Seperti dikutip dari tribunnews.com, Consina merupakan salah satu brand yang menyediakan perlengkapan outdoor. Brand ini mulai dikenal luas dan memiliki penggemar setia karena design produk yang baik, nyaman, serta beragamnya jenis produk yang ditawarkan. Brand yang mulai beroperasi pada 1994 ini memiliki beberapa produk andalan seperti tas gunung, webbing, jaket gunung, sepatu gunung dan lainnya. Berbekar sebuah mesin jahit bermerk “Butterfly” kini Consina menjadi salah satu brand produk outdoor lokal yang paling digemari tidak hanya di Indonesia tapi juga di luar negeri. Saat ini Consina sudah memiliki lebih dari 80 toko yang tersebar di Indonesia.
Sang pemilik dan sekaligus produsen, Disyon Toba merupakan lelaki yang hobi mendaki. Ia akhirnya mendirikan Consina pada tahun 1994 dengan produk pertama tas gunung. Disyon memanfaatkan para penjahit lokal untuk membuat tasnya. Pada tahun 1998, ketika pesanan semakin banyak, Disyon meminta si penjahit untuk membuat tas secara reguler. Modalnya yaitu uang Rp 500 ribudari keuntungan penjualan. Dalam sebulan Disyon mampu memproduksi 100 tas. Bahan mentah seharga Rp 8.000 perkilo ia sulap menjadi tas dan menjualnya kembali seharga Rp 50.000 per item. Pada tahun 2001, Disyon resmi mendirikan badan hukum berupa PT. Consina Segara Alam.
Sebagaimana dikutip dari fajar.co.id, ide brand Consina muncul dari hobi mendaki Disyon Toba, pada suatu pendakian Disyon tak sengaja melihat tas yang ia yakini merupakan brand luar negeri. Berbekal rasa ingin tahu, Disyon pun menelisik lebih jauh. Ternyata tas-tas yang diyakini Disyon buatan luar negeri dijahit dan diproduksi di Indonesia. Dirinya pun lalu belajar membuat tas yang sama, namun hal itu tidaklah mudah. Saat itu ia mengaku tak punya cukup modal untuk memulai usahanya. Akhirnya ia mengumpulkan bahan baku dari limbah pabrik sebagai bahan awal. Modalnya pun hanya Rp 300 ribuan saja. ”Modalnya Rp 300 ribu. Sejak tahun 98 iseng ada bahan baku lalu cari penjahitnya pertama-pertama pokonya dari nol startnya,” Tutur Disyon.
Dikutip dari merdeka.com, ada secuil cerita yang hingga kini menjadi kenangan berharga bagi Disyon Toba, sang pemilik brand Consina. Pada suatu hari punggung Disyon tertembak, tubuhnya terjatuh dan sejenak tak bergerak. Perlahan dirinya tersadar, dalam keadaan masih terbaring, hanya satu terpikir yaitu tas berisi uang yang tak boleh hilang. Demonstrasi menumbangkan rezim Orde Baru tahun 1998 banyak meninggalkan cerita kelam. Disyon bersyukur tembakan yang mengenai punggungnya bukan merupakan peluru tajam. Peristiwa itu terjadi ketika dia ikut dalam demo bersama kelompok mahasiswa Trisakti Jakarta. Dalam keadaan terluka, Disyon berusaha menyelamatkan diri sambil memegang tasnya erat-erat, lalu berlari mencari tempat persembunyia. Tas itu tak mau dilepas, isinya uang sejumlah Rp 50 juta yang baru saja ia pinjam dari kakaknya untuk modal usaha.
Perjuangan berdarah-darah itu tidak sia-sia, Disyon benar-benar memegang amanahnya. Dia kini telah menjadi salah seorang pengusaha muda, yang usahanya kini telahtumbuh besar, bahkan sudah terkenal seantero Indonesia. Disyon bercerita bahwa Consina di mulai sejak ia dulu masih suka mendaki gunung. Disyon sejak SMA kelas 2 sebenarnya sudah suka mendaki, yaitu di sekitar tahun 1991. Dari SMA yang sudah suka mendaki gunung, hobi ini diteruskan Disyon hingga ia masuk kuliah, pada semester 3 dan 4 Disyon mulai ikut begabung dengan kelompok mahasiswa pecinta alam Triksakti. Selama ikut dalam kelompok pecinta alam tersebut, Disyon sangat aktif dalam kegiatan pendakian, bahkan ia pernah dikirim ke kampus-kampus diluar kampus trisakti untuk bergabung ke kegiatan pendakian oleh organisasi pecinta alam disana.
Dari pengalamannya itulah Disyon tersadar bahwa ia membutuhkan banyak peralatan outdoor termasuk tas dan segala macamnya. Pada waktu itu, ia baru mengenal dua merek yang memproduksi peralatan outdoor yang berasal dari luar negeri. Setelah diteliti Disyon, ia mendapati bahwa berbagai peralatan yang diproduksi kedua merek luar negeri tersebut ternyata produksinya dilakukan di dalam negeri, yaitu di Indonesia dan oleh tangan-tangan penduduk Indonesia. Kedua merek luar negeri yang dipasarkan pada tahun 1994 itu diketahui berasal dari Amerika dan Eropa, namun ternyata pembuatannya dilakukan di Indonesia dan oleh tangan-tangan pekerja asal Indonesia. Berangkat dari pengetahuannya itu, Disyon kemudian memberanikan diri terjun menjadi produsen peralatan pendakian yang ia beri nama "Consina".
Setelah dua puluh tahun mengarungi bisnis peralatan outdoor, kini usahanya yang bermodal Rp 300 ribu bisa meraup omset hingga Rp 50 miliar per tahun. Saat ini Consina sudah memiliki lebih dari 50 outlet di seluruh Indonesia. Dimana produknya tidak hanya digemari di Indonesia tetapi juga di luar negeri. Dia pun berpesan kepada para brand lokal yang baru memulai bisnis di industri ini, untuk memiliki konsep serta bahan yang bagus. ”Karena customer sekarang sudah lebih paham dan mengerti mana produk yang bagus. Sehingga sekarang mereka mau yang bagus tapi juga murah,” ujarnya. Namun begitu, ia meyakini bahwa peluang brand lokal di dunia pariwisata alam ini sangatlah besar. Hanya saja tinggal bagaimana bisa melihat peluang dan menangkapnya supaya orang-orang menjadi gemar bergiat di alam bebas dengan juga memahami etikanya.
DOWNLOAD LOGO CONSINA
Untuk mendownload logo Consina dengan format JPG/JPEG (Joint Photographic Experts Group), PNG (Portable Network Graphics) tanpa background atau CDR (CorelDraw) untuk yang bisa diedit, langsung saja klik link dibawah ini:
LINK DOWNLOAD
0 Response to "CONSINA, THE OUTDOOR LIFESTYLE"
Posting Komentar