TENTANG KABUPATEN BANGKALAN (BANGKALAN REGENCY)
Kabupaten Bangkalan (Bangkalan Regency) adalah sebuah kabupaten yang ada di wilayah provinsi Jawa Timur, tepatnya berada di Pulau Madura. Secara geografis kabupaten Bangkalan terletak pada kootdinat 7°S 113°E atau terletak diantara 112° 40' 06" sampai 113° 08' 04" Bujur Timur dan 6° 51' 39" sampai 7° 11' 39" Lintang Selatan. Berdasarkan letaknya, posisi kabupaten Bangkalan pada sebelah utaranya berbatasan langsung dengan Laut Jawa, sedangkan pada sisi sebelah timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Sampang, lalu pada sisi sebelah selatan kabupaten ini berbatasan langsung dengan Selat Madura, sedangkan pada sisi sebelah baratnya berbatasan dengan Laut Jawa. Di Kabupaten Bangkalan, masing-masing wilayah kecamatan menunjukkan ketinggian yang beragam. Beberapa wilayah yang terletak di pesisir pantai dengan ketinggian antara 2-10 mdpl. Adapun posisi wilayah tertinggi adalah kecamatan Geger dengan ketinggian muka daratan mencapai 100 mdpl.
Kabupaten Bangkalan (Bangkalan Regency) adalah sebuah kabupaten yang ada di wilayah provinsi Jawa Timur, tepatnya berada di Pulau Madura. Secara geografis kabupaten Bangkalan terletak pada kootdinat 7°S 113°E atau terletak diantara 112° 40' 06" sampai 113° 08' 04" Bujur Timur dan 6° 51' 39" sampai 7° 11' 39" Lintang Selatan. Berdasarkan letaknya, posisi kabupaten Bangkalan pada sebelah utaranya berbatasan langsung dengan Laut Jawa, sedangkan pada sisi sebelah timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Sampang, lalu pada sisi sebelah selatan kabupaten ini berbatasan langsung dengan Selat Madura, sedangkan pada sisi sebelah baratnya berbatasan dengan Laut Jawa. Di Kabupaten Bangkalan, masing-masing wilayah kecamatan menunjukkan ketinggian yang beragam. Beberapa wilayah yang terletak di pesisir pantai dengan ketinggian antara 2-10 mdpl. Adapun posisi wilayah tertinggi adalah kecamatan Geger dengan ketinggian muka daratan mencapai 100 mdpl.
Pada masa awal Kabupaten Bangkalan masih disebut dengan Madura Barat, hal ini karena posisinya berada di ujung barat Pulau Madura. Hingga masa pemerintahan Panembahan Lemah Duwur, Madura Barat masih dominan beragama Hindu dan Budha. Menurut legenda yang ada, Madura Barat bermula dari munculnya seorang raja dari Gili Mandangin (sebuah pulau kecil di selat Madura) atau lebih tepatnya di daerah Sampang. Nama raja tersebut adalah Lembu Peteng, yang masih merupakan putra Majapahit hasil perkawinan dengan putri Islam asal Campa. Lembu Peteng juga seorang santri Sunan Ampel dan dikenal sebagai penguasa Islam pertama di Madura Barat. Sebelum Islam masuk, Madura sempat dipimpin oleh raja non Muslim, dia adalah seorang bangsawan mantu Gusti Pate dari Majapahit. Sejarah ini dirunut melalui situs peninggalan masa lalu, salah satunya adalah Pelabuhan yang ada di Madura Barat, dimana bangunannya memiliki arsitektur Hindu dan berbentuk seperti pelabuhan Cina.
Dari peninggalan sejarah tersebut, dikenal Sosok Pratanu (Putra Pragalba) atau lebih dikenal dengan Panembahan Lemah Duwur adalah putera Raja Pragalba. Dia dikenal sebagai pendiri kerajaan kecil, yang berpusat di Arosbaya. Masyarakat Bangakalan menokohkan Pratanu sebagai penyebar agama Islam yang pertama di Madura. Kuat dugaan Pratanu inilah pendiri masjid pertama di Madura dan orang yang mengawali hubungan dengan daerah lain, yaitu Pajang dan Jawa. Sejarah Bangkalan tidak bisa dilepaskan dengan munculnya kekuasaan di daerah Plakaran, yang selanjutnya disebut dengan Kerajaan Plakaran. Kerajaan ini diperkirakan muncul sebelum seperempat pertama abad 16, yakni sebelum penguasa Madura barat memeluk Islam. Plakaran diawali dengan kedatangan Kiyai Demung dari Sampang. Dia adalah anak dari Aria Pujuk dan Nyai Ageng Buda. Setelah menetap di Plakaran, Kiyai Demung dikenal dengan nama Demung Plakaran. Dia mendirikan kraton di sebelah barat Plakaran atau sebelah timur Arosbaya, yang dinamakan Kota Anyar.
Sepeninggal Demung Plakaran, kekuasaan dipegang oleh Kiai Pragalba, anaknya yang nomor lima. Pragalba mengangkat dirinya sebagai Pangeran Plakaran dari Arosbaya, lalu kemudian meluaskan daerah kekuasaannya hingga hampir seluruh Madura. Pratanu adalah anak dari istri ketiganya. Semasa kekuasaan Pragalba inilah agama Islam mulai disebarkan di Madura barat, yang dilakukan oleh para ulama dari Giri dan Gresik. Pratanu / Panembahan Lemah Dhuwur wafat di Arosbaya pada tahun 1592 M. Selanjutnya kekuasaan Arosbaya dipegang oleh putranya yang bernama Pangeran Tengah. Pada masa pemerintahan Pangeran Tengah terjadi peristiwa terkenal yang disebut dengan 6 Desember 1596 berdarah, karena saat itu telah gugur dua orang utusan dari Arosbaya yang dibunuh oleh Belanda yaitu Patih Arosbaya Kiai Ronggo dan Penghulu Arosbaya Pangeran Musarip. Sejak peristiwa itulah Arosbaya menyatakan perang dengan Belanda.
Pangeran Tengah meninggal tahun 1620. Pengganti Pangeran Tengah adalah adiknya yang bernama Pangeran Mas, yang berkuasa tahun 1621-1624. Pada masa pemerintahan Pangeran Mas terjadi peristiwa penyerbuan Sultan Agung ke Arosbaya pada tahun 1624, yang dipimpin oleh Rangga Gempol I (Pangeran Sumedang). Itulah yang menyebabkan jatuhnya kerajaan Arosbaya, sedang Pangeran Mas sendiri memilih melarikan diri ke Demak. Peperangan antara Mataram dan Arosbaya yang berlangsung pada hari Minggu 15 September 1624 tersebut, memang patut dikenang sebagai perjuangan rakyat Madura. Selanjutnya Madura dipimpin oleh Cakraningrat I Anak Angkat Sultan Agung Prasena, putera Pangeran Tengah dari Arosbaya. Cakraningrat I menikah dengan Ratu Ibu, yang masih keturunan Sunan Giri. Dari perkawinannya kali ini dia menmpunyai tiga orang anak, yaitu RA Atmojonegoro, R Undagan dan Ratu Mertoparti.
Sepeninggal Sultan Agung tahun 1645 yang kemudian diganti oleh Amangkurat I, Cakraningrat harus menghadapai pemberontakan Pangeran Alit, dan mengakibatkan dirinya harus tewas. Cakraningrat I diganti oleh Undagan yang kemudian diberi gelar Cakraningrat II. Pada masa pemerintahannya, terjadi pemberontakan putra Demang Melaya yang bernama Trunojoyo terhadap Mataram. Pemberontakan Trunojoyo diawali dengan penculikan Cakraningrat II dan kemudian mengasingkannya ke Lodaya Kediri. Pemberontakan Trunojoyuo ini mendapat dukungan dari rakyat Madura. Tahun 1674 Trunojoyo berhasil merebut kekuasaan di Madura, dia memproklamirkan diri sebagai Raja Merdeka Madura barat, dan merasa dirinya sejajar dengan penguasa Mataram serta memakai gelar Panembahan Maduretna. Trunojoyo kemudian mendapat tekanan dari Mataram yang mendapat bantuan dari VOC. Benteng Trunojoyo sedikit demi sedikit dapat dikuasai oleh VOC dan akhirnya Trunojoyo menyerah di lereng Gunung Kelud pada tanggal 27 Desember 1679.
Dengan padamnya pemberonrtakan Trunojoyo. VOC kembali mengangkat Cakraningrat II sebagai penguasa di Madura, karena VOC merasa Cakraningrat telah berjasa membantu pangeran Puger saat melawan Amangkurat III, sehingga Pangeran Puger berhasil naik tahta bergelar Paku Buwono I. Kekuasaan Cakraningrat di Madura hanya terbatas pada Bangkalan, Blega dan Sampang. Pemerintahan Madura yang mulanya ada di Sampang, oleh Cakraningrat II dipindahkan ke Tonjung Bangkalan. Dan terkenal dengan nama Panembahan Sidhing Kamal, yaitu ketika dia meninggal di Kamal tahun 1707, saat dia pulang dari Mataram ke Madura. Raden Tumenggung Sosrodiningrat menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Bupati Madura barat dengan gelar Cakraningrat III. Cakraningrat III digantikan oleh Timenggung Surahadiningrat dengan gelar Cakraningrat IV. Cakraningrat IV Kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke Sambilangan.
Cakraningrat IV bekerjasama dengan VOC memerangi koalisi Mataram dan Cina ini, namun setelah itu hubungan erat antar Madura denga VOC tidak langgeng. Cakraningrat menyatakan perang dengan VOC karena VOC telah berkali-kali melanggar janji yang disepakati. Cakraningrat berhasil mengalahkan VOC dan menduduki Sedayu, Lamongan, Jipang dan Tuban. Cakraningrat juga berhasil mengajak Bupati Surabaya, Pamekasan dan Sumenep untuk bersekutu melawan VOC. Tapi Cakraningrat tampaknya harus menerima kekalahan, setelah VOC mengerahkan pasukan dalam jumlah besar. Cakraningrat dan dua orang putrinya berhasil melarikan diri ke Banjarmasin, namun oleh Raja Bajarmasin dia ditangkap dan diserahkan pada VOC. Cakraningrat diasingkan ke Kaap De Goede Hoop (Tanjung Penghargaan). dan meninggal di tempat pembuangannya, sehingga dia juga dikenal dengan nama Panembahan Sidengkap.
Kabupaten Bangkalan sendiri wilayahnya terdiri dari 18 kecamatan, 8 kelurahan, dan 273 desa. Berdasarkan data statistik pada tahun 2017, jumlah penduduk Kabupaten Bangkalan mencapai 1.065.620 jiwa. Luas wilayah Kabupaten Bangkalan yaitu 1.001,44 km², sehingga tingkat sebaran penduduknya mencapai 1.064 jiwa/km². Pelabuhan Kamal merupakan pintu gerbang Madura dari Jawa, di mana terdapat layanan kapal feri yang menghubungkan Madura dengan Surabaya (Pelabuhan Ujung). Saat ini telah beroperasi Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) yang merupakan jembatan terpanjang di Indonesia. Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu wilayah yang masuk dalam kawasan metropolitan Surabaya, yaitu Gerbangkertosusila. Sejak diresmikannya Jembatan Suramadu, Kabupaten Bangkalan menjadi gerbang utama Pulau Madura serta menjadi salah satu destinasi wisata pilihan di Jawa Timur.
Destinasi wisata yang ada di Kabupaten Bangkalan cukup beragam, diantaranya ada Sumber Mata Air/Pemandian Bening Kec. Modung Bukit Geger, Pantai Siring Kemuning di desa Macajah, Pantai Rongkang, Pantai Basmalah dan Pantai Maneron. Selain itu di sini juga ada wisata sejarah, mulai dari Makam raja-raja Bangkalan di Aermata Arosbaya, Benteng ERFPRINS, Mercusuar Sembilangan, Benteng Tjakraningrat IV Tanjoeng Piring, Patirtan Tjakraningrat IV Tanjoeng Piring dan juga Museum Cakraningrat. Di Kabupaten Bangkalan kita juga bisa berkunjung ke wisata kuliner, diantaranya Taman Rekreasi Kota (TRK) Bangkalan Taman Paseban Bangkalan, Bebek Sinjay, Bebek Cetar Membahana dan Ole-Olang Resto
Website : www.bangkalankab.go.id
TENTANG LOGO BANGKALAN (BANGKALAN REGENCY)
Berikut ini adalah arti/makna dari Logo Kabupaten Bangkalan:
- PERISAI, Bentuk bunga teratai bersudut lima sebagai lambang kesetiaan penuh kepada Pancasila dan sifat kesatriaan, keagungan. Persaudaraan dan religious dari masyarakat Kabupaten Bangkalan.
- BINTANG KUNING EMAS, Sebagai lambang segala langkah perjuangan masyarakat selalu dipedomani kepercayaan yang mendalam kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
- SENJATA PENGGALAN DAN SENJATA CAKRA, Sebagai lambang jiwa kepahlawanan dalam menentang penjajah dahulu selalu diwarisi oleh generasi-generasi selanjutnya dalam mempertahankan tegaknya Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45
- LAUTAN, Sebagai tanda bahwa kabupaten Bangkalan sebagai bagian dari Pulau Madura yang dibatasi oleh lautan dan dari tiga arah, sebagai lambang dari kearifan dan kebijaksanaan yang dalam, serta kelapangan dada dalam menyelesaikan tugas dan kewajiban
- PANAH, ANAK PANAH DAN BUSURNYA, Sebagai lambang kemauan yang keras dalam perjuangan menuju masyarakat adil dan makmur sesuai dengan tujuan Proklamasi 17 Agustus 1945
- API KONANG, Sebagai lambang semangat yang tidak kunjung padam dari rakyat Kabupaten Bangkalan, dikenal sebagai daerah yang aktif membentuk suksesnya pembinaan persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain di dunia dengan melalui forum olah raga (GANEFO)
- UNTAIAN BUNGA KAPAS, Untaian bunga kapas sebanyak 17 (Tujuh Belas) butir melambangkan kemakmuran di bidang sandang dan untaian padi, sebanyak 45 (Empat Puluh Lima) butir melambangkan kemakmuran dibidang pangan.
- SESANTI CIPTA INDRA CAKTI DHARMA, Yang berarti bahwa segala karya dari manusia hanya dapat terwujud dengan baik apabila mendapat ridho dari Tuhan yang Maha Esa
Untuk mendownload logo KABUPATEN BANGKALAN (BANGKALAN REGENCY) dengan format JPG/JPEG (Joint Photographic Experts Group), PNG (Portable Network Graphics) tanpa background atau CDR (CorelDraw) untuk yang bisa diedit, langsung saja klik link dibawah ini:
LINK DOWNLOAD
0 Response to "DOWNLOAD LOGO KABUPATEN BANGKALAN (BANGKALAN REGENCY)"
Posting Komentar