DOWNLOAD LOGO HARI PRAMUKA KE-60 TAHUN 2021

 
SEJARAH PRAMUKA
Gerakan Pramuka Indonesia merupakan organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan kegiatan kepanduan di Indonesia. Organisasi ini telah dimulai di Indonesia sejak tahun 1912, dimana gerakan ini didirikan pada masa pendudukan Hindia Belanda, gerakan ini dulunya bernama Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) dan didirikan oleh Belanda di kota Bandung. Pada saat pecahnya Perang Dunia I, NPO memiliki kwartir besar sendiri serta kemudian berganti nama menjadi "Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging" (NIPV) pada tahun 1916. Organisasi Kepanduan yang diprakarsai oleh bangsa Indonesia sendiri adalah Javaansche Padvinders Organisatie (JPO), berdiri atas prakarsa S.P. Mangkunegara VII pada tahun 1916. 

Pada tahun 1920, organisasi Islam Muhammadiyah mendirikan gerakan kepanduan bernama "Hizbul Wathan (HW)". Kemudian bermunculan organisasi kepanduan lainnya, seperti  "Nationale Padvinderij" yang didirikan oleh Budi Utomo, "Syarikat Islam Afdeling Pandu (SIAP)" yang didirikan oleh Syarikat Islam, lalu ada Nationale Islamietische Padvinderij (NATIPIJ) didirikan oleh Jong Islamieten Bond (JIB) dan ada Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie (INPO) didirikan oleh Pemuda Indonesia. Hasrat bersatu bagi organisasi kepanduan Indonesia waktu itu tampak mulai dengan terbentuknya PAPI yaitu "Persaudaraan Antara Pandu Indonesia" merupakan federasi dari Pandu Kebangsaan, INPO, SIAP, NATIPIJ dan PPS pada tanggal 23 Mei 1928. 

Federasi ini tidak dapat bertahan lama, karena niat adanya fusi, akibatnya pada 1930 berdirilah Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang dirintis oleh tokoh dari Jong Java Padvinders/Pandu Kebangsaan (JJP/PK), INPO dan PPS (JJP-Jong Java Padvinderij); PK-Pandu Kebangsaan). PAPI kemudian berkembang menjadi Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) pada bulan April 1938.  Antara tahun 1928–1935 bermunculan gerakan kepanduan Indonesia baik yang bernapas utama kebangsaan maupun bernapas agama. kepanduan yang bernapas kebangsaan dapat dicatat Pandu Indonesia (PI), Padvinders Organisatie Pasundan (POP), Pandu Kesultanan (PK), Sinar Pandu Kita (SPK) dan Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI). Sedangkan yang bernapas agama El-Hilaal, Pandu Ansor, Al Wathoni, Hizbul Wathan, Kepanduan Islam Indonesia (KII), Islamitische Padvinders Organisatie (IPO), Tri Darma (Kristen), Kepanduan Asas Katolik Indonesia (KAKI), Kepanduan Masehi Indonesia (KMI). 

Sebagai upaya untuk menggalang kesatuan dan persatuan, Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia BPPKI merencanakan "All Indonesian Jamboree". Rencana ini mengalami beberapa perubahan baik dalam waktu pelaksanaan maupun nama kegiatan, yang kemudian disepakati diganti dengan "Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem" disingkat PERKINO dan dilaksanakan pada tanggal 19–23 Juli 1941 di Yogyakarta. Pada masa Perang Dunia II, bala tentara Jepang mengadakan penyerangan dan Belanda meninggalkan Indonesia. Partai dan organisasi rakyat Indonesia, termasuk gerakan kepanduan, dilarang berdiri. Namun upaya menyelenggarakan PERKINO II tetap dilakukan. Bukan hanya itu, semangat kepanduan tetap menyala di dada para anggotanya. Karena Pramuka merupakan suatu organisasi yang menjunjung tinggi nilai persatuan. Oleh karena itulah bangsa Jepang tidak mengizinkan Pramuka di Indonesia. 

Sebulan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa tokoh kepanduan berkumpul di Yogyakarta dan bersepakat untuk membentuk Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia sebagai suatu panitia kerja, menunjukkan pembentukan satu wadah organisasi kepanduan untuk seluruh bangsa Indonesia dan segera mengadakan Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia. Kongres tersebut dilaksanakan pada tanggal 27–29 Desember 1945 di Surakarta dengan hasil terbentuknya Pandu Rakyat Indonesia. Perkumpulan ini didukung oleh segenap pimpinan dan tokoh serta dikuatkan dengan "Janji Ikatan Sakti", lalu pemerintah RI mengakui sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No.93/Bag. A, tertanggal 1 Februari 1947. 

Tahun-tahun sulit dihadapi oleh Pandu Rakyat Indonesia karena serbuan Belanda. Bahkan pada peringatan kemerdekaan 17 Agustus 1948 waktu diadakan api unggun di halaman gedung Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Di daerah yang diduduki Belanda, Pandu Rakyat dilarang berdiri,. Keadaan ini mendorong berdirinya perkumpulan lain seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), Kepanduan Indonesia Muda (KIM). Pada tanggal 20–22 Januari 1950 diadakan Kongres kedua Pandu Rakyat Indonesia di Yogyakarta. Hasi kongres ini, diantaranya menerima konsep baru yaitu memberi kesempatan kepada golongan khusus untuk menghidupkan kembali bekas organisasinya masing-masing dan terbukalah suatu kesempatan bahwa Pandu Rakyat Indonesia bukan lagi satu-satunya organisasi kepanduan di Indonesia dengan keputusan Menteri PP dan K nomor 2344/Kab.

Pada tanggal 6 September 1951 pengakuan pemerintah bahwa Pandu Rakyat Indonesia merupakan satu-satunya wadah kepanduan di Indonesia dicabut, oleh karena itu keputusan nomor 93/Bag. A tertanggal 1 Februari 1947 itu tak berlaku lagi. sepuluh hari sesudah keputusan Menteri No. 2334/Kab. itu keluar, maka wakil-wakil organisasi kepanduan mengadakan konferensi di Jakarta. Pada saat inilah tepatnya tanggal 16 September 1951 diputuskan berdirinya Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO) sebagai suatu federasi. Pada 1953 IPINDO berhasil menjadi anggota kepanduan sedunia dan dalam peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-10 Ipindo menyelenggarakan Jambore Nasional, bertempat di Ragunan, Pasar Minggu pada tanggal 10–20 Agustus 1955, Jakarta. 

Peraturan yang muncul pada masa perintisan kepanduan di indonesia yaitu Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan Nasional Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan Pasal 330. C. yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah Pancasila. Seterusnya penertiban tentang kepanduan (Pasal 741) dan pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana Pemerintah untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat 30). Kemudian kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powell (Lampiran C Ayat 8). Karena itulah Presiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepanduan Indonesia, bertempat di Istana Negara.

Pada pertemuan para tokoh tersebut, Presiden mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut Pramuka. Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis Saleh dan Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia ini tentulah perlu sesuatu pengesahan. Dan kemudian terbitlah Keputusan Presiden RI No.112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka. Di bulan April ini, juga keluar Keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun 1961 tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. 

Anggota Panitia ini terdiri atas Sri Sultan (Hamengku Buwono IX), Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi dan Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial). Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden RI Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka. Tanggal 20 Mei adalah; Hari Kebangkitan Nasional, namun bagi Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah untuk pendidikan di lingkungan ke tiga. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai Hari Permulaan Tahun Kerja. Pada tanggal 30 Juli 1961, para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga Senayan, peristiwa ini kemudian disebut sebagai Hari Ikrar Gerakan Pramuka.

Pada tanggal 14 Agustus 1961, dilakukan pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, serta penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka. Selain pelantikan pengurus Gerakan Pramuka, pada tanggal 14 Agustus 1961 pula dilangsungkan defile Pramuka yang bertujuan untuk memperkenalkan secara resmi Gerakan Pramuka Indonesia kepada khalayak. Sejak itu, tanggal 14 Agustus kemudian dikenal sebagai Hari Pramuka.

HARI PRAMUKA KE-60

Hari pramuka yang diperingati setiap tanggal 14 Agustus, tahun ini gerakan pramuka indonesia telah berusia 60 tahun sejak berdirinya pada 14 Agustus 1961. Dikutip dari laman resmi gerakan pramuka, pramuka.id, Komjen Pol. (Purn) Drs. Budi Waseso selaku Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, mengajak seluruh anggota Gerakan Pramuka untuk terus berbakti membantu, berbagi kepada sesama termasuk berbakti tanpa henti dalam perangi pandemi covid-19. “Marilah kita berbakti tanpa henti mengupayakan agar jumlah masyarakat yang terpapar penyakit covid-19 semakin menurun”, ungkap Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dalam sambutan yang dibacakan oleh Sekjen Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Mayjen TNI (Purn) Dr. Bachtiar S.IP., M.A.P saat menutup kegiatan vaksinasi dosis kedua di lingkungan Kwarnas Gerakan Pramuka bertempat di Aula Sarbini, Kompleks TRW, Cibubur, Jakarta, pada hari selasa tanggal 3 Agustus 2021.

Hari Pramuka ke 60 ini mengambil tema "Berbakti Tanpa Henti". Peringatan hari pramuka kali ini dipimpin oleh presiden Joko Widodo yang didiarkan secara daring melalui kanal Youtube Sekretariat Preiden Pada Hari Sabtu, 14 Agustus 2021. Melalui pidatonga, Presiden menitipkan pesan kepada seluruh anggota pramuka di seluruh tanah air, agar terus belajar di manapun, kapanpun waktunya dan dengan siapa saja, lalu kuasai ilmu pengetahuan dan teknologi setinggi-tingginya. "Selalu aktif mengejar kemajuan teknologi, mengikuti perkembangan zaman dengan cepat", ucap Jokowi. Presiden juga berpean agar anggota pramuka selalu fleksibel dan cerdik serta tak pernah lupa dengan identitas negara. Terutama, dalam membangun karakter kebangsaan yang kokoh, mengamalkan nilai-nilai pancasila yang sejati, menjaga NKRI dan Merawat kebinekaan.

Jokowi berharap, pada salah satu kutipan dalam pidatonya, ia mengatakan "Pramuka Indonesia harus optimis melihat masa depan, terus membangun harapan tentang kejayaan Indonesia". Melalui pidato tersebut Presiden Jokowi juga menyinggung persoalan Covid-19 dan vaksinasi, presiden berpesan, "Disiplin memakai masker, disiplin menjaga jarak, disiplin untuk mencuci tangan di setiap saat dan disiplin untuk menghindari kerumunan". Jokowi juga menambahkan agar setiap anggota pramuka bisa saling mengingatkan untuk mematuhi prokes, "Kalau ada teman yang tidak mematuhi protokol kesehatan, diingatkan, beri penjelasan, beri pengertian", imbuh Jokowi. Terkait dengan vaksinasi, Jokowi berpesan, "Kalau ada teman yang sudah berusia di atas 12 tahun, yang belum divaksin, ajak untuk segera divaksin".

DOWNLOAD LOGO HARI PRAMUKA KE-60 TAHUN 2021
Untuk mendownload logo HARI PRAMUKA KE-60 TAHUN 2021 dengan format JPG/JPEG (Joint Photographic Experts Group), PNG (Portable Network Graphics) tanpa background atau CDR (CorelDraw) untuk yang bisa diedit, langsung saja klik link dibawah ini:


LINK DOWNLOAD

>>  LOGO HARI PRAMUKA KE-60 TAHUN 2021 <<
Format JPG   |   Format PNG   |   Format CorelDraw

0 Response to "DOWNLOAD LOGO HARI PRAMUKA KE-60 TAHUN 2021"

Posting Komentar