DOWNLOAD LOGO KABUPATEN MUNA (MUNA REGENCY)

 
DESKRIPSI
Kabupaten Muna adalah sebuah Kabupaten yang masuk ke dalam wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara posisi Kabupaten Muna terletak di titik kordinat 122° 30' 00” - 123° 15' 00” Bujur Timur dan 4° 15’ 00" - 5° 15’ 00" Lintang Selatan, dimana pada sisi sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan dan Selat Tiworo, sedang pada sisi sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Buton Utara dan Pulau Kajuangi, lalu pada sisi sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Buton Tengah, sedangkan disebelah baratnya berbatasan dengan Kabupaten Muna Barat dan Selat Muna. Secara umum wilayah Kabupaten Muna merupakan kawasan dataran rendah, perbukitan, hingga pegunungan, dengan ketinggian daratan antara 0 hingga 1.000 meter diatas permukaan laut.

Kabupaten Muna sendiri wilayahnya terdiri dari 11 Kecamatan, 7 Kelurahan dan 108 Desa. Berdasarkan data statistik pada tahun 2020, jumlah penduduk Kabupaten Muna mencapai 145.254 jiwa. Luas wilayah Kabupaten Muna yaitu 4.043,57 km², sehingga tingkat sebaran penduduknya mencapai 37 jiwa/km². Komoditi unggulan Kabupaten Muna yaitu sektor perkebunan, pertanian dan jasa. Sektor Perkebunan komoditi unggulannya adalah Kakao, Kopi, kelapa, Cengkeh, Jambu Mete, Lada, dan pala. sub sektor jasa yaitu Pariwisata. Sebagai penunjang kegiatan perekonomian, di wilayah ini tersedia 1 bandar udara, yaitu Bandara Sugimanuru, Untuk transportasi laut tersedia 1 pelabuhan, yaitu Pelabuhan Raha. Di Kabupaten Muna tahun 2016 tercatat ada sebanyak 320 perusahaan/industri dan menyerap tenaga kerja sebanyak 2.087 orang.

Destinasi wisata yang ada di Kabupaten Muna ada beragam, diantaranya yaitu wisata Pantai Meleura, disini pengunjung akan disuguhkan dengan bebatuan karst cadas yang terlihat mempesona, berlokasi di desa Lakarinta, kecamatan Lohia. Kemudian ada wisata Tanjung Labora, pantainya memang terlihat eksotis, namun keindahan bawah airnya juga tak kalah menarik untuk diperhatikan, berlokasi di desa Lamorende, kecamatan Tongkuno. Lalu ada wisata Danau Ubur-Ubur Lohia, pengunjung dapat berenang bersama tanpa takut tersengat sedikitpun, berlokasi di kecamatan Lohia. Dan ada wisata Puncak Lakude, ada jembatan yang terletak di ketinggian mencapai puluhan meter, dikatakan sebagai daya tarik tersendiri yang tidak bisa ditemukan di tempat lainnya, berlokasi di Desa Masalili, Kecamatan Kontunaga.

Selain destinasi wisata diatas, kita juga bisa berkunjung ke sejumlah destinasi lainnya seperti Gua Liangkabori, menjadi saksi sejarah pada perkembangan masyarakat Muna, didalam ada lukisan pada dinding goa yang terbuat dari tanah merah dan dicampur dengan getah pohon, belokasi di Desa Liangkobori, kecamatan Lohia. Lalu ada wisata Penangkaran Kura-Kura Raksasa di desa Lakarinta, Kecamatan Lohia. Lalu ada wisata Puncak Wakila di desa Kondongia kecamatan Lohia, kemudian ada Danau Moko di Desa Wakumoro Kecamatan Tongkuno, lalu ada wisata Danau Randano Ghaghe di desa Kotano Wuna Kecamatan Tongkuno, ada Pantai Pajala di desa Pajala kecamatan Maginti, dan ada wisata Danau dan Pantai Napabale di desa Madampi kecamatan Lawa, serta ada Pantai Walengkabola di desa Oempu Kecamatan Tongkuno.

Website resmi Kabupaten Muna (Muna Regency) :
www.munakab.go.id

SEJARAH KABUPATEN MUNA
Perjuangan Pembentukan Kabupaten Muna seiring dengan perjuangan pembentukan propinsi Sulawesi tengara. Dalam perjuangan ini dilakukan secara sinergis antara tokoh muda dan tokoh tua baik yang ada di muna ataupun yang ada diperantauan, baik perorangan maupun organisasi. Tokoh Muda seperti Idrus Efendi, Halim Tobulu, La Ode Enda  dan La Ode Taeda Ahmad dikenal sangat gigih memperjuangkan pembentukan Kabupaten Muna. dan Propinsi Sulawesi Tenggara. Dengan oraganisasi para militer yang dibentuknya seperti  Batalyon SADAR ( Sarekat Djasa Rahasia) dan Barisan 20 mereka terus menggalang dukungan guna perwujudan pembentukan kabupaten Muna dan Propinsi Sulawesi Tenggara. 

Bataliyon SADAR dan Barisan 20 pada awalnya dibentuk untuk melakukan perlawanan terhadap pasukan sekutu ( NICA ) yang diboncengi Belanda yang mencoba kembali untuk melakukan penjajaahan terhadap Indonesia yang telah memproklamirkan kemerdekaannya pada Tanggal 17 Agustus 1945. Dengan Jiwa patriotism yang tinggi Tokoh-Tokoh Muna tersebut melakukan perlawanan melalui gerakan bawah tanah dan perang terbuka. Tujuannya adalah mengusir  colonial tersebut dari bumi Indonesia dalam hal ini termasuk di Muna. Pasca proklamasi Pemerintahan Muna berstatus Swapraja dengan raja yang terakhir Laode Pandu yang dilantik oleh pemangku adat menjadi Raja Muna tanggal 24 Februari 1947 di Kota Wuna.

Pada tanggal 20 Oktober 1951 dikeluarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Tenggara Nomor 18 Tahun 1951 tentang pembubaran Daerah Afdeling Buton dan Laiwoi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (Permen) Nomor 34 Tahun 1952 tentang pembentukan 7 (tujuh) Daerah Administratif Sulawesi Tenggara, pemerintahan Muna beralih status menjadi Kewedanan bersama-sama dengan Kewedanan Buton, Kendari, dan Kolaka. Masing-masing Kewedanan dipimpin oleh seorang KPN (Kepala Pemerintahan Negeri). Lalu pada tanggal 26 Juni S/D 31 Juli 1954 Bupati Sulawesi Tenggara mengadakan sidang DPRD-SGR Sulawesi Tenggara di Raha, menghasilkan keputusan tentang pembentukan dan pemekaran kabupaten Sulawesi Tenggara menjadi dua Kewedanan.

Selanjutnya, pada tanggal 5 Agustus 1956, para tokoh masyarakat Muna di Makassar yang tergabung dalam PRIM (Persatuan Rakyat Indonesia Muna), membentuk panitia pembentukan kabupaten Muna yang ditanda tangani oleh Laode Walanda sebagai Ketua dan Laode Hatali sebagai sekretaris. Tanggal 2 September 1956 dibentuk Panitia Dewan Penuntut Kabupaten Muna di Raha dengan Ketua dan Sektretarisnya masing-masing Laode Hibi dan Laode Tuga dan  disetujui oleh Raja Muna. Kemudian pada Tanggal 20 Maret 1958 Pemerintah Swapraja Buton mengeluarkan Surat Pernyataan yang ditanda tangani Sultan Buton Laode Falihi, yang intinya menyetujui terbentuknya Kabupaten Muna.

Setelah melalui perjuangan yang panjang oleh para tokoh pejuang Muna, dan dilakukan tanpa pamrih dalam menghadapi berbagai tantangan, maka berdasarkan berbagai pertimbangan yang logis dan pertimbangan strategis, oleh pemerintah pusat menindaklanjuti yang ditandai dengan lahirnya Undang-undang Nomor 29 tahun 1959 tentang pembentukan daerah-daerah tingkat II di Sulawesi, termasuk didalamnya Kabupaten Muna dengan ibukotanya Raha. Pada awal pengusulan Kabupaten Muna terdiri dari empat Ghoerah (distrik) yaitu distrik Katobu, Distrik Lawa, Distrik Kabawo, dan Distrik Tongkuno. 

Dari empat distrik itu belum memenuhi kriteria untuk membentuk suatu kabupaten, maka diadakan pendekatan dengan beberapa tokoh pada saat itu yaitu tokoh Masyarakat Kulisusu, tokoh Masyarakat Wakorumba, dan tokoh Masyarakat Tiworo Kepulauan, yang pada saat itu ketiga distrik tersebut adalah distrik Kulisusu diwakili oleh Laode Ganiru dan Laode Ago, Distrik Wakorumba diwakili oleh Laode Hami dan Laode Haju, Distrik Tiworo diwakili oleh La Baranti. Berdasarkan kesepakatan yang utuh dan bulat dari tokoh – tokoh tersebut untuk bergabung dalam pemerintahan Kabupaten Muna, maka doktrin untuk terbentuknya Kabupaten Muna sudah tidak ada masalah lagi.

ARTI LOGO KABUPATEN MUNA
Berikut adalah makna/arti dari logo Kabupaten Muna (Muna Regency) :
  1. Perisai berbentuk anjungan rumah, melambangkan bahwa masyarakat Kabupaten Muna memiliki ikatan kekeluargaan dan persaudaraan yang kental dalam satu peradaban, memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam tugas sosial kemasyarakatan.
  2. Warna hitam putih perisai, melambangkan bahwa masyarakat kabupaten Muna memiliki prinsip dan keyakinan yang teguh yang dilandasi oleh hati nurani dan pemikiran yang bersih, semata-mara untuk kepentingan bersama.
  3. Warna bitu pada dasar perisai melambangkan bahwa kabupaten Muna terdiri dari daerah kepulauan dan pesisir pantai yang sangat banyak memiliki potensi kelautan serta kaya komoditi hasil bumi dan laut yang beraneka ragam.
  4. Bintang berwarna kuning emas, adalah simbol ketaqwaan masyarakat muna terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang tercantum dalam faksafah Pancasila dan Uud 1945.
  5. Tulisan "Kabupaten Muna" melanbangkan bahwa Kabupaten Muna tidak bisa dipisahkan dari simbil-simbil kultural dan makna filodofis dari setiap elemen yang ada dalam logo daerah.
  6. Kuda melambangkan sifat, konstruktif, sportif, semangat menegakkan keadilan dan melenyapkan kebatilan. Pada zaman kerajaan, kuda merupakan "kendaraan resmi" dan juga digunakan sebagai alat transportasi masyarakat. Kuda juga melambangkan keperkasaan, ketekunan dan semangat kerja keras yang terpatri dalam diri masyatakat Muna. Warna putih melambangkan bahwa dalam keperkasaan terkandung makna kesucian dan kejernihan, itikad dan motivasi masyarakat dalam menjalankan aktivitas dalam kehidupan kemasyarakatan, sedangkan warna coklat melambangkan bahwa keperkasaan, ketekunan dan semangat kerja keras yang dimiliki memberi rasa aman dalam suasana penuh keakraban yang nyaman sehingga mendorong lahirnya komitmen bagi masyarakat Muna untuk memperkokoh persaudaraan.
  7. Kuda berhadapan bermakna siap mengantisipasi segala kemungkinan dengan tetap mengedepankan musyawarah dan bermakna juga sebagai salah satu atraksi Budaya Masyarakat Muna yang dikenal, baik di dalam maupun luar negeri adalah atraksi perkelahian kuda.
  8. Bahtera (Perahu) yang terbuat dari kayu jadi. Sejarah yang diyakini masyarakat Muna bahwa ekspedisi Sawerigati terjadi di daratan Muna dekat kota Wuna yag diabadikan menjadi nama kampung yakni "Sawerigadi".
  9. Jari merupakan salah satu hasil hutan di Kabupaten Muna yang memiliki kualitas tinggi, merupakan kebanggaan masyarakat Muna
  10. Tulisan "SOWITE" melambangkan satunya gerak, langkah dari hasil mufakat untuk bersama-sama membangun Muna, meletakkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadiatau golongan.
  11. Empat batang bambu kuning dan tujuh bunga kapas serta lima puluh sembilan butir padi melambangkan bahwa, Semangat juang masyarakat Muna untuk menjadikan Muna sebagai salah satu daerah otonom yang dilegitimasi melalui undang-undang pada tanggal 4 Juli 1959.
  12. Padi dan Kapas melambangkan kesejateraan sosial, budaya masyarakat Muna yang juga simbol pangan dan sandang dalam kehidupan sehari-hari.
  13. Bambu kuning adalah simbol perlindungan dan pertahanan masyarakat Muna dari ancaman lawan. 8. Tulisan “1959” adalah tahun terbentuknya (berdirinya) Kabupaten Muna. 1959 

DOWNLOAD LOGO KABUPATEN MUNA

Untuk mendownload logo Kabupaten Muna (Muna Regency) dengan format JPG/JPEG (Joint Photographic Experts Group), PNG (Portable Network Graphics) tanpa background atau CDR (CorelDraw) untuk yang bisa diedit, langsung saja klik link dibawah ini:
 
download-logo-kabupaten-muna-provinsi-sulawesi-tenggara-vector-coreldraw-logoawal

LINK DOWNLOAD

>>  LOGO KABUPATEN MUNA  <<
Format JPG   |   Format PNG   |   Format CorelDraw

0 Response to "DOWNLOAD LOGO KABUPATEN MUNA (MUNA REGENCY)"

Posting Komentar