TENTANG KABUPATEN SUMEDANG (SUMEDANG REGENCY)
Kabupaten Sumedang (Sumedang Regency) adalah sebuah kabupaten yang ada di wilayah provinsi Jawa Barat. Secara geografis kabupaten Sumedang terletak pada kootdinat 6.85°S 107.92°E atau terletak diantara 107° 01' 45.63" sampai 108° 21' 59.04" Bujur Timur dan 6° 34' 46.18" sampai 7° 00' 56.25" Lintang Selatan. Berdasarkan letaknya, posisi kabupaten Sumedang pada sebelah utaranya berbatasan langsung dengan Kabupaten Indramayu, sedangkan pada sisi sebelah timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Majalengka, lalu pada sisi sebelah selatan kabupaten ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Garut, sedangkan pada sisi sebelah baratnya berbatasan dengan Kabupaten Subang, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Kondisi geografis wilayah Kabupaten Sumedang sebagian besar merupakan kawasan dataran pegunungan, namun di bagian utara ada wilayah kecil yang merupakan dataran rendah.
Kabupaten Sumedang (Sumedang Regency) adalah sebuah kabupaten yang ada di wilayah provinsi Jawa Barat. Secara geografis kabupaten Sumedang terletak pada kootdinat 6.85°S 107.92°E atau terletak diantara 107° 01' 45.63" sampai 108° 21' 59.04" Bujur Timur dan 6° 34' 46.18" sampai 7° 00' 56.25" Lintang Selatan. Berdasarkan letaknya, posisi kabupaten Sumedang pada sebelah utaranya berbatasan langsung dengan Kabupaten Indramayu, sedangkan pada sisi sebelah timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Majalengka, lalu pada sisi sebelah selatan kabupaten ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Garut, sedangkan pada sisi sebelah baratnya berbatasan dengan Kabupaten Subang, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Kondisi geografis wilayah Kabupaten Sumedang sebagian besar merupakan kawasan dataran pegunungan, namun di bagian utara ada wilayah kecil yang merupakan dataran rendah.
Sejarah Kabupaten Sumedang dulunya ia merupakan sebuah kerajaan yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Galuh. Kerajaan ini didirikan oleh Prabu Guru Aji Putih, dimana pendirian ini merupakan perintah Prabu Surya Dewata sebelum Keraton Galuh dipindahkan ke Pakuan Pajajaran, Bogor. Kerajaan ini awalnya bernama Kerajaan Tembong Agung dengan raja pertamanya adalah sang pendiri kerajaan itu sendiri yaitu Prabu Guru Aji Putih, diperkirakan berdiri pada abad ke-12. Nama kerajaan Tembong Agung terdiri dari dua kata yang memiliki maknya yaitu, Tembong artinya tampak dan Agung artinya luhur. Setelah kepemimpinan Prabu Guru Aji Putih berakhir, kerajaan Tembong Agung kemudian dipimpin oleh Prabu Tadjimalela, dan pada masa ini nama kerajaan diubah menjadi "Himbar Buana", yang berarti menerangi alam. Pada masa berikutnya nama kerajaan berganti lagi menjadi Kerajaan Sumedang Larang (Sumedang berasal dari kata Insun Medal/Insun Medangan yang berarti aku dilahirkan; aku menerangi dan Larang berarti sesuatu yang tidak ada tandingannya).
Sumedang Larang mengalami masa kejayaan pada waktu dipimpin oleh Pangeran Angkawijaya atau Prabu Geusan Ulun sekitar tahun 1578, dan dikenal luas hingga ke pelosok Jawa Barat. Kerajaan ini kemudian menjadi vazal (anak kerajaan) dari Kesultanan Cirebon, dan selanjutnya berada di bawah kendali Kesultanan Mataram, pada masa Sultan Agung. Dalam strategi penyerangan Sultan Agung ke Batavia wilayah Sumedang dijadikan wilayah penyedia logistik pangan. Ketika Pakubuwono I harus memberikan konsesi kepada VOC, wilayah kekuasaan Sumedang diberikan kepada VOC, yang kemudian dipecah-pecah, sehingga wilayah Sumedang menjadi seperti yang dikenal pada masa kemerdekaan Indonesia sekarang.
Tahta kerajaan Sumedang Larang dari Prabu Tadjimalela raja pertama dilanjutkan oleh putranya bernama Atmabrata yang lebih dikenal dengan sebutan Gajah Agung sebagai raja kedua Kerajaan Sumedang Larang yang berkedudukan di Cicanting. Prabu Gajah Agung kemudian meninggalkan tempat menuju daerah di pinggiran Kali Cipeles untuk mendirikan kerajaan yang sekarang disebut Ciguling, ia bertahta disana dengan gelar Prabu Pagulingan. Sementara itu kepemimpinan Prabu Gajah Agung kemudian digantikan oleh putranya, Wirajaya, yang lebih dikenal Sunan Pagulingan sebagai raja ketiga Kerajaan Sumedang Larang. Putri Sulung Pagulingan bernama Ratu Ratnasih alias Nyi Mas Rajamantri diperistri Sri Baduga Maharaja. Karena itu, adiknya bernama Martalaya menggantikan kedudukan ayahnya menjadi penguasa Kerajaan Sumedang Larang yang keempat dengan gelar Sunan Guling.
Sunan Guling digantikan oleh putranya bernama Tirtakusumah atau Sunan Patuakan sebagai raja kelima Kerajaan Sumedang Larang. Kemudian, ia digantikan lagi oleh putri sulung bernama Sintawati alias Nyi Mas Patuakan sebagai raja keenam Sumedang Larang. Ratu Sintawati berjodoh dengan Sunan Corenda, raja Talaga. Putra Ratu Simbar Kencana dari Kusumalaya, putra Dewa Niskala. Dengan demikian, ia menjadi cucu menantu penguasa Galuh. Ratu Sintawati berjodoh dengan Sunan Corenda, raja Talaga. Putra Ratu Simbar Kencana dari Kusumalaya, putra Dewa Niskala. Dengan demikian, ia menjadi cucu menantu penguasa Galuh. Dari Sintawati putri sulung Sunan Guling, Sunan Corenda mempunyai putri bernama Setyasih, yang kemudian menjadi penguasa ketujuh Kerajaan Sumedang Larang dengan gelar Ratu Pucuk Umum.
Dari Sintawati putri sulung Sunan Guling, Sunan Corenda mempunyai putri bernama Setyasih, yang kemudian menjadi penguasa ketujuh Kerajaan Sumedang Larang dengan gelar Ratu Pucuk Umum. Ratu Pucuk Umum Menikah dengan Ki Gedeng Sumedang yang lebih dikenal dengan nama Pangeran Santri. Pangeran Santri dinobatkan sebagai penguasa kedelapan Kerajaan Sumedang Larang pada tanggal 13 bagian gelap bulan Asuji tahun 1452 Saka, atau kira - kira 21 Oktober 1530 M, tiga bulan setelah penobatan Pangeran Santri. Pangeran Santri wafat 2 Oktober 1579. Di antara putra - putri Pangeran Santri dari Ratu Inten Dewata (Pucuk Umum), yang melanjutkan pemerintahan di Sumedang Larang ialah Pangeran Angkawijaya bergelar Prabu Geusan Ulun sebagai raja kesembilan.
Masa kekuasaan Prabu Geusan Ulun (1578 - 1601) bertepatan dengan runtuhnya Kerajaan Pajajaran akibat serangan Banten di bawah Sultan Maulana Yusuf. Sebelum Prabu Siliwangi meninggalkan Pajajaran mengutus empat Kandaga Lante (Jaya Perkosa / Sanghyang Hawu,Wiradijaya / Nangganan, Kondang Hapa, dan Pancar Buana / Embah Terong Peot) untuk menyerahkan Mahkota dan beberapa atribut kerajaan serta menyampaikan amanat untuk Prabu Geusan Ulun. Penyerahan Mahkota dan beberapa atribut kerajaan Pajajaran tersebut terjadi pada tanggal 22 April 1578 dan akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Sumedang. Mahkota dan beberapa atribut kerajaan Pajajaran ini merupakan bukti legalisasi kebesaran Sumedang Larang, sama halnya dengan pusaka Majapahit menjadi ciri keabsahan Demak, Pajang, dan Mataram.
Kabupaten Sumedang sendiri wilayahnya terdiri dari 26 kecamatan, 7 kelurahan, dan 270 desa. Berdasarkan data statistik pada tahun 2017, jumlah penduduk Kabupaten Sumedang mencapai 1.135.818 jiwa. Luas wilayah Kabupaten Sumedang yaitu 1.518,33 km², sehingga tingkat sebaran penduduknya mencapai 748 jiwa/km². Kabupaten ini terkenal akan Tahu-nya yang sangat Gurih dan enak, yang sering dikenal dengan nama "Tahu Sumedang".
Destinasi wisata yang ada di Kabupaten Sumedang cukup beragam, diantaranya ada wisata Kampung Toga yang ada di Sukajaya, Curug Cinulang yang ada di Cicalengka Sidang Wangi, Museum Prabu Geusan Ulun yang ada di Regol Wetan, Wisata Air Gajah Depa di desa Galudra, Taman Hutan Raya (Tahura) Gunung Kunci yang ada di Kotakulon, Taman Endog di Talun Sumedang Selatan, Bumi Perkemahan Kiara Payung, Menara Loji Jatinangor, Puncak Damar, Curug Buhud, Alun – Alun Sumedang, Wana Wisata Ciburial, Gunung Calancang, Batu Agung, Curug Cigorobog, Curug Sabuk, Perkebunan Teh Margawindu, Gunung Tampomas, Situ Cilembang, Curug Ciputrawangi, Pemandian Air Panas Cileungsing, Curug Cipongkor, Air Sirah Cipelang, Paralayang di Batu Dua Gunung Lingga dan Kampung Karuhun Eco Garden Park, serta tempat wisata lainnya yang juga menarik.
Website: www.sumedangkab.go.id
TENTANG LOGO KABUPATEN SUMEDANG (SUMEDANG REGENCY)
Berikut ini adalah arti/makna dari Logo Kabupaten Sumedang :
- Perisai: Melambangkan jiwa ksatria utama, percaya kepada diri sendiri
- Sisi Merah: Melambangkan semangat keberanian
- Dasar Hijau: Melambangkan kesuburan pertanian
- Bentuk Setengah Bola dan Bentuk Setengah Kubus Pada Lingga: Melambangkan bahwa manusia tidak ada yang sempurna
- Sinar Matahari: Melambangkan semangat dalam mencapai kemajuan
- Warna Kuning Emas: Melambangkan keluhuran budi dan kebesaran jiwa
- Sinar yang ke 17 Angka: Melambangkan Angka Sakti tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
- Delapan Bentuk Pada Lingga: Lambang Bulan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
- 19 Buah Batu Pada Lingga, 4 Buah Kaki Tembik dan 5 Buah Anak Tangga: Lambang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1945
- Tulisan Insun Medal erat kaitannya dengan kata Sumedang yang mengandung arti:
- Berdasarkan Prabu Tadjimalela, seorang tokoh legendaris dalam sejarah Sumedang, Insun Medal berarti (Insun: Aku, Medal: Keluar)
- Berdasarkan data di Museum Prabu Geusan Ulun; Insun Medal berarti (Insun: Daya, Madangan: Terang) Kedua pengertian ini bersifat mistik.
- Berdasarkan keterangan Prof. Anwas Adiwilaga, Insun Medal berasal dari kata Su dan Medang, (Su: bagus dan Medang: sejenis kayu yang bagus pada Jati, yaitu huru yang banyak tumbuh di Sumedang dulu), dan pengertian ini bersifat etimologi.
Untuk mendownload logo KABUPATEN SUMEDANG (SUMEDANG REGENCY) dengan format JPG/JPEG (Joint Photographic Experts Group), PNG (Portable Network Graphics) tanpa background atau CDR (CorelDraw) untuk yang bisa diedit, langsung saja klik link dibawah ini:
LINK DOWNLOAD
0 Response to "DOWNLOAD LOGO KABUPATEN SUMEDANG (SUMEDANG REGENCY)"
Posting Komentar