan Amir menyingkir ke Kuala Biaju untuk meminta bantuan suku Dayak Dusun dan Bakumpai di Tanah Dusun. Pada tahun 1785, Pangeran Amir anak Sultan Kuning dibantu Arung Tarawe menyerang Tabanio dengan pasukan 3000 orang Bugis-Paser berkekuatan 60 buah perahu untuk menuntut tahta Kesultanan Banjar dari Tahmidullah II. Pada tanggal 14 Mei 1787, Pangeran Amir (kakeknya Pangeran Antasari) ditangkap Kompeni Belanda, kemudian diasingkan ke Srilangka.

Pada tanggal 13 Agustus 1787, Sultan Tahmidullah II dari Banjar menyerahkan kedaulatan Kesultanan Banjar kepada VOC menjadi daerah protektorat dengan Akta Penyerahan di depan Residen Walbeck, setelah VOC berhasil menyingkirkan Pangeran Amir, rivalnya dalam perebutan tahta. Sebagian besar Kalimantan menjadi properti perusahaan VOC. Tahun 1788, Sultan Dipati Anom Alamsyah menjadi Sultan Pasir III sampai tahun 1799. Sultan ini menikahi Ratu Intan I, yaitu Ratu dari Tjangtoeng dan Batoe Litjin. Tahun 1789, Kedaulatan atas daerah Pasir dan Pulau Laut diserahkan VOC kembali kepada Sultan Banjar, Tahmidullah II. Pada tanggal 4 Mei 1826 (26 Ramadhan 1241 H), Sultan Banjar (Sultan Adam al-Watsiq Billah), menyerahkan wilayah tenggara dan timur Kalimantan beserta daerah lainnya kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda.

Pada tahun 1844, terjadi Kasus Sebuli - Batulicin yaitu perompakan yang menyebabkan pertikaian Daeng Manggading yang dibantu Raja Pagatan dan Raja Sabamban dengan Aji Pati (Raja Bangkalaan) yang dibantu Pangeran Meraja Nata yang bermukim di Batulicin, mengakibatkan rumah-rumah orang Bugis di Batulicin dibakar. Pada tahun ini, distrik-distrik dalam onderafdeeling van Tanah Boemboe yaitu Pagatan, Kusan, Batulicin, Cantung dengan Buntar Laut, Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul dan Cengal. Pada waktu itu Pulau Laut masih di bawah pemerintah pusat Kesultanan Banjar. Pada tahun 1845, Batulicin dan Pulau Laut berada di bawah pemerintah Kusan. Penguasa Kusan kemudian pindah ke pulau Laut, dan akhirnya divisi Kusan digabung dengan Pagatan, sedangkan Sabamban dibentuk belakangan.

Wilayah kabupaten Tanah Bumbu hari ini merupakan gabungan wilayah bekas distrik (swapraja) pada masa kolonial Hindia Belanda tersebut, yaitu Batoe Litjin, Koessan, Pagatan dan Sabamban, serta Distrik Satui (tahun 1889 Satui masih merupakan bagian dari Afdeeling Tanah Laut). Jadi Kerajaan Pagatan hanya salah satu dari banyak kerajaan yang ada di Tanah Bumbu maupun Kalimantan Tenggara. Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah ini termasuk dalam zuid-ooster-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8.

Kabupaten Tanah Bumbu merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Kotabaru yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2003 tanggal 8 April 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Balangan di Provinsi Kalimantan Selatan. Berdasarkan undang-undang tersebut, Kabupaten Tanah Bumbu selalu merayakan hari jadinya pada tanggal 8 April setiap tahunnya. Nama historis yang pernah digunakan untuk menyebut daerah kabupaten ini adalah Tanah Koesan - 1879.

ARTI LOGO KABUPATEN TANAH BUMBU
Berikut adalah makna/arti dari logo Kabupaten Tanah Bumbu :
  1. Bingkai Bersegi Lima dan Bintang, sebagai satu kesatuan objek gambar, memiliki arti ketuhanan, bahwa masyarakat Tanah Bumbu merupakan masyarakat yang agamis.
  2. Padi dan Kapas, melambangkan cita-cita Kabupaten Tanah Bumbu untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, tercukupinya kebutuhan pangan, sandang dan papan. jumlah butir padi 53 (lima puluh tiga) sebagai awal perjuangan menjadikan Kabupaten Tanah Bumbu (tahun 1953), dan jumlah butir kapas 27 (dua puluh tujuh) dimaksudkan sebagai simbol berdirinya Kabupaten Tanah Bumbu yaitu tanggal 27 Januari 2003.
  3. Perahu Tradisional, melambangkan Prototype kapal tradisional (pinisi) dengan jumlah 5 (lima) buah layar terkembang, simbol jumlah wilayah Kabupaten Tanah Bumbu yang terdiri dari: Kecamatan Batulicin, Kecamatan Kusan Hulu, Kecamatan Kusan Hilir, Kecamatan Sungai Loban, dan Kecamatan Sungai Danau. Perahu tradisional ini siap berlayar mengarungi samudera kehidupan baru untuk membangun dan mewujudkan cita-cita Kabupaten Tanah Bumbu serta berusaha mensejajarkan diri dengan kabupaten-kabupaten lain di wilayah NKRI.
  4. Laut bergelombang warna putih, biru laut dan gelombang, menggambarkan bahwa Kabupaten Tanah Bumbu sebagian wilayahnya merupakan lautan/perairan yang kaya akan sumber daya laut/perairan. 

DOWNLOAD LOGO KABUPATEN TANAH BUMBU

Untuk mendownload logo Kabupaten Tanah Bumbu dengan format JPG/JPEG (Joint Photographic Experts Group), PNG (Portable Network Graphics) tanpa background atau CDR (CorelDraw) untuk yang bisa diedit, langsung saja klik link dibawah ini:
 
download-logo-kabupaten-tanah-bumbu-kalimantan-selatan-vector-coreldraw-logoawal

LINK DOWNLOAD

>>  LOGO KABUPATEN TANAH BUMBU  <<
Format JPG   |   Format PNG   |   Format CorelDraw

0 Response to "DOWNLOAD LOGO KABUPATEN TANAH BUMBU"

Posting Komentar