DOWNLOAD LOGO KOTA BUKIT TINGGI (BUKIT TINGGI CITY)

 
DESKRIPSI
Kota Bukit Tinggi adalah sebuah Kota yang masuk ke dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat. Secara posisi Kota Bukit Tinggi terletak di titik kordinat 100° 20' 00” - 100° 25' 00” Bujur Timur dan 0° 16’ 00" - 0° 20’ 00" Lintang Selatan, dimana pada sisi sebelah utara berbatasan dengan Nagari Gadut dan Kapau Kecamatan Tilatang Kamang (Kabupaten Agam), sedang pada sisi sebelah timur berbatasan dengan Nagari Tanjung Alam, Ampang Gadang Kecamatan IV Angkat (Kabupaten Agam), lalu pada sisi sebelah selatan berbatasan dengan Taluak IV Suku Kecamatan Banuhampu (Kabupaten Agam), sedangkan disebelah baratnya berbatasan dengan Nagari Sianok, Guguk dan Koto Gadang Kecamatan IV Koto (Kabupaten Agam). Secara umum wilayah Kota Bukit Tinggi merupakan kawasan dataran tinggi, dengan ketinggian daratan antara 909 hingga 941 meter diatas permukaan laut.

Kota Bukit Tinggi sendiri wilayahnya terdiri dari 3 Kecamatan dan 24 Kelurahan. Berdasarkan data statistik pada tahun 2021, jumlah penduduk Kota Bukit Tinggi mencapai 128.944 jiwa. Luas wilayah Kota Bukit Tinggi yaitu 25,24 km², sehingga tingkat sebaran penduduknya mencapai 5.100 jiwa/km². Kota Bukittinggi merupakan salah satu kota dengan wilayah tersempit di Indonesia. Kota Bukittinggi merupakan salah satu pusat perdagangan grosir terbesar di Pulau Sumatra. Pusat perdagangan utamanya terdapat di Pasar Ateh, Pasar Bawah, dan Pasar Aur Kuning. Dari sektor perekonomian, Bukittinggi merupakan kota dengan PDRB terbesar kedua di Sumatra Barat, setelah Kota Padang. Tempat wisata yang ramai dikunjungi adalah Jam Gadang, yaitu sebuah menara jam yang terletak di jantung kota sekaligus menjadi simbol bagi Bukittinggi. 

Destinasi wisata yang ada di Kota Bukit Tinggi ada beragam, diantaranya yaitu wisata Taman Monumen Bung Hatta, banyak spot yang menarik minat pengunjung yang ingin berswafoto, berlokasi di Jl. Benteng Ps. Atas, Kecamatan Guguk Panjang. Kemudian ada wisata Lembah Ngarai Sianok, merupakan lembah yang sangat luas, yaitu terbentang Nagari Sianok enak suku utara sampai ke Nagari kota Gadang sisi selatan, berlokasi di Jl. Panorama, Bukit Cangang Kayu Ramang, Kecamatan Guguk Panjang. Lalu ada wisata Jam Gadang, merupakan bangunan peninggalan era Hindia Belanda yang merupakan simbol dari kota Bukittinggi, berlokasi di Jl. Benteng Ps. Atas, Kecamatan Guguk Panjang. Dan ada wisata Taman Margasatwa Budaya Kinantan, menyuguhkan banyak jenis hewan, juga menyuguhkan edukasi kebudayaan daerah setempa, berlokasi di Jl. Cindua Mato, Benteng Ps. Atas, Kecamatan Guguk Panjang.

Selain destinasi wisata diatas, kita juga bisa berkunjung ke sejumlah destinasi lainnya seperti Museum Rumah Bung Hatta, pengunjung bebas menjelajahi museum yang luasnya 1000 m2 yang menampilkan kebudayaan seni, budaya Bukittinggi, berlokasi di Jl. Soekarno Hatta No.37, Campago Ipuh, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan. Kemudian ada wisata Rumah Pohon Inyiak, memiliki panorama hamparan sungai yang berliku di dasar lembah, berlokasi di Jl. Kayu Kubu, Kecamatan Guguk Panjang. Lalu ada wisata Taman Panorama Bukittinggi, menyuguhkan pemandangan pepohonan yang rindang sehingga udaranya selalu sejuk, berlokasi di Jl. Panorama, Kayu Kubu, Kecamatan Guguk Panjang. Dan ada wisata Janjang Ampek Puluah, memiliki tangga yang jumlahnya mencapai 40 anak tangga, berlokasi di Aur Tajungkang Tengah Sawah, Kecamatan Guguk Panjang, Kota Bukittinggi.

Website resmi Kota Bukit Tinggi (Bukit Tinggi City) :
www.bukittinggikota.go.id

SEJARAH KOTA BUKIT TINGGI

Bukittinggi dalam kehidupan ketatanegaraan semenjak zaman penjajahan Belanda, zaman penjajahan Jepang serta zaman kemerdekaan dengan berbagai variasinya tetap merupakan pusat Pemerintahan Sumatera bahagian Tengah maupun Sumatera secara keseluruhan, bahkan Bukittinggi pernah berperan sebagai Pusat Pemerintahan Republik Indonesia setelah Yogyakarta diduduki Belanda dari bulan Desember 1948 sampai dengan bulan Juni 1949. Semasa pemerintahan Belanda dahulu, Bukittinggi oleh Belanda selalu ditingkatkan perannya dalam ketatanegaraan, dari apa yang dinamakan Gemetelyk Resort berdasarkan Stbl tahun 1828. Belanda telah mendirikan kubu pertahanannya tahun 1825, yang sampai sekarang kubu pertahanan tersebut masih dikenal dengan Benteng " Fort De Kock ". Kota ini telah digunakan juga oleh Belanda sebagai tempat peristirahatan opsir-opsir yang berada di wilayah jajahannya di timur ini.

Oleh pemerintah Jepang, Bukittinggi dijadikan sebagai pusat pengendalian Pemerintah militernya untuk kawasan Sumatera, bahkan sampai ke Singapura dan Thailand karena disini berkedudukan komandan Militer ke 25. Pada masa ini Bukittinggi berganti nama dari Taddsgemente Fort de Kock menjadi Bukittinggi Si Yaku Sho yang daerahnya diperluas dengan memasukkan nagari-nagari Sianok, Gadut, Kapau, Ampang Gadang, Batu taba dan Bukit Batabuah yang sekarang kesemuanya itu kini berada dalam daerah Kabupaten Agam, di kota ini pulalah Pemerintah bala tentara Jepang mendirikan pemancar radio terbesar untuk pulau Sumatera dalam rangka mengobarkan semangat rakyat untuk menunjang kepentingan perang Asia Timur Raya versi Jepang.

Pada zaman perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, Bukitinggi berperan sebagai kota perjuangan. Dari bulan Desember 1948 sampai dengan bulan Juni 1949 ditunjuk sebagai ibu kota Pemerintahan Darurat Republik Indonesia ( PDRI ), setelah Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. Selanjutnya Bukittinggi pernah menjadi Ibukota Propinsi Sumatera dengan  Gubernurnya Mr. Tengku Muhammad Hasan. Kemudian dalam peraturan Pemerintah Pengganti undang-undang No. 4 tahun 1959 Bukittinggi ditetapkan sebagai Ibu Kota Sumatera Tengah yang meliputi keresidenan-keresidenan Sumatera Barat, Jambi dan Riau yang sekarang masing-masing Keresidenan itu telah menjadi Propinsi-propinsi sendiri.

Setelah keresidenan Sumatera Barat dikembangkan menjadi Propinsi Sumatera Barat, maka Bukittinggi ditunjuk sebagai ibu kota Propinsinya. Semenjak tahun 1958 secara defacto Ibukota Propinsi telah pindah ke Padang, namun pada tahun 1978 secara de jure barulah Bukittinggi tidak lagi menjadi Ibukota Propinsi Sumatera Barat dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1979 yang memindahkan ibukota Propinsi Sumatera Barat ke Padang. Sekarang ini Bukittinggi berstatus sebagai kota madya daerah tingkat II sesuai dengan Undang-undang No. 5 tahun 1974 tentang Pokok Pemerintah di Daerah yang telah disempurnakan dengan Undang-undang No. 22 tahun 1999 menjadi Kota Bukittinggi.

Penentuan hari jadi suatu kota Bukittinggi, Pemerintah Kota Bukittinggi mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat baik yang berada di daerah maupun di perantauan, dan terakhir meminta pendapat DPRD memberikan alternative tanggal yang dapat ditetapkan sebagai hari jadi Kota Bukittinggi, setelah meminta pula pendapat beberapa Tokoh masayarakat baik yang berada di Kerapatan Adat Nagari (KAN) maupun Kerapatan Adat Kurai (KAK) dengan disertai harapan, hendaknya Pemerintah Daerah untuk penetapan tanggalnya yang pasti menunjuk suatu Badan atau Lembaga yang professional di bidangnya untuk menseminarkannya. 

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan  di atas, Pemerintah Kota Bukittinggi, bekerjasama  dengan Universitas Andalas dan beberapa pakar sejarah baik di daerah maupun di tingkat nasional telah menseminarkannya. Hasil seminar tersebut mendapat persetujuan DPRD Kota Bukittinggi dengan Surat Keputusan No.10/SK-II/DPRD/1988 tanggal 15 Desember 1988, akhirnya Pemerinath Daerah dengan Surat Keputusan walikota Kepala Daerah Kota Bukittinggi No. 188.45-177-1988 tanggal 17 Desember 1988 menetapkan Hari Jadi Kota Bukittinggi tanggal 22 Desember 1784.

ARTI LOGO KOTA BUKIT TINGGI

Berikut adalah makna/arti dari logo Kota Bukit Tinggi (Bukit Tinggi City) :
  1. Bentuk perisai segi lima, melambangkan bahwa kota Bukittinggi adalah merupakan salah satu daerah-daerah Kota otonom dalam lingkungan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang 1945 dan juga berarti pengabdian terhadap Bukittinggi sebagai nama asli yang bergengsi dan berkepribadi dan yang ditegakkan di atas pandam perkuburan “Stads Gemeente fort de Kock”.
  2. Bintang segi lima berwarna kuning melambangkan Pancasila sebagai dasar falsafah Negara Republik Indonesia. Dalam Negara Repulik Indonesia yang berdasarkan Pancasila ini telah tercakup Propinsi Sumatera Barat dan Kota Bukittinggi.  
  3. Jumlah garis-garis gambar pada lukisan lambang, melambangkan hari bersejarah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 – 8 1945.  Jumlah dalamak penutup carano berjumlah 17 (tujuh belas), Garis-garis terjal ngarai berjumlah 8 (delapan) dan Lantai dan lenggel mesjid berjumlah 4 dan gonjong rumah adat dengan gobah mesjid berjumlah 5.
  4. Bukit dan ngarai melambangkan keadaan geografis wilayah Kota Bukittinggi. Bukit yang 27 (dua puluh tujuh) buah banyaknya diproyeksikan dengan lukisan 2 bukit pada bagian belakang dan 7 buah bukit dihadapannya yang melambangkan bahwa kota Bukittinggi berada dalam kawasa bukit yang berjumlah 27 buah. Ngarai dilukiskan dengan garis putih miring beriak. Warna garis putih dengan warna hijau dibelakangnya mengartikan bahwa ngarai tersebut  adalah bersifat alamiah (asli) dan bukan ciptaan manusia dan melambangkan bahwa kota Bukittinggi mempunyai geografis yang permai, sedangkan warna hijau melambangkan kesuburan tanah wilayah kota Bukittinggi.  
  5. Gonjong Rumah Adat dan gobah Mesjid berlenggek tiga serta lukisan carano dengan sirih lengkap bertutup dalamak berwarna merah melambangkan kebudayaan dan falsafah hidup penduduknya. Kalau istilah sekarang dikenal dengan sebutan “mental/spiritual”, maka Bukittinggi dilambangkan dengan “Gonjong Rumah Gadang Maharam”  sebagai lambang kebudayaan asli, sedangkan nama gonjong itu sendiri adalah “tanduak kabau jalang”.
  6. Gonjong yang hitam warnanya didampingi gobah berlenggek tiga berwarna putih yang merupakan lambang agama, mengandung pengertian bahwa adat yang kawi syarak yang lazim adalah “Sanda manyanda” keduanya. Sedangkan maksud melukiskan gonjong dibelakang dan gobah dimuka menunjukkan bahwa Adat lebih tua usianya di Kuai dan pada Agama.
  7. Lenggek yang tiga pada gobah melambangkan “Urang Nan Tigo Jinih”, rahasia yang tersembunyi di dalam lenggek adalah “Syarak mendaki-Adat menurun”.
  8. Lukisan carano dengan sirih lengkap bertutupkan dalamak berwarna merah sengaja digambarkan pada bagian muka, melambangkan Kapalo Baso (Istana bahasa pembuka tutur), Pananti halek tibo (Sosial, Solider), Sirieh langkok (5 jenis) melambangkan imbangan hidup, selaras dan seresam rancak diawak katuju diurang dan Lamak sirieh dilega carano dengan hikmah “kato basamo dipaiyokan bulek kato kamupakaik”.
  9.  Motto “Saayun Salangkah” adalah esensi dari kata-kat adapt menggambarkan persatuan dan kesatuan.
 
Arti Warna:
  • Warna Kuning, adalah lambang keagungan dan keluhuran
  • Warna Hitam, adalah lambang ketahanan.
  • Warna Putih, adalah lambang kesucian (putih tahan susah)
  • Warna Merah, adalah lambang keberanian
  • Warna Hijau, adalah lambang kesuburan

DOWNLOAD LOGO KOTA BUKIT TINGGI

Untuk mendownload logo Kota Bukit Tinggi (Bukit Tinggi City) dengan format JPG/JPEG (Joint Photographic Experts Group), PNG (Portable Network Graphics) tanpa background atau CDR (CorelDraw) untuk yang bisa diedit, langsung saja klik link dibawah ini:
 
download-logo-kota-bukittinggi-provinsi-sumatera-barat-vector-coreldraw-logoawal

LINK DOWNLOAD

>>  LOGO KOTA BUKIT TINGGI  <<
Format JPG   |   Format PNG   |   Format CorelDraw

0 Response to "DOWNLOAD LOGO KOTA BUKIT TINGGI (BUKIT TINGGI CITY)"

Posting Komentar