TENTANG KABUPATEN NGANJUK (NGANJUK REGENCY)
Kabupaten Nganjuk (Nganjuk Regency) adalah sebuah kabupaten yang ada di wilayah provinsi Jawa Timur. Secara geografis kabupaten Nganjuk terletak pada kootdinat GPS di 7.6°S 111.9333°E, atau terletak pada 111°5' sampai dengan 112°13' Bujur Timur dan 7°20' sampai dengan 7°59' Lintang Selatan. Berdasarkan letaknya, posisi kabupaten Nganjuk pada sebelah utaranya berbatasan langsung dengan Kabupaten Bojonegoro, sedangkan pada sisi sebelah timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Jombang, lalu pada sisi sebelah selatan kabupaten ini berbatasan langsung dengan kabupaten Kediri dan kabupaten Ponorogo, sedangkan pada sisi sebelah baratnya berbatasan dengan Kabupaten Madiun.
Asal penamaan Kabupaten Nganjuk berasal dari kata "Anjuk Ladang" yang merupakan bahasa jawa kuno dan mengandung arti "Tanah Kemenangan". Penamaan ini sudah ada sejak jaman Kerajaan Medang, diperkirakan wilayah Nganjuk ini sudah dibangun sejak tahun 859 Saka (Penanggalan jawa kuno) atau 937 Masehi. Angka tahun ini tertulis pada sebuah Prasasti yang juga dikenal dengan nama Prasasti Anjuk Ladang atau Prasanti Candi Lor, berdasarkan keterangan pada prasasti tersebut, Prasasti ini dikeluarkan oleh Raja Sri Isyana atau dikenal dengan Mpu Sindok, ia merupakan Raja pertama Kerajaan Medang bergelar bergelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikramadharmottunggadewa (929 - 947). Mpu Sindok sendiri dianggap sebagai pendiri dinasti baru bernama Wangsa Isana.
Mpu Sindok inilah yang memindahkan kerajaan Medang yang pada awal berdirinya berada di daerah Mataran (dekat Yogyakarta) Jawa Tengah menuju wilayah Jawa Timur. Berdasarkan bukti tertulis yang ada pada Prasasti peninggalan kerajaan ini, Kerajaan Medang di Jawa Timur merupakan kelanjutan dari Kerajaan Medang yang ada di Jawa Tengah, hal ini ditemukan dalam kalimat "Kita prasiddha mangraksa kadatwan rahyangta i Bhumi Mataram i Watugaluh". Pemindahan kerajaan ini berdasarkan teori yang dicetuskan para peneliti sejarah diduga diakibatkan hancur karena letusan Gunung Merapi. Pada Prasasti Turyan berangka tahun 929, tertulis bahwa Mpu Sindok memimpin penduduk Medang yang selamat pindah ke timur (Jawa Timur). Ia kemudian membangun ibu kota baru di daerah Tamwlang, Kemudian istana dipindahkan ke Watugaluh (tertulis di prasasti Anjukladang berangka tahun 937). Daerah dengan nama Tamwlang dan Watugaluh diperkirakan berada di sekitar Jombang.
Pada sebuah buku karya Peter Carey berjudul "Orang Jawa dan masyarakat Cina (1755-1825)", didalamnya termuat peta Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada peta tersebut ditemukan gambaran terkait wilayah Nganjuk yang terbagi menjadi 4 daerah, yaitu Godean, Berbek, Nganjuk dan Kertosono. Pada Masa penjajahan Belanda terjadi pembagian wilayah kekuasaan antara pemerintah Belanda dengan penguasa kerajaan setempat, dinama Berbek, Godean dan Kertosono dikuasai oleh Belanda dan Kasultanan Yogyakarta, sementara Nganjuk dikuasai oleh Kasunanan Surakarta. Lalu pada tanggal 4 Juli 1830 digelar peranjian SERPEH, dimana disepakati bahwa semua kabupaten di Nganjuk (Berbek, Kertosono dan Nganjuk ) tunduk di bawah kekuasaan dan pengawasan Pemerintah Belanda.
Dalam Statsblad van Nederlansch Indie No.107, dikeluarkan tanggal 4 Juni 1885, memuat SK Gubernur Jendral dari Nederlandsch Indie tanggal 30 Mei 1885 No 4/C tentang batas-batas Ibu kota menyebutkan: "III tot hoafdplaats Ngandjoek, afdeling Berbek, de navalgende Wijken en kampongs: de Chineeshe Wijk de kampong Mangoendikaran de kampong Pajaman de kampong Kaoeman". Artinya ditetapkan bahwa Kabupaten Nganjuk meliputi Berbek, Mangoendikaran, Pajaman dan Kaoeman. Berdasarkan sejarah diatas maka ditetapkan bahwa Hari Jadi Kabupaten Nganjuk mengacu pada informasi yang ada di Prasasti Anjukladang tertanggal 9 April 937.
Kabupaten Nganjuk terdiri dari 20 kecamatan, 20 kelurahan, dan 264 desa. Berdasarkan data statistik pada tahun 2017, mencatat jumlah penduduk Kabupaten Nganjuk mencapai 1.096.944 jiwa. Luas wilayah Kabupaten Nganjuk adalah 1.224,25 km², sehingga angka sebaran penduduknya sebesar 896 jiwa/km², diperkirakan 36% penduduk tinggal di perkotaan dan sisanya 64% tinggal di pedesaan. Kabupaten Nganjuk juga dikenal dengan julukan Kota Angin, karena daerahnya yang selalu berangin sebagai akibat dari pergerakan angin muson yang melintasi wilayah ini. Kawasan Nganjuk oleh pemerintah, difokuskan untuk menjadi sentra pertanian Bawang Merah, dan kini Kabupaten Nganjuk telah menjadi sentra penghasil Bawang Merah terbesar di Jawa Timur.
Destinasi wisata yang ada di Kabupaten Nganjuk cukup beragan diantaranya ada yang cukup populer yaitu Grojogan Sumbermiri, Embung Estumulyo dan Air Terjun Sedudo, dimana kawasan ini menyajikan pemandangan alam yang indah dan asri. Selain itu ada juga Air terjun Singokromo, Air Merambat Roro kuning, Taman Wisata Anjuk Ladang, Goa Margo Tresno, Candi Ngetos, Candi Lor dan The Legend Waterpark Kertosono. Selain itu ada juga peninggalan sejarah berupa Pabrik Gula Nganjuk, dan juga monumen Dr. Sutomo yang merupakan Pahlawan perintis kemerdekaan Indonesia dan pendiri Budi Utomo, dimana ia merupakan putra kelahiran Nganjuk. Makanan Khas dari Kabupaten Nganjuk yaitu Nasi becek, Dumbleg, Onde-onde Njeblos, Nasi Pecel, Nasi Sambal Tumpang, dan Krupuk Upil.
Website : www.nganjukkab.go.id
TENTANG LOGO NGANJUK (NGANJUK REGENCY)
Berikut ini adalah makna/arti dari Logo Kabupaten Nganjuk:
Perisai
Perisai bersudut lima berdasar biru dan bertepi putih melambangkan jiwa kerakyatan, kesetiaan dan kesucian masyarakat Nganjukyang selalu siaga dalam menghadapi segala tantangan.
Bintang
Bintang bersudut lima berwarna emas melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa, cita-cita luhur dan suci sebagai pedoman perjuangan untuk mewujudkan cita-cita masyarakat adil dan makmur.
Sayap
Sayap dengan 20 helai bulu berwarna emas melambangkan wilayah daerah terdiri dari 20 kecamatan.
Pita Bertuliskan BASWARA YUDHIA KARANA
BASWARA YUDHIA KARANA mengandung arti cemerlang karena perjuangan.
Rantai
Rantai berbentuk lingkaran melambangkan kebulatan tekad rakyat Nganjuk, yang dilandasi semangat perjuangan dan persatuan.
Gunung dan Sawah
Gunung, malambangkan sumber kekayaan alam air terjun sedudo adalah air suci pemberian Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan rahmat untuk dinikmati oleh umat-Nya. Tiga puncak gunung berwarna hitam memiliki arti filosofis Tri Dharma Amerta dan secara historis menunjukkan Jaman Kejayaan Nasional, Jaman Penjajahan dan Jaman Kemerdekaan.
Sawah mengandung makna kemakmuran, dan sungai juga bermakna kemakmuran dan kesuburan. Gunung berpuncak tiga, sawah dan sungai digambarkan dalam rantai yang berbentuk lingkaran, itu mempunyai makna : Dengan tekad yang bulat dan kekayaan alam yang melimpah memberikan keyakinan kepada masyarakat Nganjuk untuk berjuang mewujudkan tercapainya masyarakat adil dan makmur.
Padi dan Kapas
Padi dan kapas melambangkan pangan dan sandang yang menjadi kebutuhan pokok rakyat sehari-hari. Jumlah padi 17 butir, kapas 8 buah, daun padi 4 helai, daun kapas 5 helai mencerminkan semangat dan jiwa proklamasi 17-8-45.
Pohon Beringin
Pohon beringin berdaun lima kelompok dalam segi lima beraturan bermakna : pengayoman, perlindungan dan perdamaian, serta juga menggambarkan adanya lima wilayah kerja pembantu bupati.
Pita dengan Tulisan Jawa
Pita bertuliska angka Jawa yang mengikat dua pangkal sayap mewujudkan angka 937 M, yang merupakan ditetapkannya tahun hari jadi Nganjuk.
Secara keseluruhan, lambang daerah ini mengandung makna: Dengan semangat dan jiwa proklamasi 17-8-45 rakyat Nganjuk yang telah tumbuh dan berkembang sejak tahun 937 M, bersama Pemerintah Daerah yang berwibawa bertekad bulat untuk berjuang terus dengan segala potensi daerahnya, sehingga tercapai cita-cita luhur, masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
LINK DOWNLOAD
0 Response to "TENTANG KABUPATEN NGANJUK (NGANJUK REGENCY)"
Posting Komentar