DESKRIPSI
Kabupaten Indragiri Hilir adalah sebuah Kabupaten yang masuk ke dalam wilayah Provinsi Riau. Secara posisi Kabupaten Indragiri Hilir terletak di titik kordinat 104° 10' 00” - 102° 32' 00” Bujur Timur dan 0° 36’ 00" - 1° 07’ 00" Lintang Selatan, dimana pada sisi sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan, sedang pada sisi sebelah timur berbatasan dengan Peovinsi Kepulauan Riau, lalu pada sisi sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Provinsi Jambi), sedangkan disebelah baratnya berbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hulu. Secara umum wilayah Kabupaten Indragiri Hilir merupakan kawasan dataran rendah, dengan ketinggian daratan antara 0 hingga 35 meter diatas permukaan laut.
Kabupaten Indragiri Hilir adalah sebuah Kabupaten yang masuk ke dalam wilayah Provinsi Riau. Secara posisi Kabupaten Indragiri Hilir terletak di titik kordinat 104° 10' 00” - 102° 32' 00” Bujur Timur dan 0° 36’ 00" - 1° 07’ 00" Lintang Selatan, dimana pada sisi sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan, sedang pada sisi sebelah timur berbatasan dengan Peovinsi Kepulauan Riau, lalu pada sisi sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Provinsi Jambi), sedangkan disebelah baratnya berbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hulu. Secara umum wilayah Kabupaten Indragiri Hilir merupakan kawasan dataran rendah, dengan ketinggian daratan antara 0 hingga 35 meter diatas permukaan laut.
Kabupaten Indragiri Hilir sendiri wilayahnya terdiri dari 20 Kecamatan, 39 Kelurahan dan 197 Desa. Berdasarkan data statistik pada tahun 2021, jumlah penduduk Kabupaten Indragiri Hilir mencapai 652.342 jiwa. Luas wilayah Kabupaten Indragiri Hilir yaitu 12.614,78 km², sehingga tingkat sebaran penduduknya mencapai 52 jiwa/km². Dengan potensi sumber daya alam yang berlimpah dan letak geografis yang sangat strategis, Indragiri Hilir terus memacu diri mengembangkan kawasannya menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi Riau dan pusat pertumbuhan kebudayaan ekonomi Riau dan Pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara. Kebun Kelapa identik dengan Indragiri Hilir dan Indragiri Hilir adalah sentra kebun kelapa paling luas di Indonesia, menjadi hamparan kebun kelapa dunia. Di sini pohon-pohon kelapa tumbuh dengan suburnya dari lahan-lahan yang semula hutan rawa-rawa.
Destinasi wisata yang ada di Kabupaten Indragiri Hilir ada beragam, diantaranya yaitu wisata Air Terjun 86, memiliki sudut kemiringan mendekati 90 derajat dan dapat dirasakan keberadaannya 10 meter sebelum sampai, terletak di Desa Selensen Kecamatan Indragiri Hilir. Kemudian ada wisata Pantai Solop, memiliki beberapa hal unik seperti hamparan pasir putih alami yang disebut oleh warga setempat sebagai pasir sirsak, terletak di Kecamatan Mandah, Pulau Cawan. Lalu ada wisata Telaga Mablu, memiliki suasana alam yang luar biasa asri dan masih alami, berlokadsi di Sungai Bela, Kecamatan Kuala Indragiri. Dan ada wisata growisata Kelapa, kabupaten Indragiri Hilir merupakan penyumbang kelapa terbesar pada produksi kelapa Indonesia, Agrowisata ini berlokasi di Tanjung Pidada, Kecamatan Tempuling.
Selain destinasi wisata diatas, kita juga bisa berkunjung ke sejumlah destinasi lainnya seperti wisata Rawa Gambut Pulau Cawan, ada lintasan sepeda yang dapat memacu adrenalin bagi yang hobi bersepeda, berlokasi di Pulau Cawan, Kecamatan Mandah. Kemudian ada wisata Alam Danau Raja, menyajikan pemandangan alam serta ada area bermain anak, berlokasi di Sekip Hilir, Kecamatan Rengat. Lalu ada wisata Sungai Rukam, dimana pengunjung dapat melakukan susur sungai menggunakan perahu yang disewakan warga, berlokasi di kecamatan Enok. Lalua ada Bukit Berbunga, memiliki ketinggian 150 mdpl dan cocok untuk yang hobi mendaki, berada di desa Batu Ampar, Kecamatan Keritang. Dan ada wisata Air Terjun Tembulun Rusa, ada anak tangga alami dan kolam alami, berlokasi di Pangkalan Kasai, Kecamatan Seberida.
SEJARAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
Untuk melihat latar belakang sejarah berdirinya Kabupaten Indragiri Hilir sebagai salah satu daerah otonomi dapat ditinjau dalam dua periode, yaitu periode sebelum kemerdekaan dan periode sesudah kemerdekaan Republik Indonesia. Pada Periode sebelum kemerdekaan, wilayah Kabupaten Indragiri Hilir pernah berkuasa beberapa kerajaan, diantaranya yaitu:
Kerajaan Keritang, didirikan sekitar awal abad ke-6 yang berlokasi di wilayah Kecamatan Keritang sekarang. Seni budayanya banyak dipengaruhi oleh agama Hindu, sebagaimana terlihat pada arsitektur bangunan istana yang terkenal dengan sebutan Puri Tujuh (Pintu Tujuh) atau Kedaton Gunung Tujuh. Sayangnya, saat ini peninggalan kerajaan tersebut tidak lagi bisa dijumpai.
Kerajaan Kemuning, didirikan oleh Raja Singapura ke-V, Raja Sampu atau Raja Iskandarsyah Zulkarnain atau Prameswara. Tahun 1231 diangkat seorang raja muda yang bergelar Datuk Setiadiraja. Letak kerajaan ini diperkirakan berada di Desa Kemuning Tua dan Desa Kemuning Muda. Bukti peninggalan kerajaan berupa selembar besluit dengan cap stempel kerajaan, bendera dan pedang kerajaan.
Kerajaan Batn Enam Suku, merupakan sebuah kerajaan-kerajaan kecil bekas penguasa kerajaan Bintan, yang karena perpecahan sebagian menyebar ke daerah Indragiri Hilir bagian utara, yaitu di daerah Gaung Anak Serka, Batang Tuaka, Mandah dan Guntung. Di antaranya terdapat Enam Batin (Kepala Suku) yang terkenal dengan sebutan Batin Nan Enam Suku, yakni Suku Raja Asal di daerah Gaung, Suku Raja Rubiah di daerah Gaung, Suku Nek Gewang di daerah Anak Serka, Suku Raja Mafait di daerah Guntung, Suku Datuk Kelambai di daerah Mandah, dan Suku Datuk Miskin di daerah Batang Tuaka.
Kerajaan Indragiri, diperkirakan berdiri tahun 1298 dengan raja pertama bergelar Raja Merlang I berkedudukan di Malaka. Demikian pula dengan penggantinya Raja Narasinga I dan Raja Merlang II, tetap berkedudukan di Malaka, sedangkan untuk urusan sehari-hari dilaksanakan oleh Datuk Patih atau Perdana Menteri. pada tahun 1473, sewaktu Raja Narasinga II yang bergelar Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan Zirullah Fil Alam (Sultan Indragiri IV), dia menetap di ibu kota kerajaan yang berlokasi di Pekan Tua sekarang.
Pada tahun 1815, dibawah Sultan Ibrahim, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Rengat. dalam masa pemerintahan Sultan Ibrahim ini, Belanda mulai campur tangan terhadap kerajaan dengan mengangkat Sultan Muda yang berkedudukan di Peranap dengan batas wilayah ke Hilir sampai dengan batas Japura. Selanjutnya, pada masa pemerintahan Sultan Isa, berdatanganlah orang - orang dari suku Banjar dan suku Bugis sebagai akibat kurang amannya daerah asal mereka. Khusus untuk suku Banjar, perpindahannya akibat dihapuskannya Kerajaan Banjar oleh Gubernement pada tahun 1859 sehingga terjadi peperangan sampai tahun 1863.
Pada masa penjajahan Belanda, dengan adanya Tractaat Van Vrindchaap (perjanjian perdamaian dan persahabatan) tanggal 27 September 1938 antara Kerajaan Indragiri dengan Belanda, maka Kesultanan Indragiri menjadi Zelfbestuur. berdasarkan ketentuan tersebut, di wilayah Indragiri Hilir ditempatkan seorang Controlleur yang membawahi 6 daerah keamiran, yaitu Amir Tembilahan di Tembilahan, Amir Batang Tuaka di Sungai Luar, Amir Tempuling di Sungai Salak, Amir Mandah dan Gaung di Khairiah Mandah, Amir Enok di Enok, dan Amir Reteh di Kotabaru. Controlleur memegang wewenang semua jawatan, bahkan juga menjadi hakim di pengadilan wilayah ini sehingga Zelfbestuur Kerajaan Indragiri terus dipersempit sampai dengan masuknya Jepang tahun 1942.
Balatentara Jepang memasuki Indragiri Hilir pada tanggal 31 Maret 1942 melalui Singapura terus ke Rengat. Tanggal 2 April 1942 Jepang menerima penyerahan tanpa syarat dari pihak Belanda yang waktu itu dibawah Controlleur K. Ehling. Sebelum tentara Jepang mendarat untuk pertama kalinya di daerah ini dikumandangkan lagu Indonesia Raya yang dipelopori oleh Ibnu Abbas. Pada masa pendudukan Jepang ini Indragiri Hilir dikepalai oleh seorang Cun Cho yang berkedudukan di Tembilahan dengan membawahi 5 Ku Cho, yaitu Ku Cho Tembilahan dan Tempuling di Tembilahan, Ku Cho Sungai Luar, Ku Cho Enok, Ku Cho Reteh, dan Ku Cho Mandah. Pemerintahan Jepang berkuasa di Indragiri Hilir sampai bulan Oktober 1945 selama lebih kurang 3,5 tahun.
Pada awal kemerdekaan Indonesia, Indragiri (Hulu dan Hilir) masih merupakan satu kabupaten. Kabupaten Indragiri ini terdiri atas 3 kewedanaan, yaitu Kewedanaan Kuantan Singingi dengan ibu kotanya Teluk Kuantan, Kewedanaan Indragiri Hulu dengan ibu kotanya Rengat dan Kewedanaan Indragiri Hilir dengan ibu kotanya Tembilahan. Kewedanaan Indragiri Hilir membawahi 6 wilayah yaitu Wilayah Tempuling/Tembilahan, Wilayah Enok, Wilayah Gaung Anak Serka, Wilayah Mandah/Kateman, Wilayah Kuala Indragiri dan Wilayah Reteh
Beberapa waktu kemudian masyarakat Indragiri Hilir memohon kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur Riau, agar Indragiri Hilir dimekarkan menjadi kabupaten Daerah Tingkat II yang berdiri sendiri (otonom). Setelah melalui penelitian, baik oleh Gubernur maupun Departemen Dalam Negeri, maka pemekaran diawali dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau (Provinsi Riau) tanggal 27 April 1965 nomor 052/5/1965 sebagai Daerah Persiapan Kabupaten Indragiri Hilir.
Pada tanggal 14 Juni 1965, dikeluarkanlah Undang-undang nomor 6 tahun 1965 Lembaran Negara Republik Indonesia no. 49, maka Daerah Persiapan Kabupaten Indragiri Hilir resmi dimekarkan menjadi Kabupaten Daerah Tingkat II Indragiri Hilir (sekarang Kabupaten Indragiri Hilir) yang berdiri sendiri, yang pelaksanaannya terhitung tanggal 20 November 1965.
ARTI LOGO KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
Berikut adalah makna/arti dari logo Kabupaten Indragiri Hilir (Indragiri Hilir Regency) :
- Sket Puri Tujuh, melambangkan aspek sejarah/kebudayaan daerah Kabupaten Indragiri Hilir pada periode Melayu Tua seperiode dengan kerajaan Sriwijaya, maka di Indragiri Hilir ada sebuah Kerajaan Melayu yang bernama Keritang terkenal karena Puri Tujuh yang Gapura (Pintu Gerbang) sebanyak tujuh lapis. Dapat pula diartikan sebagai sampiran bahwa di daerah Kabupaten Indragiri Hilir mengalir tujuh buah sungai besar. Landasan Puri Tujuh yaitu Sket Perahu dengan Perigi memiliki nilai historis yaitu kebesaran Indragiri Hilir lama, juga mempunyai makna masa depan kejayaan di laut dan di sungai dengan semangat yang tidak kunjung padam.
- Warna Dasar Hijau Daun Tua, melambangkan kesuburan tanah Indragiri Hilir.
- Simpul Tali 65 Pintal, melambangkan persatuan rakyat dan tahun terbentuknya Kabupaten Indragiri Hilir.
- Padi dan Kelapa, Melambangkan hasil utama daerah Kabupaten Indragiri Hilir. Empat belas butir padi merupakan tanggal terbentuknya Kabupaten Indragiri Hilir. Enam buah bibit kelapa merupakan bulan terbentuknya Kabupaten Indragiri Hilir.
- Gelombang 5 Lapis, melambangkan bahwa Indragiri Hilir adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berfalsafah Pancasila.
DOWNLOAD LOGO KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
Untuk mendownload logo Kabupaten Indragiri Hilir (Indragiri Hilir Regency) dengan format JPG/JPEG (Joint Photographic Experts Group), PNG (Portable Network Graphics) tanpa background atau CDR (CorelDraw) untuk yang bisa diedit, langsung saja klik link dibawah ini:
LINK DOWNLOAD
0 Response to "DOWNLOAD LOGO KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (INDRAGIRI HILIR REGENCY)"
Posting Komentar