DESKRIPSI
Kota Metro adalah sebuah Kota yang masuk ke dalam wilayah Provinsi Lampung. Secara posisi Kota Metro terletak di titik kordinat 105° 17' 00” - 105° 19' 00” Bujur Timur dan 5° 60’ 00" - 5° 80’ 00" Lintang Selatan, dimana pada sisi sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Timur, sedang pada sisi sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur, lalu pada sisi sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur, sedangkan disebelah baratnya berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah. Secara umum wilayah Kota Metro merupakan kawasan dataran rendah, dengan ketinggian daratan antara 25 hingga 75 meter diatas permukaan laut.
Kota Metro adalah sebuah Kota yang masuk ke dalam wilayah Provinsi Lampung. Secara posisi Kota Metro terletak di titik kordinat 105° 17' 00” - 105° 19' 00” Bujur Timur dan 5° 60’ 00" - 5° 80’ 00" Lintang Selatan, dimana pada sisi sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Timur, sedang pada sisi sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur, lalu pada sisi sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur, sedangkan disebelah baratnya berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah. Secara umum wilayah Kota Metro merupakan kawasan dataran rendah, dengan ketinggian daratan antara 25 hingga 75 meter diatas permukaan laut.
Kota Metro sendiri wilayahnya terdiri dari 5 Kecamatan dan 22 Kelurahan. Berdasarkan data statistik pada tahun 2021, jumlah penduduk Kota Metro mencapai 172.934 jiwa. Luas wilayah Kota Metro yaitu 68,74 km², sehingga tingkat sebaran penduduknya mencapai 2.516 jiwa/km². Sebagian warga Kota Metro masih menekuni sektor pertanian persawahan dengan lahan yang cukup luas sehingga sektor pertanian tetap mendapatkan perhatian utama. Sementara itu di sektor industri, jumlah industri kecil 782 unit usaha yang terbagi dalam 5 kelompok industri yaitu industri yaitu industri pangan, kerajinan dan umum, kimia dan bahan bangunan, logam dan jasa, serta industri sandang dan kulit. Pada sektor perdagangan, perdagangan di Kota Metro berpusat di dua pasar utama yaitu Shoping Centre, dan Pasar Cendrawasih.
Destinasi wisata yang ada di Kota Metro ada beragam, diantaranya yaitu wisata Waterboom Palem Indah, merupakan wisata air yang berada di Jl. Jendral Sudirman, Ganjar Agung, Ganjarasri, Kecamatan Metro Barat. Kemudian ada Jembatan Gantung Pelita, desain jembatan cukup unik dipadu pemandangan sekitar yang asri, berlokasi di Sumbersari, Kecamatan Metro Selatan. Lalu ada wisata religi di Masjid Taqwa Dan Taman Merdeka yang berlokasi di Jl. Letjend Alamsyah Ratu Prawira Negara No.1, Imopuro, Kecamatan Metro Pusat. Dan ada wisata Sawah Bertingkat di desa Bantul Kecamatan Metro Selatan, serta ada wisata Taman Metro Mini Indah yang berada di Jl. Imam Bonjol No.8, Hadimulyo Barat, Kecamatan Metro Utara.
Selain destinasi wisata diatas, kita juga bisa berkunjung ke sejumlah destinasi lainnya seperti wisata Dam Raman, berupa bendungan dengan fasilitas perahu bebek yang berada di Jl. Dam Raman No.1, Purwoasri, Kecamatan Metro Utara. Kemudian ada wisata Taman Bunga Sakura yang berlokasi di Jl. Budi Utomo, Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan. Lalu ada wisata Gua Warak yang terletak di desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan, ada juga Samber Park yang ering dijadikan sebagai tempat diselenggarakannya banyak konser music yang berada di Jl. Ade Irma Suryani, Imopuro, Kecamatan Metro Pusat. Serata ada wisata Taman Palem Indah Jl. Jendral Sudirman, Ganjar Agung, Kecamatan Ganjarasri, dan ada Jembatan Gantung 28 Kota Metro di desa Purwoasri, Kecamatan Metro Utara.
SEJARAH KOTA METRO (METRO CITY)
Sejarah kelahiran Kota Metro bermula dengan dibangunnya kolonisasi dan dibentuk sebuah induk desa baru yang diberi nama Trimurjo. Sebelum tahun 1936, Trimurjo adalah bagian dari Onder Distrik Gunungsugih yang merupakan bagian dari wilayah Marga Nuban. Kawasan ini adalah daerah yang terisolasi tanpa banyak pengaruh dari penduduk lokal Lampung. Namun, pada awal tahun 1936 Pemerintah kolonial Belanda mengirimkan migran orang-orang Jawa (kolonis) ke wilayah ini untuk mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan mengurangi kegiatan para aktivis kemerdekaan. Kelompok pertama tiba pada tanggal 4 April 1936. Pada tanggal 9 Juni 1937, nama daerah itu diganti dari Trimurjo ke Metro dan pada tahun yang sama berdiri sebagai pusat pemerintahan Onder Distrik (setingkat kecamatan) dengan Raden Mas Sudarto sebagai asisten kepala distrik (asisten demang) pertama.
Onder Distrik dikepalai oleh seorang Asisten Demang, sedangkan Distrik dikepalai oleh seorang Demang. Sedangkan atasan daripada Distrik adalah Onder Afdeling yang dikepalai oleh seorang Controleur berkebangsaan Belanda. Tugas dari Asisten Demang mengkoordinasi Marga yang dikepalai oleh Pesirah dan di dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh seorang Pembarap (Wakil Pesirah), seorang Juru Tulis dan seorang Pesuruh (Opas). Pesirah selain berkedudukan sebagai Kepala Marga juga sebagai Ketua Dewan Marga. Pesirah dipilih oleh Penyimbang-penyimbang Kampung dalam Marganya masing-masing. Kediaman asisten wedana Metro pada masa Hindia Belanda Marga terdiri dari beberapa Kampung yaitu dikepalai oleh Kepala Kampung dan dibantu oleh beberapa Kepala Suku. Kepala Suku diangkat dari tiap-tiap Suku di kampung itu. Kepala Kampung dipilih oleh Penyimbang-penyimbang dalam kampung.
Pada waktu itu Kepala Kampung harus seorang Penyimbang Kampung, jikalau bukan Penyimbang Kampung tidak bisa diangkat dan Kepala Kampung adalah anggota Dewan Marga. Selama periode yang sama, pemerintah kolonial Belanda membangun lebih banyak jalan, juga klinik, kantor polisi, dan kantor administrasi. Pada tahun 1941 dibangun sebuah masjid, kantor pos, pasar yang besar, dan penginapan, serta pemasangan listrik dan saluran telepon. Pengembangan berikutnya adalah dibangunnya irigasi untuk memastikan tanaman yang sehat. Belanda memperkerjakan Ir. Swam untuk merancang sistem irigasi. Desainnya dikenal dengan nama tanggul (bahasa Prancis "leeve", sekarang bentukan ini dikenal dengan "ledeng") selebar 30 meter dan sedalam 10 meter saluran irigasi dari Sungai Way Sekampung ke Metro. Buruh disediakan oleh pendatang, yang diwajibkan dan bekerja dalam shift. Konstruksi dimulai pada tahun 1937 dan selesai pada tahun 1941.
Setelah invasi Jepang di Indonesia pada tahun 1942, semua personil Belanda dievakuasi atau ditangkap. Program migrasi dilanjutkan di bawah nama Kakari Imin,[17] dan tujuh puluh migran Jawa digunakan sebagai kerja paksa dalam pembangunan landasan di Natar dan Astra Ksetra, serta berbagai bunker dan aset strategis lainnya; mereka yang menolak ditembak. Pada zaman Jepang, Residente Lampoengsche Districten diubah namanya oleh Jepang menjadi Lampung Syu. Lampung Syu dibagi dalam 3 (tiga) Ken, yaitu Teluk Betung Ken, Metro Ken dan Kotabumi Ken. Wilayah Kota Metro sekarang, pada waktu itu termasuk Metro Ken yang terbagi dalam beberapa Gun, Son, Marga-marga dan Kampung-kampung. Ken dikepalai oleh Kenco, Gun dikepalai oleh Gunco, Son dikepalai oleh Sonco, Marga dikepalai oleh seorang Margaco, sedangkan Kampung dikepalai oleh Kepala Kampung.
Selama perang kemerdekaan Indonesia, Belanda berusaha untuk merebut kembali Metro. Ketika mereka pertama kali tiba, mereka tidak dapat masuk jembatan ke kota Tempuran karena telah dihancurkan oleh pasukan 26 TNI di bawah komando Letnan Dua (Letda) Bursyah; konvoi Belanda terpaksa mundur. Namun, hari berikutnya Belanda kembali dalam jumlah yang lebih besar dan menyerang dari Tegineneng, akhirnya memasuki kota dan menewaskan tiga tentara Indonesia. Untuk mengenang peristiwa ini, dibangunlah sebuah monumen di Tempuran, Lampung Tengah tepatnya di pintu masuk Kota Metro. Setelah Indonesia merdeka dan dengan berlakunya pasal 2 Peraturan Peralihan UUD 1945, maka Metro Ken menjadi Kabupaten Lampung Tengah termasuk Kota Metro di dalamnya. Berdasarkan Ketetapan Residen Lampung No. 153/ D/1952 tanggal 3 September 1952 yang kemudian diperbaiki pada tanggal 20 Juli 1956 ditetapkan:
- Menghapuskan daerah marga-marga dalam Keresidenan Lampung.
- Menetapkan kesatuan-kesatuan daerah dalam Keresidenen Lampung dengan nama "Negeri" sebanyak 36 Negeri.
- Hak milik marga yang dihapuskan menjadi milik negeri yang bersangkutan.
Dengan dihapuskannya Pemerintahan Marga maka sekaligus sebagai nantinya dibentuk Pemerintahan Negeri. Pemerintahan Negeri terdiri dari seorang Kepala Negeri dan Dewan Negeri, Kepala Negeri dipilih oleh anggota Dewan Negeri dan para Kepala Kampung. Negeri Metro dengan pusat pemerintahan di Metro (dalam Kecamatan Metro). Dalam praktik, dirasakan kurangnya keserasian antara pemerintahan, keadaan ini menyulitkan pelaksanaan tugas pemerintahan oleh sebab itu Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung pada tahun 1972 mengambil kebijaksanaan untuk secara bertahap Pemerintahan Negeri dihapus, sedangkan hak dan kewajiban Pemerintahan Negeri beralih kepada kecamatan setempat. Berdasarkan keputusan rapat Dewan Marga tanggal 17 Mei 1937 daerah kolonisasi ini diberikan kepada saudaranya yang menjadi koloni dengan melepaskannya dari hubungan marga.
Dan pada Hari selasa tanggal 9 Juni 1937 nama desa Trimurjo diganti dengan nama Metro. Tanggal 9 Juni inilah yang menjadi dasar penetapan Hari Jadi Kota Metro, sebagaimana yang telah dituangkan dalam perda Nomor 11 Tahun 2002 tentang Hari Jadi Kota Metro. Sebelum menjadi kota administratif pada tahun 1986, Metro berstatus kecamatan yakni kecamatan Metro Raya dengan 6 (enam) kelurahan dan 11 (sebelas) desa. Atas dasar Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1986 tanggal 14 Agustus 1986 dibentuk Kota Administratif Metro yang terdiri dari Kecamatan Metro Raya dan Bantul vang diresmikan pada tanggal 9 September 1987 oleh Menteri Dalam Negeri. Pada tahun 1999 Kota Metro dibentuk menjadi Daerah Otonom dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 12 Tahun 1999 yang diundangkan tanggal 20 April 1999 dan diresmikan pada tanggal 27 April 1999 di Jakarta bersama-sama dengan Kota Dumai (Riau), Kota Cilegon, Kota Depok (Jawa Barat ), Kota Banjarbaru (Kalsel) dan Kota Ternate (Maluku Utara).
Kota Metro terbagi atas 5 kecamatan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 25 Tahun 2000 tentang Pemekaran Kelurahan dan Kecamatan di Kota Metro, wilayah administrasi pemerintahan Kota Metro dimekarkan menjadi 5 kecamatan yang meliputi 22 kelurahan. Dengan alasan historis, kota Metro menegaskan dukungan sepenuhnya atas rencana ekspansi kota ini hingga ke Kecamatan Punggur (Lampung Tengah), Pekalongan (Lampung Timur), Trimurjo (Lampung Tengah), dan Metrokibang (Lampung Timur). Namun pihak Lampung Tengah menunggu izin dari pemerintah pusat untuk menyerahkan beberapa kecamatannya.
ARTI LOGO KOTA METRO (METRO CITY)
Berikut adalah makna/arti dari logo Kota Metro (Metro City) :
- Lambang Daerah berbentuk Perisai dengan warna dasar biru menggambarkan tekad dan kesanggupan masyarakat yang majemuk yang mempertahankan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia Tanggal 17 Agustus 1945 berdasarkan Pancasila dalam melaksanakan pembangunan daerah dalam upaya untuk mewujudkan tujuan Negara sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang dasar 1945
- Pada Lambang Daerah, bagian bertuliskan “METRO” berwarna merah diatas dasar berwarna putih, menggambarkan Kota Metro bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
- Garis Tepi yang yang melingkari Lambang Daerah bewarna kuning, menggambarkan tekad tulus untuk menegakkan serta membina persatuan dan kesatuan bangsa.
- Dalam Lambang Daerah bagian atas terdapat Siger, mencirikan bahwa masyarakat menjunjung tinggi kebudayaan daerah sebagai bagian dari kebudayaan bangsa.
- Siger bewarna kuning keemasan dengan 9(sembilan) buah mahkota, mencirikan bahwa Kota Metro terletak di Lampung.
- Diatas siger terdapat Payung Agung, melambangkan pengayoman bagi warga daerah.
- Payung Agung terbagi dalam 4 (empat) bidang besar, 27 (dua puluh tujuh) bidang kecil dan berumbai dibagian bawah kiri dan kanan masing-masing 9 (sembilan) untai sebagai tanggal terbentuknya Kota Metro ( 27 – 9 – 1999).
- Setangkai padi dan setangkai kapas, melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
- Sembilan (9) buah biji kapas, dan 6 (enam) buah cincin pengikat serta 37 (tiga puluh tujuh) butir padi merupakan Hari Jadi Kota Metro ( 9 – 6 – 1937).
- Nyala api, pena, dan buku di tengah-tengah antara padi dan kapas menggambarkan semangat warga daerah untuk mengarahkan Metro menjadi Kota Pendidikan.
- Sehelai pita berwarna putih bertuliskan “Bumi Sai Wawai” dalam aksara Lampung mengandung makna upaya yang terus menrus untuk menjadikan daerah sebagai bumi yang bagus atau indah dan asri.
DOWNLOAD LOGO KOTA METRO (METRO CITY)
Untuk mendownload logo Kota Metro (Metro City) dengan format JPG/JPEG (Joint Photographic Experts Group), PNG (Portable Network Graphics) tanpa background atau CDR (CorelDraw) untuk yang bisa diedit, langsung saja klik link dibawah ini:
LINK DOWNLOAD
0 Response to "DOWNLOAD LOGO KOTA METRO (METRO CITY)"
Posting Komentar