DOWNLOAD LOGO PROVINSI SUMATRA BARAT

 
DESKRIPSI
Provinsi Sumatra Barat adalah sebuah Provinsi yang masuk ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Secara posisi Provinsi Sumatra Barat terletak di titik kordinat 98° 36' 00” - 101° 53' 00” Bujur Timur dan 0° 54’ 00" - 3° 30’ 00"Lintang Selatan, dimana pada sisi sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Sumatra Utara, sedang pada sisi sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Provinsi Riau, lalu pada sisi sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Bengkulu, sedangkan disebelah baratnya berbatasan dengan Samudra Hindia. Sumatra Barat terletak di pesisir barat di bagian tengah pulau Sumatra yang terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi vulkanik yang dibentuk oleh Bukit Barisan. Terdapat dua Taman Nasional di provinsi ini, yaitu Taman Nasional Siberut yang terdapat di pulau Siberut (Kabupaten Kepulauan Mentawai) dan Taman Nasional Kerinci Seblat. 

Provinsi Sumatra Barat sendiri wilayahnya terdiri dari 12 Kabupaten, 7 Kotamadya,  179 Kecamatan, 230 Kelurahan dan 1.044 Desa. Berdasarkan data statistik pada tahun 2020, jumlah penduduk Provinsi Sumatra Barat mencapai 5.534.472 jiwa. Luas wilayah Provinsi Sumatra Barat yaitu 42.012,89 km², sehingga tingkat sebaran penduduknya mencapai 132 jiwa/km². Sumatra Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan sumber keanekaragaman hayati. Sebagian besar wilayah Sumatra Barat masih terdapat hutan tropis alami dan dilindungi. Berbagai spesies langka masih dapat dijumpai, misalnya Rafflesia arnoldii (bunga terbesar di dunia), harimau sumatera, siamang, tapir, rusa, beruang, dan berbagai jenis burung dan kupu-kupu. Sumber daya alam yang ada di Sumatra Barat adalah berupa batubara, batu besi, batu galena, timah hitam, seng, mangan, emas, batu kapur (semen), kelapa sawit, kakao, gambir dan hasil perikanan. 

Provinsi Sumatra Barat terbagi kedalam 12 Kabupaten dan 7 Kota, yaitu:

  • Kabupaten Agam
  • Kabupaten Dharmasraya
  • Kabupaten Kepulauan Mentawai
  • Kabupaten Lima Puluh Kota
  • Kabupaten Padang Pariaman
  • Kabupaten Pasaman
  • Kabupaten Pasaman Barat
  • Kabupaten Pesisir Selatan
  • Kabupaten Sijunjung
  • Kabupaten Solok
  • Kabupaten Solok Selatan
  • Kabupaten Tanah Datar
  • Kota Bukittinggi
  • Kota Padang
  • Kota Padangpanjang
  • Kota Pariaman
  • Kota Payakumbuh
  • Kota Sawahlunto
  • Kota Solok

Kesenian dan kebudayaan yang ada di Provinsi Sumatra Barat cukup beragam. Mayoritas penduduk Sumatra Barat merupakan Suku Minangkabau. Di daerah Pasaman selain etnis Minang, juga berdiam Suku Batak Mandailing. Kebanyakan dari mereka pindah dari Sumatera Utara ke Sumatra Barat pada masa Perang Paderi. Di beberapa daerah hasil transmigrasi, seperti di Sitiung, Lunang Silaut, dan Padang Gelugur, tinggal juga sekelompok suku Jawa, sebagian dari mereka ialah keturunan imigran asal Suriname yang memilih kembali ke Indonesia pada akhir tahun 1950-an. Di Kepulauan Mentawai yang mayoritas penduduknya beretnis Mentawai, jarang dijumpai masyarakat Minangkabau. Etnis Tionghoa hanya terdapat di kota-kota besar, seperti Padang, Bukittinggi, dan Payakumbuh. Di Padang dan Pariaman, juga terdapat masyarakat Nias dan Tamil dalam jumlah kecil.

Di Provinsi Sumatra Barat pada umumnya terdapat 3 bahasa yang dipertuturkan yang tersebar di kabupaten dan kota di Sumatera Barat. 3 bahasa tersebut yakni, bahasa Minangkabau, Batak, dan Mentawai. Masyarakat yang tinggal di wilayah Sumatera Barat menggunakan bahasa Minangkabau dalam berkomunikasi satu sama lain pada kesehariannya. Unsur musik pemberi nuansa terdiri dari instrumen alat musik tradisional saluang, bansi, talempong, rabab, pupuik, serunai, dan gandang tabuik. Ada pula saluang jo dendang, yakni penyampaian dendang (cerita berlagu) yang diiringi saluang yang dikenal juga dengan nama sijobang. Secara garis besar seni tari dari Sumatra Barat adalah dari adat budaya etnis Minangkabau dan etnis Mentawai. Kekhasan seni tari Minangkabau umumnya dipengaruhi oleh agama Islam, keunikan adat matrilineal dan kebiasan merantau masyarakatnya juga memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah tari tradisi yang bersifat klasik, di antaranya Tari Pasambahan, Tari Piring, Tari Payung, dan Tari Indang.

Rumah adat Sumatra Barat khususnya dari etnis Minangkabau disebut Rumah Gadang. Rumah Gadang biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun. Rumah Gadang ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian muka dan belakang, umumnya berbahan kayu, dan sepintas kelihatan seperti berbentuk rumah panggung dengan atap yang khas, menonjol seperti tanduk kerbau, masyarakat setempat menyebutnya Gonjong dan dahulunya atap ini berbahan ijuk sebelum berganti dengan atap seng. Senjata tradisional Sumatra Barat adalah Keris dan Kurambiak atau Kerambit berbentuk seperti kuku harimau. Keris biasanya dipakai oleh kaum laki-laki dan diletakkan di sebelah depan, dan umumnya dipakai oleh para penghulu terutama dalam setiap acara resmi ada terutama dalam acara malewa gala atau pengukuhan gelar, selain itu juga biasa dipakai oleh para mempelai pria dalam acara majelis perkawinan yang masyarakat setempat menyebutnya baralek. 

Website resmi Provinsi Sumatra Barat :
www.sumbarprov.go.id

SEJARAH PROVINSI SUMATRA BARAT
Nama Provinsi Sumatra Barat bermula pada zaman Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), di mana sebutan wilayah untuk kawasan pesisir barat Sumatra adalah Hoofdcomptoir van Sumatra's westkust. Kemudian dengan semakin menguatnya pengaruh politik dan ekonomi VOC, sampai abad ke 18 wilayah administratif ini telah mencangkup kawasan pantai barat Sumatra mulai dari Barus sampai Inderapura. Seiring dengan kejatuhan Kerajaan Pagaruyung, dan keterlibatan Belanda dalam Perang Padri, pemerintah Hindia Belanda mulai menjadikan kawasan pedalaman Minangkabau sebagai bagian dari Pax Nederlandica, kawasan yang berada dalam pengawasan Belanda, dan wilayah Minangkabau ini dibagi atas Residentie Padangsche Benedenlanden dan Residentie Padangsche Bovenlanden. 

Selanjutnya dalam perkembangan administrasi pemerintahan kolonial Hindia Belanda, daerah ini tergabung dalam Gouvernement Sumatra's Westkust, termasuk di dalamnya wilayah Residentie Bengkulu yang baru diserahkan Inggris kepada Belanda.  Kemudian diperluas lagi dengan memasukkan Tapanuli dan Singkil. Namun pada tahun 1905, wilayah Tapanuli ditingkatkan statusnya menjadi Residentie Tapanuli, sedangkan wilayah Singkil diberikan kepada Residentie Atjeh. Kemudian pada tahun 1914, Gouvernement Sumatra's Westkust, diturunkan statusnya menjadi Residentie Sumatra's Westkust, dan menambahkan wilayah Kepulauan Mentawai di Samudra Hindia ke dalam Residentie Sumatra's Westkust, serta pada tahun 1935 wilayah Kerinci juga digabungkan ke dalam Residentie Sumatra's Westkust. 

Pasca pemecahan Gouvernement Sumatra's Oostkust, wilayah Rokan Hulu dan Kuantan Singingi diberikan kepada Residentie Riouw, dan juga dibentuk Residentie Djambi pada periode yang hampir bersamaan. Pada masa pendudukan tentara Jepang, Residentie Sumatra's Westkust berubah nama menjadi Sumatora Nishi Kaigan Shu. Atas dasar geostrategis militer, daerah Kampar dikeluarkan dari Sumatora Nishi Kaigan Shu dan dimasukkan ke dalam wilayah Rhio Shu. Pada awal kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, wilayah Sumatra Barat tergabung dalam provinsi Sumatra yang berpusat di Bukittinggi. Empat tahun kemudian, Provinsi Sumatra dipecah menjadi tiga provinsi, yakni Sumatra Utara, Sumatra Tengah, dan Sumatra Selatan. 

Sumatra Barat beserta Riau dan Jambi merupakan bagian dari keresidenan di dalam Provinsi Sumatra Tengah. Pada masa PRRI, berdasarkan Undang-undang darurat nomor 19 tahun 1957, Provinsi Sumatra Tengah dipecah lagi menjadi tiga provinsi yakni Provinsi Sumatra Barat, Provinsi Riau, dan Provinsi Jambi. Wilayah Kerinci yang sebelumnya tergabung dalam Kabupaten Pesisir Selatan Kerinci, digabungkan ke dalam Provinsi Jambi sebagai kabupaten tersendiri. Begitu pula wilayah Kampar, Rokan Hulu, dan Kuantan Singingi ditetapkan masuk ke dalam wilayah Provinsi Riau. Selanjutnya ibu kota provinsi Sumatra Barat yang baru ini masih tetap di Bukittinggi. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatra Barat No. 1/g/PD/1958, tanggal 29 Mei 1958 ibu kota provinsi dipindahkan ke Padang.

ARTI LOGO PROVINSI SUMATRA BARAT
Berikut adalah makna/arti dari logo Provinsi Sumatra Barat :
  1. Nama Provinsi Sumatera Barat, mengandung makna rumah dan kampung halaman bagi masyarakat Minangkabau yang membentuk mayoritas penduduk provinsi.
  2. Atap masjid dan bangunan rumah gadang melambangkan masyarakat Sumatra Barat yang teguh memegang agama dan adat.
  3. Pada puncak atap masjid, terdapat bintang yang mengambil simbol Ketuhanan Yang Maha Esa pada Pancasila.
  4. Rumah gadang sebagai tempat musyawarah bersama yang menjadi ciri khas budaya setempat.
  5. Bintang segi lima, menyimbolkan sila pertama, ketuhanan yang maha esa.
  6. Riak gelombang laut melambangkan dinamika masyarakat Minangkabau selaku suku asli Sumatra Barat.
  7. Tulisan "Tuah Sakato" bermakna Kesepakatan untuk melaksanakan hasil musyawarah merupakan hal yang bertuah bagi masyarakat. 

DOWNLOAD LOGO PROVINSI SUMATRA BARAT
Untuk mendownload logo Provinsi Sumatra Barat dengan format JPG/JPEG (Joint Photographic Experts Group), PNG (Portable Network Graphics) tanpa background atau CDR (CorelDraw) untuk yang bisa diedit, langsung saja klik link dibawah ini:
 
download-logo-provinsi-sumatra-barat-vector-coreldraw-logoawal

LINK DOWNLOAD

>>  LOGO PROVINSI SUMATRA BARAT  <<
Format JPG   |   Format PNG   |   Format CorelDraw

0 Response to "DOWNLOAD LOGO PROVINSI SUMATRA BARAT"

Posting Komentar