DOWNLOAD LOGO KABUPATEN SIMALUNGUN (SIMALUNGUN REGENCY)

 
DESKRIPSI
Kabupaten Simalungun adalah sebuah Kabupaten yang masuk ke dalam wilayah Provinsi Sumatra Utara. Secara posisi Kabupaten Simalungun terletak di titik kordinat 98° 32' 00” - 99° 35' 00” Bujur Timur dan 2° 36’ 00" - 3° 18’ 00" Lintang Selatan, dimana pada sisi sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai dan Kabupaten Deli Serdang, sedang pada sisi sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batu Bara, lalu pada sisi sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Samosir, sedangkan disebelah baratnya berbatasan dengan Kabupaten Karo. Secara umum wilayah Kabupaten Simalungun merupakan kawasan dataran tinggi berupa pegunungan dan perbukitan, dengan ketinggian atara 500 sampai 1.900 meter diatas permukaan laut.

Kabupaten Simalungun sendiri wilayahnya terdiri dari 32 Kecamatan, 27 Kelurahan dan 386 Desa. Berdasarkan data statistik pada tahun 2021, jumlah penduduk Kabupaten Simalungun  mencapai 1.038.120 jiwa. Luas wilayah Kabupaten Simalungun yaitu 4.372,50 km², sehingga tingkat sebaran penduduknya mencapai 237 jiwa/km². Sektor pertanian, bagi daerah Kabupaten Simalungun ini sampai saat ini masih merupakan tulang punggung perekonomian daerah. Sektor pertanian, terdiri dari sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Di bidang pertanian sendiri, pemerintah daerah Kabupaten Simalungun mempunyai visi yakni “Mewujudkan Kemakmuran Masyarakat Berbasis Pertanian dan Agroindustri yang didukung oleh sektor Pariwisata“.

Destinasi wisata yang ada di Kabupaten Simalungun ada beragam, diantaranya yaitu wisata Air Terjun Katasa, di atas air terjun terdapat jembatan yang melintang, atau biasa disebut Titi oleh warga setempat dan digunakan untuk menyebrang ke desa tetangga, berlokasi di desa Tonduhan Kecamatan Hatonduhan. Kemudian ada wisata Air Terjun Tonduhan yang terletak di Desa Buntu Bayu Kecamatan Tonduhan, lalu ada wisata Kebun Teh Sidamanik yang berlokasi di Jl. Pematang Purba – Parapat, Ambarisan Kecamatan Sidamanik, dan ada wisata Pemandian Alam Aek Manik yang ada di Desa Ambarisan Kecamatan Sidamanik. Selain itu ada wisata wdukasi berupa Museum Simalungun yang berlokasi di Jl. Sudirman no.20 Pematang Siantar, Proklamasi, Kecamatan Siantar Barat, dan ada Simarjarunjung untuk menikmati Sunrise di kecamatan Dolok Pardamean.

Selain destinasi wisata diatas, kita juga bisa berkunjung ke sejumlah destinasi lainnya seperti wisata Kawah Putih Tinggi yang berada di desa Raja Dolok Marawa Kecamatan Silau Kahean, kemudian ada Tanjung Unta yang lokasinya ada di Jl. St. H.H. Damanik, Tambun Raya, Pamatang, Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, dan ada Wisata Tigaras yang berlokasi di desa Tigaras Kecamatan Dolok Pardamean. Selain itu ada wisata ke Rumah Bung Karno Parapat yang lokasinya ada di Tigaraja Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, kemudian ada Bukit Gundul (Bukit Sipiso-Piso) yang berada di Naga Mariah Kecamatan Pematang Silimahut, lalu ada Rumah Bolon Pematang Purba di kecamatan Purba, Pemandian Manigom Nauli di kecamatan Dolok Panribuan, dan ada Pemandian Alam Sejuk Pas di kecamatan Siantar.

Website resmi Kabupaten Simalungun (Simalungun Regency) :
www.simalungunkab.go.id

SEJARAH KABUPATEN SIMALUNGUN
Dalam perjalanan sejarahnya, suku Simalungun datang dalam dua gelombang. Gelombang pertama (Proto Simalungun) diperkirakan datang dari India Selatan (Nagore) dan India Timur (Pegunungan Assam) sekitar abad ke-5 menyusuri Birma terus ke Siam dan Melaka selanjutnya menyebrang ke Sumatera Timur dan mendirikan Kerajaan Nagur dari Raja dinasti Damanik. Dan kemudian gelombang kedua (Deutro Simalungun) yang merupakan pembaruan suku-suku tetangga dengan suku Simalungun asli. Selanjutnya panglima-panglima (Raja Goraha) Kerajaan Nagur bermarga Saragih, Sinaga dan Purba dijadikan menantu oleh Raja Nagur dan kelak mendirikan kerajaan-kerajaan, diantaranya yaitu Silou (Purba Tambak), Tanoh Djawa (Sinaga), dan Raya (Saragih). 

Kerajaan-kerajaan ini pada abad XIII-XV mengalami serangan-serangan dari tentara Singasari, Majapahit, Rajendra Chola dari India dan terakhir Aceh, sultan-sultan Melayu dan Belanda. Kemudian orang Simalungun mengungsi ke seberang Laut Tawar (obat penawar Sappar) sampai ke sebuah pulau yang kemudian dinamai “Samosir” (Sahali misir). Beberapa waktu kemudian keturunan orang Simalungun yang berdiam di Samosir kembali lagi ke kampung halamannya (huta hasusuran) di Nagur dan dilihatlah daerah itu sudah ditinggalkan orang karena mengungsi, sepi dan yang tersisa hanya peninggalan rakyat Nagur, sehingga dinamakanlah daerah Nagur itu “sima-sima ni nalungun” dan lama kelamaan menjadi Simalungun (daerah yang sunyi sepi).

Sebelum tahun 1907, Simalungun bukanlah daerah jajahan Belanda. Kolonialisme Belanda di Simalungun baru terjadi pada saat penandatanganan perjanjian pendek atau yang sering disebut Korte Verklaring. Walaupun sejumlah pejabat dan etnograf Belanda telah menjejakkan kakinya di Simalungun sebelum tahun 1907. Perjalanan dalam rangka penjajagan ke Tanoh Simalungun dilakukan oleh orang Eropa terutama Belanda dan Jerman. Tujuan perjalanan kedua bangsa Eropa itu ke Simalungun sangat berbeda. Bangsa Belanda bertujuan untuk penjajagan potensi sumberdaya alam untuk eksploitasi, sedangkan Bangsa Jerman bertujuan untuk menyebarkan  Injil. 

Sebelumnya, pada tahun 1823, seorang sarjana Inggris yang ditugaskan Gubernur Pulau Penang telah menjajagi Tanoh Simalungun yakni John Anderson. Tulisan Anderson ini menjadi referensi pertama yang mencatat nama Simalungun yang ditulisnya tidak konsisten dengan ejaan: Semilongan ataupun Semalongan. Kemudian nama ini diadopsi oleh Pemerintah Kolonial dengan ejaan Sibaloengen (van Dijk) ataupun Simeloengen. Konsep ini dipatenkan menjadi nama kelompok etnik  (ethnic group) sekaligus  nama teritorialnnya (ethno-territorial) yang disebut onder(afdeeling) Simelongen. Sebelum periode kolonialisme 1907, tidak terdapat batasan-batasan teritorial di Simalungun. Masyarakatnya memiliki kebebasan memposisikan pemukiman (parhutaon), perdagangan (bandar dan tiga), perladangan (parjumaan atau parsabahan), penggembalaan ternak (parmahanan), dan lain-lain.

Pada saat kolonialisme masuk di Simalungun sejak 1907 yang ditandai oleh pemakzulan dan pembuangan Sang Na Ualuh Damanik dari Siantar ke Bengkalis, sejumlah perubahan penting terjadi di wilayah ini. Perubahan itu bukan saja menyangkut wilayah, tetapi hampir seluruh aspek di Simalungun. Selain itu, Westenberg (kontelir di Bangunpurba) yang ditunjuk sebagai kontelir Simalungun dan Karo di Saribudolog memisah wilayah Sitoluhuta dan Sipituhuta menjadi daerah Karo. Singkatnya, kolonialisme dan keberadaan zending RMG di Simalungun telah mengubah wajah teritori dan kebudayaan Simalungun.  

ARTI LOGO KABUPATEN SIMALUNGUN

Berikut adalah makna/arti dari logo Kabupaten Simalungun (Simalungun Regency) :
Arti Lambang:
  1. Lambang berbentuk perisai terbagi lima petak dengan dasar lambang hijau lahan.
  2. Bagian atas lambang digambarkan hiou Suri-suri dengan warna hitam yang bersuat (bersifat) putih dan pada hiou Suri-suri tertulis nama "Simalungun" dengan warna putih.
  3. Pada petak tengah dengan latar belakang warna kuning emas terdapat gambar rumah balai adat dengan susunan galang 10, 7 anak tangga, jerjak 8 sebelah, tiang 4, sudut atap lima, dan pada rabung atas terdapat gambar kepala kerbau dengan warna atap hitam dan galang warna putih.
  4. Pada petak kiri atas dengan latar belakang warna merah darah terdapat gambar daun teh sebanyak 8 helai berwarna hijau.
  5. Pada petak kanan atas dengan latar belakang warna putih terdapat gambar Bukit Barisan berpuncak dan dua buah puncak di tengah lebih tinggi daripada di sampingnya berwarna biru dan sebelah bawah gelombang danau empat baris berwarna biru muda.
  6. Pada petak kiri bawah dengan latar belakang warna putih terdapat gambar setangkai padi dengan jumlah padi 17 butir berwarna kuning emas.
  7. Pada petak kanan bawah dengan latar belakang warna merah darah terdapat gambar bunga kapas 5 kuntum berwarna putih dan kelopak bunga berwarna hijau.
  8. Garis batas-batas petak dengan warna hitam dan sebelah luar perisai tepi hiou Suri-suri ditambah dengan garis putih.
  9. Pita sebelah bawah perisai berwarna putih dengan tepi berwarna hitam. Di pita tersebut tertulis semboyan lambang, yaitu "HABONARON DO BONA", kata dalam bahasa Simalungun yang berarti kebenaran itu adalah pokok.
 
Makna Lambang:
  1. Lambang berbentuk perisai menggambarkan kekuatan dan pertahanan membela kepentingan daerah dan negara.
  2. Bilangan-bilangan pada bagian-bagian lambang adalah simbol yang menggambarkan kesetiaan kepada Negara Republik Indonesia.
  3. Padi dan Kapas adalah kebutuhan pokok untuk mencapai kemakmuran dan keadilan.
  4. Daun teh adalah hasil utama dari Daerah Simalungun.
  5. Gunung dan danau menggambarkan keindahan alamnya.
  6. Gelombang danau menggambarkan dinamika masyarakat.
  7. Rumah Balai adalah spesifik daerah yang menggambarkan adat, kebudayaan, dan kesenian daerah.
 
DOWNLOAD LOGO KABUPATEN SIMALUNGUN
Untuk mendownload logo Kabupaten Simalungun (Simalungun Regency) dengan format JPG/JPEG (Joint Photographic Experts Group), PNG (Portable Network Graphics) tanpa background atau CDR (CorelDraw) untuk yang bisa diedit, langsung saja klik link dibawah ini:
 
download-logo-kabupaten-simalungun-sumatra-utara-vector-coreldraw-logoawal

LINK DOWNLOAD

>>  LOGO KABUPATEN SIMALUNGUN  <<
Format JPG   |   Format PNG   |   Format CorelDraw

0 Response to "DOWNLOAD LOGO KABUPATEN SIMALUNGUN (SIMALUNGUN REGENCY)"

Posting Komentar