DOWNLOAD LOGO KABUPATEN TEMANGGUNG (TEMANGGUNG REGENCY)

 
TENTANG KABUPATEN TEMANGGUNG (TEMANGGUNG REGENCY)
Kabupaten Temanggung (Temanggung Regency) adalah sebuah kabupaten yang ada di wilayah provinsi Jawa Tengah. Secara geografis kabupaten Temanggung terletak pada kootdinat 7.3°S 110.17°E atau terletak diantara  110° 23' sampai 110° 46'30'' Bujur Timur dan 7° 14' sampai 7° 32'35'' Lintang Selatan. Berdasarkan letaknya, posisi kabupaten Temanggung pada sebelah utaranya berbatasan langsung dengan Kabupaten Kendal, sedangkan pada sisi sebelah timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Semarang, lalu pada sisi sebelah selatan kabupaten ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Magelang, sedangkan pada sisi sebelah baratnya berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo. Sebagian besar wilayah Kabupaten Temanggung merupakan dataran tinggi dan pegunungan, yakni bagian dari rangkaian Dataran Tinggi Dieng. Di perbatasan dengan Kabupaten Wonosobo terdapat Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. 

Sejarah Kabupaten Temanggung berhubungan erat dengan keberadaan Kerajaan Mataram Kuno dengan rajanya bernama Rakai Pikatan. Nama "Pikatan" kemudian digunakan untuk menamai daerah yang disana ada sumber air, tepatnya di Desa Mudal Kecamatan Temanggung. Di tempat tersebut terdapat situs peninggalan berupa reruntuhan batu-bebatuan kuno yang diyakini petilasan raja Rakai Pikatan. Salah satu bukti tertulis yang menjadi dasar penelusuran sejarah Kabupaten Temanggung adalah ditemukannya Prasasti Wanua Tengah III Tahun 908 Masehi yang ditemukan penduduk dusun Dunglo Desa Gandulan Kecamatan Kaloran Temanggung pada bulan November 1983. Prasasti tersebut  menggambarkan tentang keberadaan Kabupaten Temanggung, dimana Temanggung pada awal mulanya berupa wilayah kademangan yang gemah ripah loh jinawi di mana salah satu wilayahnya bernama Pikatan. 

Wilayah Kabupaten Temanggung pernah berdiri  Bihara agama Hindu yang dibangun oleh adik raja Mataram Kuno Rahyangta I Hara, sedang rajanya adalah Rahyangta Rimdang (Raja Sanjaya) yang naik takhta pada tahun 717 M, sebagaimana yang tertulis pada Prasasti Mantyasih. Oleh pewaris takhta yaitu Rake Panangkaran yang naik takhta pada tanggal 27 November 746 M menggantikan Raja Sanjaya, sementara itu Bihara Pikatan memperoleh bagian berupa bengkok di Sawah Sima. Rakai Panangkaran sendiri bertakhta selama kurang lebih 38 tahun. Sedankan menurut prasasti Gondosuli digambarkan bahwa dari Kecamatan Temanggung memanjang ke barat sampai kecamatan Bulu dan seterusnya adalah wilayah yang subur dan tenteram, ditandai dengan keberadaan tempat Bihara Pikatan. 

Pengganti Rakai Panangkaran adalah Rakai Panunggalan yang naik takhta pada tanggal 1 april 784 dan berakhir pada tanggal 28 Maret 803. Rakai Panunggalan bertakhta di Panaraban yang sekarang merupakan wilayah Parakan . Di sini ditemukan juga kademangan dan abu jenazah di Pakurejo daerah Bulu. Selanjutnya Rakai Panunggalan digantikan oleh Rakai Warak yang diperkirakan tinggal di Tembarak. Di sini ditemukan reruntuhan di sekitar Masjid Menggoro dan reruntuhan Candi dan juga terdapat Desa Kademangan. Pengganti Rakai Warak adalah Rakai Garung yang bertakhta pada tanggal 24 Januari 828 sampai dengan 22 Februari 847. Raja ini ahli dalam bangunan candi dan ilmu falak (perbintangan). Dia membuat pranata mangsa yang sampai sekarang masih digunakan. Karena kepandaiannya sehingga Raja Sriwijaya ingin menggunakannya untuk membuat candi. Namun Rakai Garung tidak mau walau diancam. 

Rakai Garung kemudian digantikan oleh Rakai Pikatan yang bermukim di Temanggung. Rakai Pikatan selaku raja Mataram Kuno pernah berkeinginan untuk menguasai wilayah Jawa Tengah, namun tidak berani untuk merebut kekuasaan dari raja Bala Putra Dewa selaku penguasa kerajaan Syailendra. Untuk mencapai maksud tersebut Rakai Pikatan membuat strategi dengan mengawini Dyah Pramudha Wardani kakak raja Bala Putra Dewa dengan tujuan untuk memiliki pengaruh kuat di kerajaan Syailendra. Pada saat yang sama Rakai Pikatan mulai menghimpun kekuatan yang ada di wilayahnya baik para prajurit dan senapati serta menghimpun biaya yang berasal dari upeti para demang. Akhirnya pada tanggal 27 Mei 855 Masehi Rakai Pikatan berangkat ke kerajaan syailendra bersama para prajurit dan bala tentara yang berhasil dihimpunnya untuk melakukan penyerangan. 

Pada peristiwa penyerangan saat itu, Rakai Pikatan dibantu Kayu Wangi dan menyerahkan wilayah kerajaan kepada orang kepercayaan yang berpangkat demang. Dari nama demang dan wilayah kademangan kemudian muncul nama Ndemanggung yang akhirnya berubah menjadi nama Temanggung. 

Pada masa penjajahan Belanda, berdasarkan Surat Keputusan Komisaris Jenderal Hindia Belanda, Nomor 11 Tanggal 7 April 1826, Raden Ngabehi Djojonegoro ditetapkan sebagai Bupati Menoreh yang berkedudukan di Parakan, dengan gelar Raden Tumenggung Aria Djojonegoro. Distrik Menoreh sendiri merupakan sebuah daerah sebagai asal nama Kabupaten Menoreh, sudah sejak lama digabung dengan Kabupaten Magelang, sehingga nama Kabupaten Menoreh sudah tidak tepat lagi. Raden Tumenggung Aria Djojonegoro, lewat residen Kedu mengusulkan kepada Pemerintah Hindia Belanda di Batavia agar mengubah nama Kabupaten Menoreh menjadi Kabupaten Temanggung.  Persetujuan ini berbentuk Resolusi Pemerintah Hindia Belanda Nomor 4 Tanggal 10 November 1834. Atas dasar itulah maka ditetapkan bahwa tanggal 10 November 1834 sebagai Hari Jadi Kabupaten Temanggung. 

Kabupaten Temanggung sendiri wilayahnya terdiri dari 20 kecamatan, 23 kelurahan, dan 266 desa. Berdasarkan data statistik pada tahun 2017, jumlah penduduk Kabupaten Temanggung mencapai 769.843 jiwa. Luas wilayah Kabupaten Temanggung yaitu 837,71 km², sehingga tingkat sebaran penduduknya mencapai  919 jiwa/km². Temanggung memiliki seni dan budaya yang merupakan hasil adaptasi dipadukan dengan budaya asli. Seni pertunjukan kuda kepang (kuda lumping) yang berkembang di Kabupaten Temanggung mengadaptasi kesenian Leak dari Bali. Selain kuda kepang juga berkembang seni terbangan/kemplingan di desa-desa, tarian topeng loreng/ndayakan.

Destinasi wisata yang ada di Kabupaten Temanggung cukup banyak, diantaranya ada Wana Wisata Jumprit yang terletak di Kecamatan Ngadirejo, Monumen Meteorit di Desa Wonotirto Kecamatan Bulu, Curug Lawe Muncar di Desa Muncar Kecamatan Gemawang, Pikatan Waterpark di Desa Mudal Kecamatan Temanggung, Curug Surodipo di Desa Wisata Tawangsari kecamatan Wonoboyo, Kompleks Taman Kartini di Kelurahan Kowangan Kecamatan Temanggung, Taman Pancasila yang merupakan titik nol kilometer Kabupaten Temanggung, serta ada Wisata Alam Posong yang terletak di Lembah Sindoro Desa Wisata Tlahab kecamatan Kledung. Tentunya masih banyak lagi tempat wisata unik dan menarik yang ada di Kabupaten Temanggung yang bisa dijadikan sebagai salah satu pilihan destinasi wisata.

Website : www.tegalkab.go.id


TENTANG LOGO TEMANGGUNG (TEMANGGUNG REGENCY)
Berikut ini adalah arti/makna dari Logo Kabupaten Temanggung:
  1. Perisai melambamgkan ketentuan dalam menangulangi segala kesulitan.
  2. Segi lima didalamnya melambangakan pancasila sebagai Dasar Negara dan falsafah bangsa Indonesia.
  3. Bintang bersegi lima melambangkan ke-agungan Tuhan, yang mengandung arti bahwa rakyat Kabupaten Temanggung bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  4. Dua buah gunung adalah Gunung-gunung Sumbing dan Sindoro.
  5. Nyala api melambangkan semangat pejuang Rakyat dalam mencapai cita-citanya, sedangkan jumlah delapan buah lidah api yang terlukis pada masing-masing sisi sebagai peringatan bahwa terciptanya Lambang ini pada waktu DPRD-GR Kabupaten Temanggung berusia satu windu (8 tahu).
  6. Butir padi berjumlah 17 butir, rantai bermata 8 buah, kapas berbunga 4 kuntum dan berdaun 5 helai meningatkan saat Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
  7. Rantai, melambangkan jiwa dan kepribadian Rakyat Kabupaten Temanggung yang penuh solidaritas dan persatuan yang tidak terpatahkan.
  8. Padi dan kapas, melambangkan kemakmuran, sedangkan panili, kopi dan tembakau merupakan tanaman khas Daerah Kabupaten Temanggung melambangkan kesejahteraan Daerah.
  9. Bambu runcing, melambangkan perjuangan Rakyat Daerah Kabupaten Temanggung pada waktu revolusi fisik, khususnya terkenal bambu runcing parakan.
  10. Bilangan-bilangan pada lukisan-lukisan lainya tidak mempunyai makna, melainkan hanya untuk membentuk keserasian dan keaslian seluruh lukisan.
  11. Tulisan Lambang berbunyi : "Swadaya Bhumi Phala" berasal dari bahasa Sansekerta "Swadaya", terdiri atas duka kata Swa dan Daya. Swa berarti sendiri dan Daya berarti : Kekuatan /Kemampuan / Usaha. Bhumi berarti : Bumi tempat kita berpijak . Phala berarti : buah atau hasil. Sehingga arti secara  keseluruannya adalah : "Dengan kekuatan sendiri (berdikari) mempertinggi hasil bumi"
 
Arti Warna:
  1. Hijau berarti Kemakmuran.
  2. Putih berarti Kesucian.
  3. Merah berarti Keberanian .
  4. Kuning berarti keagungan, keluhuran dan kekayaan.
  5. Kuning emas berarti Kemuliaan , kejayaan.
  6. Biru berarti Ketenagan .
  7. Hitam berarti Kemantapan, ketagasan, ketangguhan, kekekalah.

Untuk mendownload logo KABUPATEN TEMANGGUNG (TEMANGGUNG REGENCY) dengan format JPG/JPEG (Joint Photographic Experts Group), PNG (Portable Network Graphics) tanpa background atau CDR (CorelDraw) untuk yang bisa diedit, langsung saja klik link dibawah ini:


LINK DOWNLOAD

>>  LOGO KABUPATEN TEMANGGUNG (TEMANGGUNG REGENCY)  <<
Format JPG   |   Format PNG   |   Format CorelDraw

0 Response to "DOWNLOAD LOGO KABUPATEN TEMANGGUNG (TEMANGGUNG REGENCY)"

Posting Komentar