DESKRIPSI
Kabupaten Aceh Barat adalah sebuah kabupaten yang masuk ke dalam wilayah provinsi Aceh. Secara posisi Kabupaten ini terletak di kordinat 95° 00’ 00” – 86° 30’ 00” Bujur Timur dan 4° 61’ 00" – 4° 47’ 00" Lintang Selatan, dimana pada sisi sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Pidie, sedang pada sisi sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Nagan Raya, lalu pada sisi sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya, sementara di sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia. Wilayah Kabupaten Aceh Barat secara umum merupakan wilayah dataran rendah hingga pesisir pantai, dengan panjang garis pantai sejauh 250 Km.
Kabupaten Aceh Barat adalah sebuah kabupaten yang masuk ke dalam wilayah provinsi Aceh. Secara posisi Kabupaten ini terletak di kordinat 95° 00’ 00” – 86° 30’ 00” Bujur Timur dan 4° 61’ 00" – 4° 47’ 00" Lintang Selatan, dimana pada sisi sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Pidie, sedang pada sisi sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Nagan Raya, lalu pada sisi sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya, sementara di sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia. Wilayah Kabupaten Aceh Barat secara umum merupakan wilayah dataran rendah hingga pesisir pantai, dengan panjang garis pantai sejauh 250 Km.
Kabupaten Aceh Barat sendiri wilayahnya terdiri dari 12 Kecamatan dan 322 Gampong. Berdasarkan data statistik pada tahun 2017, jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat mencapai 189.119 jiwa. Luas wilayah Kabupaten Aceh Barat yaitu 2.927,95 km², sehingga tingkat sebaran penduduknya mencapai 65 jiwa/km². Sektor utama masyarakat di Kabupaten Aceh Barat adalah pertanian dan perdagangan. Titik berat pembangunan diletakan pada bidang ekonomi kerakyatan melalui peningkatan dan perluasan pertanian dalam arti luas sebagai penggerak utama pembangunan yang saling terkait secara terpadu dengan bidang-bidang pembangunan lainnya dalam suatu kebijakan pembangunan.
Destinasi wisata yang ada di Kabupaten Aceh Barat ada beragam, diantaranya yaitu wisata alam berupa Tugu Kupiah Teuku Umar yang terletak di Desa Kuta Padang Kecamatan Johan Pahlawan, Pantai Lhok Geudong yang terletak di Desa Suak Ribee Kecamatan Johan Pahlawan, Pantai Suak Ribee yang ada di Jl. Iskandar Muda Suak Ribee Kecamatan Johan Pahlawan, ada juga wisata pantai Lhok Bubon yang terletak di Lhok Bubon Kecamatan Samatiga, ada juga Danau Geunang Geudong yang terletak di Putim Kecamatan Kaway XVI, dan dan wisata Lebok Pineu berupa anak sungai yang memiliki aliran cukup deras dan air yang jernih, berada di Desa Tanoh Mirah, kemudian ada Pantai Ujung Bate yang ada di Neuheun Kecamatan Mesjid Raya.
Selain destinasi wisata diatas, kita juga bisa berkunjung ke beberapa tempat wisata lain yaitu berupa Krueng Tutut yang berada di Gampong Tutut Desa Tanoh Mirah berupa pemandangan air sungai dari atas bukit, ada Pantai Lanaga yang terletak di Peunaga Rayeuk Kecamatan Meureubo, Makam Pahlawan Teuku Umar yang ada di Desa Mugo Rayuek Kecamatan Panton Reu, Pulau Gosong yang ada di Desa Mugo Rayuek Kecamatan Panton Reu, Pantai Pusong Sangkalan yang terletak di Telaga Tujuh Kecamatan Langsa Barat, dan Pantai Batee Puteeh yang berada di Ujung Batee Puteh, Beureunut, Kec. Seulimeum, serta Pantai Ujung Karang Desa Suak Indrapuri Kecamatan Johan Pahlawan
Website Resmi Kabupaten Aceh Barat : www.acehbaratkab.go.id
SEJARAH KABUPATEN ACEH BARAT
Sejarah keberadaa Kabupaten Aceh Barat tidak bisa dilepaskan dari sejarah masa kekuasaan Kasultanan Aceh. Wilayah bagian barat Kerajaan Aceh Darussalam mulai dibuka dan dibangun pada abad ke-16 atas prakarsa Sultan Saidil Mukamil (Sultan Aceh yang hidup antara tahun 1588-1604), kemudian dilanjutkan oleh Sultan Iskandar Muda (Sultan Aceh yang hidup tahun 1607-1636) dengan mendatangkan orang-orang Aceh Rayeuk dan Pidie. Daerah ramai pertama adalah di teluk Meulaboh (Pasi Karam) yang diperintah oleh seorang raja yang bergelar Teuku Keujruen Meulaboh, dan Negeri Daya (Kecamatan Jaya) yang pada akhir abad ke-15 telah berdiri sebuah kerajaan dengan rajanya adalah Sultan Salatin Alaidin Riayat Syah dengan gelar Poteu Meureuhom Daya. Wilayah Aceh Barat diakhir abad ke-17 telah berkembang menjadi beberapa kerajaan kecil yang dipimpin oleh Uleebalang.
Raja-raja yang pernah bertahta di kehulu-balangan Kaway XVI hanya dapat dilacak dari T. Tjik Pho Rahman, yang kemudian digantikan oleh anaknya yang bernama T. Tjik Masaid, yang kemudian diganti oleh anaknya lagi yang bernama T. Tjik Ali dan digantikan anaknya oleh T. Tjik Abah (sementara) dan kemudian diganti oleh T. Tjik Manso yang memiliki tiga orang anak yang tertua menjadi Raja Meulaboh bernama T. Tjik Raja Nagor yang pada tahun 1913 meninggal dunia karena diracun, dan kemudian digantikan oleh adiknya yang bernama Teuku Tjik Ali Akbar, sementara anak T. Tjik Raja Nagor yang bernama Teuku Raja Neh, masih kecil. Saat Teuku Raja Neh (ayah dari H.T. Rosman. mantan Bupati Aceh Barat) anak dari Teuku Tjik Raja Nagor besar ia menuntut agar kerajaan dikembalikan kepadanya, namun T. Tjik Ali Akbar yang dekat dengan Belanda malah mengfitnah Teuku Raja Neh sakit gila, sehingga menyebabkan T. Raja Neh dibuang ke Sabang.
Pada tahun 1942 saat Jepang masuk ke Meulaboh, T. Tjik Ali Akbar dibunuh oleh Jepang bersama dengan Teuku Ben dan pada tahun 1978, mayatnya baru ditemukan di bekas Tangsi Belanda atau sekarang di Asrama tentara Desa Suak Indrapuri, kemudian Meulaboh diperintah para Wedana dan para Bupati dan kemudian pecah menjadi Aceh Selatan, Simeulue, Nagan Raya, Aceh Jaya. (teuku dadek). Dimasa penjajahan Belanda, melalui suatu perjanjian (Korte Verklaring), diakui bahwa masing-masing Uleebalang dapat menjalankan pemerintahan sendiri (Zelfsbestuur) atau swaparaja (landschap). Oleh Belanda Kerajaan Aceh dibentuk menjadi Gouvernement Atjeh en Onderhorigheden (Gubernemen Aceh dan Daerah Taklukannya) dan selanjutnya dengan dibentuknya Gouvernement Sumatra, Aceh dijadikan Keresidenan yang dibagi atas beberapa wilayah yang disebut afdeeling (provinsi) dan afdeeling dibagi lagi atas beberapa onderafdeeling (kabupaten) dan onderafdeeling dibagi menjadi beberapa landschap (kecamatan).
Aceh Barat sangat berkaitan dengan sejarah Meulaboh, Ibu kota Kabupaten Aceh Barat yang terdiri dari Kecamatan Johan Pahlawan, sebagian Kaway XVI dan sebagian Kecamatan Meureubo adalah salah satu Kota yang paling tua di belahan Aceh bagian Barat dan Selatan. Menurut HM.Zainuddin dalam Bukunya Tarih Atjeh dan Nusantara, Meulaboh dulu dikenal sebagai Negeri Pasir Karam. Nama tersebut kemungkinan ada kaitannya dengan sejarah terjadinya tsunami di Kota Meulaboh pada masa lalu, yang pada tanggal 26 Desember 2004 terjadi kembali. Meulaboh sudah berumur 402 tahun terhitung dari saat naik tahtanya Sultan Saidil Mukamil (1588-1604), catatan sejarah menunjukan bahwa Meulaboh sudah ada sejak Sultan tersebut berkuasa.
Pada masa Kerajaan Aceh diperintah oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636), demikian HM.Zainuddin negeri itu ditambah pembangunannya. Di Meulaboh waktu itu dibuka perkebunan merica, tetapi negeri ini tidak begitu ramai karena belum dapat menandingi Negeri Singkil yang banyak disinggahi kapal dagang untuk mengambil muatan kemenyan dan kapur barus. Kemudian pada masa pemerintahan Sultan Djamalul Alam, Negeri Pasir Karam kembali ditambah pembangunannya dengan pembukaan kebun lada. Untuk mengolah kebun-kebun itu didatangkan orang-orang dari Pidie dan Aceh Besar. Seluruh wilayah Keresidenan Aceh dibagi menjadi 4 (empat) afdeeling yang salah satunya adalah Afdeeling Westkust van Atjeh atau Aceh Barat dengan ibu kotanya Meulaboh. Afdeeling Westkust van Atjeh (Aceh Barat) merupakan suatu daerah administratif yang meliputi wilayah sepanjang pantai barat Aceh, dari gunung Geurutee sampai daerah Singkil dan kepulauan Simeulue serta dibagi menjadi 6 (enam) onderafdeeling.
Di zaman penjajahan Jepang (1942 - 1945) struktur wilayah administrasi ini tidak banyak berubah kecuali penggantian nama dalam bahasa Jepang, seperti Afdeeling menjadi Bunsyu yang dikepalai oleh Bunsyucho, Onderafdeeling menjadi Gun yang dikepalai oleh Guncho dan Landschap menjadi Son yang dikepalai oleh Soncho. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, berdasarkan Undang-undang Nomor 7 (Drt) Tahun 1956 tentang pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam lingkungan Provinsi Sumatra Utara, wilayah Aceh Barat dimekarkan menjadi 2 (dua) Kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Aceh Selatan. Kabupaten Aceh Barat dengan Ibu kota Meulaboh terdiri dari tiga wilayah yaitu Meulaboh, Calang dan Simeulue, dengan jumlah kecamatan sebanyak 19 (sembilan belas) kecamatan.
Pada tahun 1996 Kabupaten Aceh Barat dimekarkan menjadi 2 (dua) Kabupaten, yaitu Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Adminstrtif Simeulue. Kemudian pada tahun 2000 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5, Kabupaten Aceh Barat dimekarkan dengan menambah 6 (enam) kecamatan baru yaitu Kecamatan Panga; Arongan Lambalek; Bubon; Pantee Ceureumen; Meureubo dan Seunagan Timur. Dengan pemekaran ini Kabupaten Aceh Barat memiliki 20 (dua puluh) Kecamatan, 7 (tujuh) Kelurahan dan 207 Desa. Selanjutnya pada tahun 2002 Kabupaten Aceh Barat daratan yang luasnya 1.010.466 Ha, kini telah dimekarkan menjadi tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Barat dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 4 Tahun 2002.
ARTI LOGO KABUPATEN ACEH BARAT
Lambang daerah Kabupaten Aceh Barat ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Barat No. 12 Tahun 1976 Tanggal 26 Nopember 1976 tentang Lambang Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Barat dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Dalam Negeri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor Pem./10/32/46-263 Tanggal 17 Mei 1976 serta telah diundangkan dalam Lembaran Daerah Tingkat II Aceh Barat Nomor 10 Tahun 1980 Tanggal 3 Januari 1980.
Berikut adalah makna/arti dari logo Kabupaten Aceh Barat :
- Perisai berbentuk kubah masjid, melambangkan ketahanan Nasional dan kerukunan yang dijiwai oleh semangat keagamaan;
- Bintang persegi lima, melambangkan falsafah negara, Pancasila;
- Kupiah Meukeutop, melambangkan kepemimpinan;
- Dua tangkai kiri kanan yang mengapit Kupiah Meukeutop terdiri dari kapas, padi, kelapa dan cengkih, melambangkan kesuburan dan kemakmuran daerah;
- Rencong, melambangkan jiwa patriotik/kepahlawanan rakyat;
- Kitab dan Kalam, melambangkan ilmu pengetahuan dan peradaban;
- Tulisan "Aceh Barat" mengandung arti bahwa semua unsur tersebut di atas terdapat di dalam Kabupaten Aceh Barat.
DOWNLOAD LOGO KABUPATEN ACEH BARAT
Untuk mendownload logo KABUPATEN ACEH BARAT (WEST ACEH REGENCY) dengan format JPG/JPEG (Joint Photographic Experts Group), PNG (Portable Network Graphics) tanpa background atau CDR (CorelDraw) untuk yang bisa diedit, langsung saja klik link dibawah ini:
LINK DOWNLOAD
0 Response to "DOWNLOAD LOGO KABUPATEN ACEH BARAT (WEST ACEH REGENCY)"
Posting Komentar