DESKRIPSI
Provinsi Kalimantan Barat adalah sebuah Provinsi yang masuk ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Secara posisi Provinsi Kalimantan Barat terletak di titik kordinat 108° 00' 00” - 114° 10' 00” Bujur Timur dan 2° 08’ 00" - 3° 05’ 00" Lintang Selatan, dimana pada sisi sebelah utara berbatasan dengan Sarawak (Malaysia Timur), sedang pada sisi sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Utara, Provinsi Kalimanatan Timur dan Provinsi Kalimantan Tengah, lalu pada sisi sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa, sedangkan disebelah baratnya berbatasan dengan Laut Natuna, Selat Karimata dan Semenanjung Malaysia. Kalimantan Barat dijuluki provinsi "Seribu Sungai", dimana kondisi geografisnya terdiri dari ratusan sungai besar dan kecil yang di antaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan.
Provinsi Kalimantan Barat adalah sebuah Provinsi yang masuk ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Secara posisi Provinsi Kalimantan Barat terletak di titik kordinat 108° 00' 00” - 114° 10' 00” Bujur Timur dan 2° 08’ 00" - 3° 05’ 00" Lintang Selatan, dimana pada sisi sebelah utara berbatasan dengan Sarawak (Malaysia Timur), sedang pada sisi sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Utara, Provinsi Kalimanatan Timur dan Provinsi Kalimantan Tengah, lalu pada sisi sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa, sedangkan disebelah baratnya berbatasan dengan Laut Natuna, Selat Karimata dan Semenanjung Malaysia. Kalimantan Barat dijuluki provinsi "Seribu Sungai", dimana kondisi geografisnya terdiri dari ratusan sungai besar dan kecil yang di antaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan.
Provinsi Kalimantan Barat sendiri wilayahnya terdiri dari 12 Kabupaten, 2 Kotamadya, 174 Kecamatan, 99 Kelurahan dan 2.031 Desa. Berdasarkan data statistik pada tahun 2020, jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Barat mencapai 5.414.540 jiwa. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat yaitu 147.307,00 km², sehingga tingkat sebaran penduduknya mencapai 37 jiwa/km². Kalimantan Barat memiliki potensi pertanian, perkebunan dan perikanan yang cukup melimpah. Hasil pertanian Kalimantan Barat di antaranya adalah padi, jagung, kedelai, dan lain-lain. Sedangkan hasil perkebunan di antaranya adalah karet, kelapa sawit, kelapa, lidah buaya, dan lain-lain. Kebun kelapa sawit sampai Oktober 2012 sudah mencapai 1.060.000 ha. Kebun-kebun tersebut sebagian besar dibangun pada kawasan budidaya (APL) dan ada juga yang dibangun pada kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) setelah melalui proses pelepasan kawasan dari Kementerian Kehutanan.
Provinsi Kalimantan Barat terbagi kedalam 12 Kabupaten dan 2 Kota, yaitu:
- Kabupaten Bengkayang
- Kabupaten Kapuas Hulu
- Kabupaten Kayong Utara
- Kabupaten Ketapang
- Kabupaten Kubu Raya
- Kabupaten Landak
- Kabupaten Melawi
- Kabupaten Mempawah
- Kabupaten Sambas
- Kabupaten Sanggau
- Kabupaten Sekadau
- Kabupaten Sintang
- Kota Pontianak
- Kota Singkawang
Kesenian dan kebudayaan yang ada di Provinsi Kalimantan Barat cukup beragam. Tari Monong/Manang/Baliatn, merupakan tari penyembuhan yang terdapat pada seluruh masyarakat Dayak. Tari ini berfungsi sebagai penolak/penyembuh/penangkal penyakit agar si penderita dapat sembuh kembali penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampi. Selain itu ada juga Tari Pingan yang merupakan tarian tunggal pada masyarakat Dayak Mualang Kabupaten Sekadau, lalu ada Tari Pedang / Ajat Pedang yang merupakan tarian tunggal pada Suku Dayak Mualang, serta ada Tari Jonggan yang merupakan tari pergaulan masyarakat Dayak Kanayatn di daerah Kubu Raya. Selain itu ada juga Tari kondan, tari Kinyah Uut Danum, Tari Zapin dan Tari Menoreh Getah yang kesemuanya memiliki kekhasannya masing-masing serta mengandung banyak makna cerita, pesan-pesan moral dan ajaran luhur dari para nenek moyang terdahulu.
Mandau (Ahpang: sebutan Uut Danum) adalah senjata khas daerah Kalimantan Barat, berupa sejenis Pedang yang memiliki keunikan tersendiri, dengan ukiran dan kekhasannya. Selain senjata khas, ada seni sastra khas yaitu Bekana, merupakan cerita orang tua masa lalu yang menceritakan dunia khayangan atau Orang Menua Pangau (dewa-dewi) dalam mitologi Dayak Ibanik: Iban, Mualang, Kantuk, Desa dan lain-lain. Juga ada Pantun Jepin yaitu syair-syair atau gurindam yang dilantunkan pada acara adat suku Melayu. Kalimantan barat juga memiliki tenun khas, yaitu Tenun Daerah Songket Sambas, Tenun Belitang daerah Kumpang Ilong Kabupaten Sekadau ( Dayak Mualang / Ibanik ), Tenun Ensaid Panjang Kabupaten Sintang ( Dayak Desa / Ibanik), Tenun Kapuas Hulu ( Iban dan Kantuk / Kelompok Ibanik ), dan Sulam Kalengkang khas suku Melayu Kabupaten Sanggau.
SEJARAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Bakulapura atau Tanjungpura merupakan taklukan Kerajaan Singhasari. Wilayah kekuasaan Tanjungpura membentang dari Tanjung Dato sampai Tanjung Sambar. Pulau Kalimantan kuno terbagi menjadi 3 wilayah negara kerajaan induk: Borneo (Brunei), Sukadana (Tanjungpura) dan Banjarmasin (Bumi Kencana). Tanjung Dato adalah perbatasan wilayah mandala Borneo (Brunei) dengan wilayah mandala Sukadana (Tanjungpura), sedangkan Tanjung Sambar batas wilayah mandala Sukadana/Tanjungpura dengan wilayah mandala Banjarmasin (daerah Kotawaringin).
Daerah aliran Sungai Jelai, di Kotawaringin di bawah kekuasaan Banjarmasin, sedangkan sungai Kendawangan di bawah kekuasaan Sukadana. Perbatasan di pedalaman, perhuluan daerah aliran sungai Pinoh (Lawai) termasuk dalam wilayah Kerajaan Kotawaringin (bawahan Banjarmasin). Daerah-daerah di Kalbar yang terkenal pada zaman dahulu diantaranya Tanjungpura dan Batang Lawai. Loue (Lawai) oleh Tomé Pires digambarkan daerah yang banyak intan, jarak dari Tanjompure empat hari pelayaran. Tanjungpura maupun Lawai masing-masing dipimpin seorang Patee (Patih). Patih-patih ini tunduk kepada Patee Unus, penguasa Demak.
Kesultanan Demak juga telah berjasa membantu raja Banjar Pangeran Samudera berperang melawan pamannya Pangeran Tumenggung penguasa Kerajaan Negara Daha terakhir untuk memperebutkan hegemoni atas wilayah Kalimantan Selatan. Menurut naskah Hikayat Banjar dan Kotawaringin, negeri Sambas, Sukadana dan negeri-negeri di Batang Lawai (nama kuno sungai Kapuas) pernah menjadi taklukan Kerajaan Banjar atau pernah mengirim upeti sejak zaman Hindu. Kerajaan Banjar menamakan kerajaan-kerajaan di Kalbar ini dengan sebutan negeri-negeri di bawah angin.
Kerajaan Banjar memiliki prajurit Dayak Biaju-Ot Danum dan Dayak Dusun-Maanyan-Lawangan yang sering memenggal kapala musuh-musuhnya (ngayau). Pada masa pemerintahan Raja Maruhum Panambahan seorang Adipati Sambas/Panembahan Ratu Sambas telah menghantarkan upeti berupa dua biji intan yang berukuran besar yang bernama Si Giwang dan Si Misim. Pada tahun 1604 pertama kalinya Belanda berdagang dengan Sukadana.[17] Tahun 1609, di Sambas pada saat itu ada ketakutan yang sangat besar akan serangan bermusuhan oleh Brunei, sehingga penguasa wilayah itu, Saboa Tangan Pangeran ay de Paty Sambas (Pangeran Adipati Sambas), membuat aliansi dengan VOC-Belanda pada 1 Oktober 1609, dengan harapan menentangnya, untuk memperkuat terhadap musuh-musuhnya.
Sementara itu serangan itu tidak memiliki tempat; Walaupun, sultan Brunei telah turun ke laut dengan 150 perahu, tetapi badai telah memaksanya untuk mundur. Tahun 1672, Sultan Banjar mengesahkan Raja Sintang sebagai Sultan. Sesuai perjanjian 20 Oktober 1756 VOC Belanda berjanji akan membantu Sultan Banjar Tamjidullah I untuk menaklukan kembali daerah-daerah yang memisahkan diri diantaranya Sanggau, Sintang dan Lawai (Kabupaten Melawi), sedangkan daerah-daerah lainnya merupakan milik Kesultanan Banten, kecuali Sambas. Menurut akta tanggal 26 Maret 1778 negeri Landak dan Sukadana (sebagian besar Kalbar) diserahkan kepada VOC Belanda oleh Sultan Banten. Inilah wilayah yang mula-mula menjadi milik VOC Belanda selain daerah protektorat Sambas.
Pada tahun itu pula Syarif Abdurrahman Alkadrie yang dahulu telah dilantik di Banjarmasin sebagai Pangeran yaitu Pangeran Syarif Abdurrahman Nur Alam direstui oleh VOC Belanda sebagai Sultan Pontianak yang pertama dalam wilayah milik Belanda tersebut. Pada tahun 1789 Sultan Pontianak dibantu Kongsi Lan Fang diperintahkan VOC Belanda untuk menduduki negeri Mempawah dan kemudian menaklukan Sanggau. Pada tanggal 4 Mei 1826 Sultan Adam dari Banjar menyerahkan Jelai, Sintang dan Lawai (Kabupaten Melawi) kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Tahun 1846 daerah koloni Belanda di pulau Kalimantan memperoleh pemerintahan khusus sebagai Dependensi Borneo.
Pantai barat Borneo terdiri atas asisten residen Sambas dan asisten residen Pontianak. Divisi Sambas meliputi daerah dari Tanjung Dato sampai muara sungai Doeri. Sedangkan divisi Pontianak yang berada di bawah asisten residen Pontianak meliputi distrik Pontianak, Mempawah, Landak, Kubu, Simpang, Sukadana, Matan, Tayan, Meliau, Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi, Sepapoe, Belitang, Silat, Salimbau, Piassa, Jongkong, Boenoet, Malor, Taman, Ketan, dan Poenan. Sebelumnya menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849 No. 40, ada 14 daerah (Sambas, Mampawa, Pontianak, Koeboe, Simpang, Soekadana, Matan, Landak, Tajan, Meliou, Sangouw, Sekadouw, Blitang, Sintang) di wilayah ini termasuk dalam wester-afdeeling van Borneo berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, per tanggal 27 Agustus 1849, No. 8. Pada 1855, negeri Sambas dimasukan ke dalam wilayah Hindia Belanda menjadi Karesidenan Sambas.
Menurut Hikayat Malaysia, Brunei, dan Singapore wilayah yang tidak bisa dikuasai dari kerajaan Hindu sampai kesultanan Islam di Kalimantan Barat adalah kebanyakan dari Kalimantan Barat seperti Negeri Sambas dan sekitarnya, dan menurut Negara Brunei Darussalam Hikayat Banjar adalah palsu dan bukan dibuat dari kesultanan Banjar sendiri melainkan dari tangan-tangan yang ingin merusak nama Kalimantan Barat dan disebarluaskan keseluruh Indonesia sampai saat ini, karena menurut penelitian para ahli psikolog di dunia Negeri Sambas tidak pernah kalah dan takluk dengan Negara manapun.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal yang dimuat dalam STB 1938 No. 352, antara lain mengatur dan menetapkan bahwa ibu kota wilayah administratif Gouvernement Borneo berkedudukan di Banjarmasin dibagi atas 2 Residentir, salah satu di antaranya adalah Residentie Westerafdeeling Van Borneo dengan ibu kota Pontianak yang dipimpin oleh seorang Residen.
Pada tanggal 1 Januari 1957 Kalimantan Barat resmi menjadi provinsi yang berdiri sendiri di Pulau Kalimantan, berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 1956 tanggal 7 Desember 1956. Undang-undang tersebut juga menjadi dasar pembentukan dua provinsi lainnya di pulau terbesar di Nusantara itu. Kedua provinsi itu adalah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
ARTI LOGO PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Berikut adalah makna/arti dari logo Provinsi Kalimantan Barat :
- Perisai, mandau, dan keris adalah menggambarkan pusaka dan kebudayaan putra-putra daerah Kalbar.
- Padi dan kapas melambangkan cukup pangan dan sandang. Kapas yang berjumlah 17, nyala api yang berjumlah 8 dan padi yang berjumlah 45 melambangkan Kalimantan Barat sebagai bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, tidak ketinggalan ikut mempertahankannya.
- Padi dan kapas diikat dengan pita yang bersudut empat, yang berarti Catur Karsa, yakni kesungguhan, kejujuran, kegotong royongan dan kekeluargaan. Dengan Catur Karsa ini dimaksudkan terlaksananya kesejahteraan yang merata.
- Garis putih yang melintang di tengah-tengah melukiskan garis Khatulistiwa merupakan simbol garis katulistiwa yang melalui Kalbar.
- Kobaran api dalam tungku sebagai simbol semangat perjuangan yang tidak pernah padam.
- Di bagian tengah bawah terdapat pita putih bertuliskan semboyan "Akçaya" dalam bahasa Sanskerta yang berarti "Tak Kunjung Binasa" atau dengan keuletan pantang menyerah.
- Tulisan Akcaya ini di atas dasar putih dalam tiga lipatan, yang berarti tiga Kerangka Revolusi Nasional Indonesia, yakni membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwilayah dari Sabang sampai Merauke, menuju masyarakat adil dan makmur materiil dan spirituil dan mempererat hubungan dengan semua bangsa dan negara di seluruh dunia.
- Warna yang dipakai pada Lambang Daerah Kalbar adalah enam, yaitu hijau muda, hijau tua, putih, kuning emas, merah dan hitam. Warna dasar adalah hijau muda, menunjukkan kesuburan Daerah Tingkat I Kalimantan Barat.
- Warna perisai, mandau dan keris adalah putih, dimaksudkan bahwa pusaka-pusaka itu suci murni.
DOWNLOAD LOGO PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Untuk mendownload logo Provinsi Kalimantan Barat dengan format JPG/JPEG (Joint Photographic Experts Group), PNG (Portable Network Graphics) tanpa background atau CDR (CorelDraw) untuk yang bisa diedit, langsung saja klik link dibawah ini:
LINK DOWNLOAD
0 Response to "DOWNLOAD LOGO PROVINSI KALIMANTAN BARAT"
Posting Komentar