DESKRIPSI
Kabupaten Tanah Laut dalah sebuah Kabupaten yang masuk ke dalam wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Secara posisi Kabupaten Tanah Laut terletak di titik kordinat 114° 30' 20” - 115° 23' 31” Bujur Timur dan 3° 30’ 33" - 4° 11’ 38" Lintang Selatan, dimana pada sisi sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Banjar dan Kabupaten Banjarbaru, sedang pada sisi sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tanah Bumbu dan Laut Jawa, lalu pada sisi sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa, sedangkan disebelah baratnya berbatasan dengan Laut Jawa. Berdasarkan tingkat kelandaiannya wilayah Kabupaten Tanah Laut dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok, yaitu meliputi wilayah datar (kemiringan 0-2%) sebesar 290.147 ha, wilayah bergelombang (kemiringan 2-15%) sebesar 43.060 ha, wilayah curam (kemiringan 15-40%) sebesar 26.833 ha dan wilayah sangat curam (kemiringan >40%) sebesar 12.890 Hektar.
Kabupaten Tanah Laut dalah sebuah Kabupaten yang masuk ke dalam wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Secara posisi Kabupaten Tanah Laut terletak di titik kordinat 114° 30' 20” - 115° 23' 31” Bujur Timur dan 3° 30’ 33" - 4° 11’ 38" Lintang Selatan, dimana pada sisi sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Banjar dan Kabupaten Banjarbaru, sedang pada sisi sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tanah Bumbu dan Laut Jawa, lalu pada sisi sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa, sedangkan disebelah baratnya berbatasan dengan Laut Jawa. Berdasarkan tingkat kelandaiannya wilayah Kabupaten Tanah Laut dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok, yaitu meliputi wilayah datar (kemiringan 0-2%) sebesar 290.147 ha, wilayah bergelombang (kemiringan 2-15%) sebesar 43.060 ha, wilayah curam (kemiringan 15-40%) sebesar 26.833 ha dan wilayah sangat curam (kemiringan >40%) sebesar 12.890 Hektar.
Kabupaten Tanah Laut sendiri wilayahnya terdiri dari 11 Kecamatan, 5 kelurahan dan 130 Desa. Berdasarkan data statistik pada tahun 2020, jumlah penduduk Kabupaten Tanah Laut mencapai 351.561 jiwa. Luas wilayah Kabupaten Tanah Laut yaitu 3.631,35 km², sehingga tingkat sebaran penduduknya mencapai 94 jiwa/km². Sektor perekonomian utama Kabupaten Tanah Bumbu adalah Sektor Industri, dimana ada beberapa industri dan perusahaan tambang yang cukup besar, antara lain PT. Arutmin Indonesia Tambang Batulicin dan PT. Arutmin Indonesia Tambang Satui yang berada di bawah manajemen PT. Arutmin Indonesia yang sahamnya sebagian dimiliki Bakrie melalui Bumi Resources. Kemudian perusahaan tambang biji besi antara lain; PT. Yiwan Mining, PT. Meratus Jaya Iron Steel, dan yg baru diresmikan pada awal Juli 2012 yakni PT. Batulicin Steel.
Destinasi wisata yang ada di Kabupaten Tanah Laut ada beragam, diantaranya yaitu wisata Gunung Kayangan, sejauh mata memandang tampak hamparan hijau pemandangan alam yang indah dan menjadi spot menarik untuk berfoto, berlokasi di Ambungan kecamatan Pelaihari. Kemudian ada wisata Bukit Lebak Naga, pemandangan alamnya yang hijau dengan apadang ilalang ala film-film, berlokasi di Kandangan Lama, Batakan, kecamatan Panyipatan. Lalu ada wisata Pantai Swarangan, ada spot berupa ayunan dibawah pohon besar di pantai, berlokasi di Swarangan kecamatan Jorong. Serta ada wisata Bekatan, bekatan merupakan maskot Kalimantan Selatan dan merupakan hewan langka yang haus dilindungi, berlokasi di Panjaratan Kecamatan Pelaihari. San ada wisata Taman Mina Tirta, ada kolam di taman ini dan ada perahu berbentuk angsa yang bisa disewa, berlokasi di Angsau kecamatan Pelaihari.
Selain destinasi wisata diatas, kita juga bisa berkunjung ke sejumlah destinasi lainnya seperti wisata Menara Pengawas Tentara Jepang, merupakan peninggalan dan bukti sejarah penjajahan tentara Jepang di Indonesia, berlokasi di desa Sungai Bakar kecamatan Bajuin. Lalu ada wisata Pantai Turki, paduan air laut yang jernih, pasir putih serta pemandangan yang eksotis membuat pantai ini banyak dikunjungi turis lokal maupun mancanegara, berlokasi di desa Kalimantan, kecamatan Manis Mata. Lalu ada Air Terjun Bajuin yang berlokasi di desa Sungai Bakar kecamatan Pelaihari, wisata pantai Muara Cinta yang berada di desa Muara Kintap kecamatan Kintap serta wisata Bukit Sanghyang, banyak yang bilang bukit ini tak kalah indah dengan bukit yang ada di New Zeeland, berlokasi di Gunung Makmur kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut.
Website resmi Kabupaten Tanah Laut : www.portal.tanahlautkab.go.id
SEJARAH KABUPATEN TANAH LAUT
Sekitar kurun waktu 4000 SM Kebudayaan Barito muncul di sepanjang pesisir Teluk Sarunai purba di Kalimantan Selatan, termasuk di dalamnya dataran yang kini menjadi Kabupaten Tanah Laut masuk ke dalam peradaban tersebut. Sejak abad ke 6-7 wilayah Tanah Laut telah menjadi bagian wilayah perluasan peradaban Kerajaan Nan Sarunai, kerajaan yang pada awalnya didirikan oleh suku Dayak Maanyan di daerah Amuntai sekitar tahun 242 SM. Kerajaan ini bertahan selama lebih dari 1600 tahun hingga akhirnya runtuh diserang oleh Kerajaan Majapahit yang dipimpin Laksamana Nala sekitar tahun 1358, akibatnya masyarakat Dayak Maanyan pun terpaksa mengungsi ke pedalaman. Kemudian tahun 1360 Kerajaan Majapahit mendirikan kerajaan Kuripan sebagai bawahan di bekas wilayah Nan Sarunai.
Sekitar tahun 1387 wilayah Tanah Laut menjadi bagian dalam kerajaan Negara Dipa yang didirikan Mpu Jatmika sebagai bawahan Majapahit. Negeri ini merupakan peleburan dari kerajaan Kuripan dan Tanjungpuri, dengan pusat pemerintahannya terletak di Amuntai. Tahun 1478 Negara Dipa berubah menjadi Negara Daha. Selanjutnya pada tahun 1525 wilayah Tanah Laut menjadi bagian dari Kerajaan Banjar dengan Pangeran Samudra sebagai rajanya. Pada tahun 1526 Pangeran Samudra memeluk Islam, lalu mengganti namanya menjadi Sultan Suriansyah. Banjar pun berubah menjadi kesultanan. Tanah Laut menjadi salah satu wilayah teritorial Negara Agung kesultanan Banjar pada sekitar abad ke 15-17, tersiri dari Satui (sekarang wilayah Kabupaten Tanah Bumbu), Tabnio dan Maluka.
Di masa sekitar abad 17 daerah Tabanio merupakan daerah yang strategis dan penting bagi perekonomian Kerajaan Banjar. Daerah ini merupakan daerah lintas perdagangan seperti hubungan ke Jawa, Pesisir Kalimantan, Sulawesi, bahkan Sumatra dan Malaya serta luar Nusantara. Tabanio menjadi penting dari segi perdagangan, angkutan lada, intan, emas, dan hasil hutan yang menghubungkan (transito) Banjarmasin dengan tempat-tempat pelabuhan di Jawa. Pada tahun 1602 VOC Belanda tiba di Nusantara, mereka mendirikan Benteng Tabanio di sekitar muara Sungai Tabanio sekitar tahun 1789, terkait dengan perjanjian antara Kesultanan Banjar semasa pemerintahan Pangeran Nata Dilaga dan VOC tanggal 6 Juli 1779, dimana VOC mendapatkan konsesi berupa monopoli atas perdagangan di Banjar serta berhak membangun sebuah benteng.
Pemicu kehadiran VOC di Tanah Laut adalah potensi perkebunan lada dan perikanan di Tabanio serta tambang emas di Pelaihari, serta penguasaan terhadap rempah-rempah dan tambang batu bara yang ada di Banyu Irang. Pada tahun 1812, Gubernur Jenderal Inggris Thomas Stamford Raffles menunjuk Alexander Hare sebagai wakil Inggris di Kesultanan Banjar. Ia mendapatkan sebagian wilayah Tanah Laut tepatnya di Maluka (Maluka, Liang Anggang, Kurau, Pulau Lampai, dan Pulau Sari) dari Sultan Banjar dan membangun markas di sana sebagai basis kolonial Inggris di Kalimantan Selatan. Wilayah-wilayah ini disebut-sebut sebagai daerah kaya dengan batubara dan emas. Namun dalam perkembangannya Hare justru menjadikan tempat itu sebagai rumah pribadinya, di mana ia menghabiskan banyak waktunya hanya bersama para haremnya, tanpa mengurus pemerintahan Inggris yang telah diwakilkan padanya.
Alexander Hare mendatangkan para buruh imigran penambang timah asal Pulau Bangka dan Belitung ke Tanah Banjar, termasuk Tanah Laut. Mereka dipekerjakan untuk menggarap areal tambang batubara dan emas yang sempat dikuasai Belanda. Kelak para imigran Tiongkok ini akhirnya dikenal sebagai Cina Parit di Kota Pelaihari. Penguasaan Hare atas Maluka berlangsung sampai akhir 1816 yakni saat Inggris meninggalkan Banjarmasin. Pada tahun 1823 diadakan perjanjian kembali antara Pemerintah Hindia Belanda dengan Sultan Adam yang salah satu isinya adalah menegaskan kembali wilayah yang berada di daerah Tanah Laut menjadi bagian di bawah pemerintahan langsung Hindia Belanda.
Pihak Hindia Belanda menyebut wilayah di Tanah Laut dengan sebutan Landen Laut (negeri laut/darat laut/tanah laut) dan menjadikannya sebagai salah satu pintu gerbang/tol perdagangan di Kalimantan. Sekitar tahun 1842 Tabanio menjadi salah satu pos utama Belanda sebagai bagian dari zuid en oostkust van borneo/wilayah Pantai Selatan dan Timur Borneo yang berpusat di Banjarmasin. Pos ini dipegang oleh J. F. Mallien. Tahun 1843 Tabanio dijadikan Afdeeling Tabenio di bawah wilayah Pantai Selatan dan Timur Borneo. Afdeling ini dipegang oleh J. F. Mallien sebagai Posthouder der Landen Laut/Pemegang Pos Tanah Laut dengan Kiai Jaija Negara sebagai petinggi dari pribumi dan di wilayah Plearie (Pelaihari) saat itu memiliki seorang petinggi cina/kapitan cina Tjong Liangseng.
Perkembangan selanjutnya wilayah Landen Laut ini menjadi sebuah distrik yaitu District Tanah Laut. Pada tahun 1848 Distrik Tanah Laut jadi bagian dari wilayah Afdeeling Binnenlanden atau Afdeling Pedalaman di Keresidenan Borneo (Pantai Selatan dan Timur). Pos utamanya di Tabanio dipegang oleh posthouder J. H. van Erp. Kemudian berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, tanggal 27 Agustus 1849, No. 8 dalam Staatsblad (Lembaran Negara Hindia-Belanda) Tahun 1849 no. 40, Tanah Laut masuk dalam Afdeling Borneo Selatan dan Timur (zuid-ooster-afdeeling) beribukota di Banjarmasin. Tahun 1859 Perang Banjar berkobar di Kalimantan Selatan. Pangeran Hidayat dan Tumenggung Jalil, ditambah Pangeran Antasari (cucu Pangeran Amir) dan beberapa tokoh lain memimpin penyerangan terhadap tambang-tambang dan pos-pos Belanda di Banjar.
Dalam tahun 1868, Afdeling Tanah-Laut membawahi Distrik Pleiarie, Distrik Maloeka dan Distrik Tabaneo. Kemudian membawahi Distrik Pleiarie, Distrik Tabanio, Distrik Maloeka dan Distrik Satoei. Menurut Staatblaad tahun 1875 no. 25 Afdeling Tanah Laut menjadi bagian Afdeeling Martapoera. Sejak tahun 1898, menurut Staatblaad tahun 1898 no. 178 Tanah Laut menjadi salah satu onderafdeeling di dalam Afdeeling Martapoera yaitu Onderafdeeling Tanah Laoet terdiri dari Distrik Pleihari, Distrik Maluka, Distrik Satui. Berdasarkan Staadblad tahun 1913 No. 199 dan 279, Pelaihari menjadi Onderafdeling Pleihari dengan ibukota Pleihari di bawah Afdeling Banjarmasin. Afdeling Banjarmasin meliputi wilayah Banyu Irang, Martapura, Tabanio, bagian kanan daerah Sungai Barito, Pulau Petak sampai dengan Laut Jawa.
Tahun 1938 Hindia Belanda menyatukan seluruh administrasi di Kalimantan menjadi satu provinsi bernama Borneo (Gewest Borneo), yang beribukota di Banjarmasin. Dr. Bauke Jan Haga dilantik sebagai gubernur pertamanya. Kemudian tahun 1939 Perang Dunia II dimulai, dan pada tahun 1940 Pusat pemerintahan Belanda di Eropa jatuh ke tangan Jerman NAZI. Pada tahun 1941 Kekaisaran Jepang memulai penaklukkan Asia Timur Raya. Pada tahun 1942 seluruh Kalimantan dikuasai oleh pasukan Jepang. Armada Jepang kemudian mendirikan markas di Banjarmasin dan Balikpapan. Ketika Jepang datang ke Banjarmasin pertahanan Hindia Belanda lemah hingga mudah dikuasai. Daerah di Tanah Laut yaitu Maluka Pada masa pendudukan Jepang di Kalimantan Selatan, dijadikan pemerintah pendudukan Jepang sebagai lapangan terbang.
Barisan Kinrohosi dan Romusha dikerahkan Jepang untuk membuat landasan pacu (bandara Maluka), dan bunker-bunker pertahanan. Jepang juga mendirikan pabrik baja dan pabrik kertas di daerah Bajuin. Pada tahun 1945 Perang Dunia II berakhir dan Jepang pun menyerah kepada Sekutu. Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia di Jakarta. Indonesia mengklaim seluruh wilayah Hindia Belanda sebagai bagian dari negara yang baru lahir tersebut. Soekarno-Hatta melantik Pangeran Muhammad Noor sebagai gubernur Kalimantan. Lalu pada tanggal 15 April 1961 bertempat di rumah H. Bakeri, Kepala Kampung Pelaihari, berkumpullah lima orang pemuda yaitu: Atijansyah Noor, Moh. Afham, Materan HB, H. Parhan HB dan EM. Hulaimy bertukar pendapat untuk memperjuangkan kembali kewedanan Tanah Laut menjadi Daswati II.
Pada tanggal 3 Juni 1961, bertempat di rumah Moh. Afham yang dipimpin oleh materan HB, diadakan eapat yang menghasilkan terbentuknya sebuah panitia yang diberi nama "Panitia Tujuh Belas". Usaha Panitia Tujuh Belas berhasil dengan terselenggaranya Musyawarah Besar se-Tanah Laut pada tanggal 1-2 Juli 1961 dan menghasilkan resolusi pernyataan serta terbentuknya "Panitia Penyalur Hasrat Rakyat Tuntutan Daswati II Tanah Laut" yang diketuai H.M.N. Manuar. Pada tanggal 12 Juli 1962, panitia ini menyampaikan memori Tanah Laut kepada Bupati dan Wakil Ketua DPRD GR Banjar, kemudian pada tanggal 6 Agustus 1962, Ketua Seksi A DPRD GR Banjar meninjau Tanah Laut dan dalam sidangnya pada tanggal 3 September 1962 mendukung Tuntutan Tanah Laut untuk dijadikan Daswati II dengan surat keputusan nomor 37/3/DPRDGR/1962, tanggal 3 September 1962.
Dengan terbitnya keputusan DPRD GR Banjar tersebut, Panitia Penyalur terus berusaha mendapat dukungan di tingkat Provinsi, baik melalui Kerukunan Keluarga Tanah Laut (KKTL) di Banjarmasin maupun di DPRD GR Tingkat I Kalimantan Selatan. Atas usaha tersebut maka pada tanggal 26 November 1962 Tim DPRD GR Tingkat Kalimantan Selatan meninjau Tanah Laut, dari hasil kunjungan tersebut DPRD GR Tingkat I Kalimantan Selatan mendukung terbentuknya Daswati II Tanah laut dalan bentuk sebuah resolusi yang ditujukan kepada Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, tanggal 11 Desember 1962, nomor 12/DPRDGR/RES/1962. Sebagai realisasi dari resolusi DPRD GR Tingkat I Kalimantan Selatan, Maka DPRD GR RI mengirim Tim yang dipimpin oleh Ketua Komisi B, yaitu Imam Sukarni Handokowijoyo dan tiba di Tanah Laut pada tanggal 2 Oktober 1963 yang disambut dengan rapat umum, kemudian melakukan peninjauan ke Kintap dan Ujung Batu serta pertemuan dengan pejabat dan panitia penuntut.
Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1965, tentang Pembentukan Daswati II Tapin, Tabalong dan Tanah Laut, maka pada tanggal 2 Desember 1965 dilaksanakan upacara peresmian berdirinya Daswati II Tanah Laut oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah DR. Soemarno. Dengan demikian tanggal 2 Desember dicatat sebagai Hari Jadi Kabupaten Tanah Laut yang diperingati setiap tahunnya.
ARTI LOGO KABUPATEN TANAH LAUT
Berikut adalah makna/arti dari logo Kabupaten Tanah Laut :
- Lambang berbentuk “ PERISAI ”, bermakna sebagai alat pelindung diri dan penangkis dari serangan-serangan musuh. Bentuk perisai pada Lambang menunjukan kekuatan pertahanan Daerah, masyarakat mempertahankan daerah dari serangan-serangan musuh yang bermaksud mengganggu ketentramannya;
- Makna Lambang Coklat Dan Biru, yang berada pada bagian atas Lambang dengan tulisan Tanah Laut, menunjukan : Coklat melambangkan Tanah, Biru melambangkan Laut, tulisan Tanah Laut memperkenalkan daerahnya, yang dilingkupi daratan dan lautan;
- Warna Hijau dan Kuning, yang ada pada tubuh lambang, deskripsi dari : kesuburan mengingat daerah ini yang penuh gunung, hutan, padang rumput untuk perternakan hewan, kekayaan alam yang dimiliki dan hijau melambangkan pula harapan dimasa yang akan datang, kemudian Kuning melambangkan Kebudayaan dan menunjukan bahwa Daerah ini adalah Daerah Emas dan Tambang lainnya;
- Garis Miring Hitam, yang membelah Pinang pada pertengahan tubuh Lambang menunjukan arah angin dari dua jurusan, yaitu Tenggara yang menyebabkan musim kemarau dan Barat Laut yang menyebabkan musim hujan, melambangkan garis pertautan abadi antara hasil tambang Daerah dengan kesuburan alamnya;
- Garis Hitam, yang mengelilingi perisai, menunjukan dasar keperibadian Daerah yang kokoh;
- Belanga yang berada di tengah-tengah Lambang, mendeskripsikan ciri-ciri khas keperibadian dan kebudayaan Daerah ini sejak Bahari, belanga tersebut dibuat dari Tanah Liat oleh Suku BIAJU ABALING yang bertempat tinggal di Hulu Sungai Tabanio, dekat gunung SKATALU. Suku Biaju Abaling tersebut adalah suatu Suku penduduk asli dari Tanah Laut, sebelum masuknya para pendatang ke Daerah ini. Belanga atau Tajau adalah Padaringan orang Tanah-Laut dan seluruh Kalimantan jaman bahari sampai sekarang, yaitu tempat menyimpan Beras, melambangkan kekayaan alam Tanah Laut disimpan dalam sebuah wadah (Belanga), untuk lebih dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran Daerah;
- Bintang berbuncu (sudut) lima yang terletak diatas Belanga melambangkan bahwa Daerah ini adalah yang menjunjung tinggi ke-Tuhanan Yang Maha Esa (Orang ber-Agama). Buncu lima berarti PANCA SILA, Buncu lima berarti bahwa Daerah ini sewaktu dijadikan Kabupaten mempunyai 5 Kecamatan;
- Setangkai Padi yang tergambar dalam lingkungan Belanga melambangkan kemakmuran;
- Satu ikat purun melambangkan hasil eksport daerah ini sesudah dianyam dan melambangkan persatuan kesatuan masyarakat Tanah Laut, bersatu teguh bercerai jatuh;
- Perahu Layar terletak ditengah-tengah Belanga berada diatas Laut melambangkan bahwa Daerah ini juga Daerah Nelayan, Perahu alat penghubung Daerah ini pada masa dahulu sampai sekarang, Penduduk pendatang dari Daerah lain merupakan pedagang dengan mempergunakan Perahu Layar dan dengan Perahu dapat menguasai Laut dan alat penggalian kekayaan lautnya;
- Laut melambangkan ketabahan masyarakat. Daerah ini menghadapi segala rintangan dan cobaan, laut melambangkan kekayaan alam Tanah Laut dengan hasil Lautnya;
- Motto Lambang yang dituliskan pada Pita Putih yang terletak di bawah Belanga, berbunyi “ TUNTUNG PANDANG ” bermaksud pada keabadian Daerah ini yang artinya TUNTUNG selesai dan PANDANG memandang atau melihat “ TUNTUNG PANDANG ” yaitu suatu pandangan yang abadi.
DOWNLOAD LOGO KABUPATEN TANAH LAUT
Untuk mendownload logo Kabupaten Tanah Laut dengan format JPG/JPEG (Joint Photographic Experts Group), PNG (Portable Network Graphics) tanpa background atau CDR (CorelDraw) untuk yang bisa diedit, langsung saja klik link dibawah ini:
LINK DOWNLOAD
0 Response to "DOWNLOAD LOGO KABUPATEN TANAH LAUT"
Posting Komentar