DESKRIPSI
Kota Samarinda adalah sebuah Kota yang masuk ke dalam wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Secara posisi Kota Samarinda terletak di titik kordinat 116° 15' 16 - 117° 24' 16” Bujur Timur dan 0° 21’ 81" - 1° 09’ 16" Lintang Selatan, dimana pada sisi sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara, sedang pada sisi sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Anggana dan Sanga-Sanga, Kabupaten Kutai Kartanegara, lalu pada sisi sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara, sedangkan disebelah baratnya berbatasan dengan Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara. Secara umum wilayah Kota Samarinda merupakan kawasan dataran rendah berbukit, dengan ketinggian antara 10 hingga 200 meter diatas permukaan laut.
Kota Samarinda adalah sebuah Kota yang masuk ke dalam wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Secara posisi Kota Samarinda terletak di titik kordinat 116° 15' 16 - 117° 24' 16” Bujur Timur dan 0° 21’ 81" - 1° 09’ 16" Lintang Selatan, dimana pada sisi sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara, sedang pada sisi sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Anggana dan Sanga-Sanga, Kabupaten Kutai Kartanegara, lalu pada sisi sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara, sedangkan disebelah baratnya berbatasan dengan Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara. Secara umum wilayah Kota Samarinda merupakan kawasan dataran rendah berbukit, dengan ketinggian antara 10 hingga 200 meter diatas permukaan laut.
Kota Samarinda sendiri wilayahnya terdiri dari 10 Kecamatan dan 59 kelurahan. Berdasarkan data statistik pada tahun 2021, jumlah penduduk Kota Samarinda mencapai 825.494 jiwa. Luas wilayah Kota Samarinda yaitu 718,00 km², sehingga tingkat sebaran penduduknya mencapai 1.054 jiwa/km². Potensi sumberdaya alam yang dimiliki Kota Samarinda antara lain meliputi peternakan, perikanan darat dan pertambangan. Sedangkan potensi unggulan yang dominan dalam menunjang perekonomian Kota Smarinda adalah sektor jasa dan sektor perdagangan, sementara itu sektor penunjang lainnya yaitu pertanian, perkebunan (terutama kelapa sawit dan aneka tanaman lainnya), industri perkapalan , batubara dan lain - lain.
Destinasi wisata yang ada di Kota Samarinda ada beragam, diantaranya yaitu wisata Teluk Lerong Garden, mereka yang berfoto di teluk ini dapat melihat Sungai Mahakam sebagai latar belakangnya, berlokasi di kecamatan Samarinda Ulu. Kemudian ada wisata Kebun Raya Universitas Mulawarman, bisa berkeliling danau cantik ini dengan sepeda air dan ada kebun binatang mini. Lalu ada wisata Jungle Water World, ada serangkaian wahana menarik yang tak kalah asiknya dengan yang ada di Dufan Jakarta, berlokasi di Tanah Mereh kecamatan Samarinda Utara. Dan ada Desa Budaya Pampang, dihuni oleh suku Dayak Kenyah asli dan bisa menyaksikan berbagai aktivitas budaya warga suku Dayak, berlokasi di Pampang, kecamatan Samarinda Utara.
Selain destinasi wisata diatas, kita juga bisa berkunjung ke sejumlah destinasi lainnya seperti wisata Air Terjun Tanah Merah, yang ada di Jl. Muara Badak-Samarinda, Ranah Merah Kecamatan Samarinda Urata. Kemudian ada wisata Tjiu Palace yang ada di kecamatan Sambutan, lalu ada Air Terjun Pinang Seribu di kecamatan Samarinda Utara, ada Kampung Tenun Samarinda yang ada di Rapak Dalam kecamatan Samarinda Seberang, lalu ada Waduk Benanga yang ada di Lempake kecamatan Samarinda Utara dan ada Jembatan Mahakam yang ada di Sungai Selendang kecamatan Samarinda Seberang, serta ada Masjid Islamic Center Samarinda yang ada di Jl. Slamer Riyadi No.1, Karang Asam Ulu, kecamatan Sungai Kunjang.
SEJARAH KOTA SAMARINDA
Samarinda yang dikenal sebagai kota seperti saat ini dulunya adalah salah satu wilayah Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Pada abad ke-13 Masehi (tahun 1201–1300), sebelum dikenalnya nama Samarinda, sudah ada perkampungan penduduk di enam lokasi yaitu Pulau Atas, Karangasan (Karang Asam), Karamumus (Karang Mumus), Luah Bakung (Loa Bakung), Sembuyutan (Sambutan) dan Mangkupelas (Mangkupalas). Penyebutan enam kampung di atas tercantum dalam manuskrip surat Salasilah Raja Kutai Kartanegara yang ditulis oleh Khatib Muhammad Tahir pada 30 Rabiul Awal 1265 H (24 Februari 1849 M). Pada tahun 1565, terjadi migrasi suku Banjar dari Batang Banyu ke daratan Kalimantan bagian timur. Ketika itu rombongan Banjar dari Amuntai di bawah pimpinan Aria Manau dari Kerajaan Kuripan (Hindu) merintis berdirinya Kerajaan Sadurangas (Pasir Balengkong) di daerah Paser. Selanjutnya suku Banjar juga menyebar di wilayah Kerajaan Kutai Kartanegara, yang di dalamnya meliputi kawasan di daerah yang sekarang disebut Samarinda.
Sejarah bermukimnya suku Banjar di Kalimantan bagian timur pada masa otoritas Kerajaan Banjar juga dinyatakan oleh tim peneliti dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1976): “Bermukimnya suku Banjar di daerah ini untuk pertama kali ialah pada waktu kerajaan Kutai Kertanegara tunduk di bawah kekuasaan Kerajaan Banjar.” Inilah yang melatarbelakangi terbentuknya bahasa Banjar sebagai bahasa dominan mayoritas masyarakat Samarinda di kemudian hari, walaupun telah ada beragam suku yang datang, seperti Bugis dan Jawa. Pada tahun 1730, rombongan Bugis Wajo yang dipimpin La Mohang Daeng Mangkona merantau ke Samarinda. Semula mereka diizinkan Raja Kutai bermukim di muara Karang Mumus, tetapi dengan pertimbangan subjektif bahwa kondisi alamnya kurang baik, mereka memilih lokasi di Samarinda Seberang.
Dalam kaitan ini, lokasi di bagian Samarinda Kota sebelum kedatangan Bugis Wajo, sudah terbentuk permukiman penduduk dengan sebagian areal perladangan dan persawahan yang pada umumnya dipusatkan di sepanjang tepi Sungai Karang Mumus dan Karang Asam. Mengenai nama La Mohang Daeng Mangkona yang diklaim sebagai pendiri Samarinda Seberang, hal ini kontroversi. Namanya tidak ditemukan dalam sumber arsip dan literatur kolonial. Namanya juga tidak tercatat dalam surat perjanjian antara Bugis dan Raja Kutai. Yang tercatat dalam perjanjian beraksara Arab-Melayu dan penelitian S.W. Tromp (1881) sebagai pemimpin Bugis adalah Anakhoda Latuji.
Mengenai asal mula nama Samarinda, tradisi lisan penduduk Samarinda menyebutkan, asal-usul nama Samarendah dilatarbelakangi oleh posisi sama rendahnya permukaan Sungai Mahakam dengan pesisir daratan kota yang membentenginya. Tempo dulu, setiap kali air sungai pasang, kawasan tepian kota selalu tenggelam. Selanjutnya, tepian Mahakam mengalami pengurukan/penimbunan berkali-kali hingga kini bertambah 2 meter dari ketinggian semula. Oemar Dachlan mengungkapkan, asal kata “sama randah” dari bahasa Banjar karena permukaan tanah yang tetap rendah, tidak bergerak, bukan permukaan sungai yang airnya naik-turun. Ini disebabkan jika patokannya sungai, maka istilahnya adalah “sama tinggi”, bukan “sama rendah”. Sebutan “sama-randah” inilah yang mula-mula disematkan sebagai nama lokasi yang terletak di pinggir sungai Mahakam. Lama-kelamaan nama tersebut berkembang menjadi sebuah lafal yang melodius: “Samarinda”.
Secara yuridis Kota Samarinda terbentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1959. Dasar untuk menetapkan hari jadi kota Samarinda adalah kesimpulan tim penyusun sejarah yang dibentuk Pemerintah Daerah Kotamadya Samarinda berdasarkan asumsi dan prediksi atau estimasi 64 hari masa pelayaran dari Wajo menuju Samarinda, sejak penandatangan Perjanjian Bongaya 18 November 1667. Akhirnya, diperoleh hasil tanggal 21 Januari 1668, yang bertepatan pula dengan hari jadi Pemerintah Daerah Samarinda, 21 Januari 1960. Telah ditetapkan pada peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Samarinda Nomor: 1 tahun 1988 tanggal 21 Januari 1988, pasal 1 berbunyi, "Hari Jadi Kota Samarinda ditetapkan pada tanggal 21 Januari 1668 M, bertepatan dengan tanggal 5 Sya'ban 1078 Hijriyah". Penetapan ini dilaksanakan bertepatan dengan peringatan hari jadi kota Samarinda ke-320 pada tanggal 21 Januari 1988.
ARTI LOGO KOTA SAMARINDA
Berikut adalah makna/arti dari logo Kota Samarinda (Samarinda City) :
- Perisai menggambarkan masyarakat Samarinda yang mampu mempertahankan diri dari segala tantanggan, ancaman, hambatan dan gangguan dari dalam maupun dari luar.
- Warna dasar hijau tua melambangkan kesuburan dan kemakmuran kota Samarinda.
- Tulisan “kota samarinda” berwarna hitam mencerminkan kewibawaan dan keadilan sesuai dengan harapan masyarakat.
- Dua ekor pesut yang merupakan hewan yang hidup di perairan sungai Mahakam, melambangkan koordinasi dan kerjasama yang dinamis antara eksekutif dan legislatif dalam melaksanakan pembangunan.
- Bintang bersudut lima melambangkan keagungan, kebesaran, religius dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Jaring Samarinda menggambarkan watak dan keperibadian masyarakatnya yang berani dalam membela kebenaran, keadilan, keuletan dan kegigihan.
- Butir padi sebanyak dua puluh satu melambangkan kemakmuran pangan dan tanggal hari jadi kota samarinda 21 januari 1968.
- Tujuh buah kapas yang mekar putih melambangkan tujuh fungsi dan peranan.
- Perahu dengan warna kuning melambangkan generasi mendatang menuju masyarakat adil dan makmur.
- Jembatan mahakam lambang mempererat Kesatuan dan Persatuan Bangsa.
- Tiga buah arus sungai mahakam melambangkan suasana Kota Samarinda yang tentram, tertib dan aman.
- Papan bertulis "TEPIAN" melambangkan kota Samarinda sebagai Pusat Industri Kayu dengan semboyan Kota yang Teduh, Rapi, Aman dan Nyaman.
DOWNLOAD LOGO KOTA SAMARINDA
Untuk mendownload logo Kota Samarinda (Samarinda City) dengan format JPG/JPEG (Joint Photographic Experts Group), PNG (Portable Network Graphics) tanpa background atau CDR (CorelDraw) untuk yang bisa diedit, langsung saja klik link dibawah ini:
LINK DOWNLOAD
0 Response to "DOWNLOAD LOGO KOTA SAMARINDA (SAMARINDA CITY)"
Posting Komentar